Sabtu, 09 Juni 2012


TUGAS MAKALAH
DESAIN INSTRUKSIONAL

DESAIN PESAN PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Mukthar, M. Pd



 



Oleh  :

R I N I
Nim : P.p.211.1.1388
Teknologi Pendidikan Islam (TPI)





PROGRAM PASCA SARJANA
IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2012









KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, bahwa atas ridho dan karunia-Nya lah , maka sayai masih dapat menyelesaikan tugas-tugas menyusun Makalah dalam rangka tugas harian Desain Instruksional, meskipun di tengah-tengan kesibukan dan dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini dikarenakan kami merasa mempunyai kewajiban dan tanggung jawab sebagai mahasiswa program pascasarjana sekaligus akan melatih diri kami dalam menyampaikan pemikiran-pemikiran guna membangun pengetahuan mengenai Desain Pesan Pembelajaran yang berjalan saat ini.
Tentu saja dengan terbatasnya pengetahuan yang dimiliki oleh penulis ditambah sempitnya waktu yang diberikan kepada penulis, tulisan ini masih jauh dari sempurna, lNamun walaupun demikian penulis berharap tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. .Kritik dan saran yang bermasud membangun, apa lagi mengembangkan pemikiran ini, kiranya masih terbuka bagi siapa saja. Betapa kecilnya bantuan yang diberikan namun apabila disertai niat yang baik, akan terasa besar juga manfaatnya.
                    
Semoga bermanfaat..
















DAFTAR ISI





KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB  I            PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................  1

                        B. Rumusan Masalah................................................................. 4
                        C.Tujuan Penulisan.................................................................... 4
                        D. Manfaat Penulisan................................................................ 4
                       

BAB  II           PEMBAHASAN

                        A. Interaksi dan Komunikasi Merancang Pasan................ 5  
                        B. Prinsip-prinsip Desain Pesan Pembelajaran................. 14
                        C. Pendekatan dalam Desain Pesan Pembelajaran......... 21
                        D. Metode-Metode Menyampaikan Pesan Pembelajaran 26                         

BAB III           Kesimpulan dan Saran
                        A. Kesimpulan.......................................................................... 31
                        B. Saran..................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA






DESAIN
PESAN PEMBELAJARAN
Oleh. RINI



A.        Latar Belakang
Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengajaran diharapkan mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara penuh. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran itu sendiri.
Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan yang dilakukan termasuk perbuatan belajar dan bekerja, dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan tertentu pula. Proses pembelajaran tidak akan berjalan tanpa ada komunikasi[1]. Efektifitas komunikasi guru dengan peserta didik merupakan keharusan, agar berkomunikasi kepada siswa-siswa dalam bahasa yang mudah dicerna, dimengerti, dan terhadap orang dewasa jangan berkomunikasi seperti komunikasi terhadap anak-anak[2].
Manusia memperoleh sebagian besar kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi di dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah dan dikontrol. Kemampuan manusia yang dikembangkan melalui belajar yaitu: pertama; ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap.
Pendidik dituntut untuk menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik untuk mencapai kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh subjek didik. Dalam hal ini peranan desain pesan dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena desain pesan pembelajaran menunjuk pada proses memanipulasi, atau merencanakan suatu pola atau signal dan lambang yang dapat digunakan untuk menyediakan kondisi untuk belajar.
Kata desain menunjukkan adanya suatu proses dan suatu hasil. Sebagai suatu proses, desain pesan sengaja dilakukan mulai dari analisis masalah  pembelajaran hingga pemecahan masalah yang dirumuskan dalam bentuk produk. Produk yang dihasilkan dapat dalam bentuk prototipe, naskah atau stori board, dan sebagainya.
Rancangan (design) juga sering dikatakan sebagai proses analisis dan sintesis yang dimulai dengan suatu problem komunikasi dan diakhiri dengan rencana solusi operasional[3].
Sedangkan pesan (message) ialah suatu pola tanda/lambang, baik berupa kata maupun gambar, yang dimaksudkan untuk mengubah prilaku kognitif (berpikir), afektif (bersikap) dan psikomotorik (bertindak) seseorang atau kelompok[4]
Pembelajaran (instuction) di sini tidak hanya merujuk kepada konteks pembelajaran formal di ruang kelas, di mana pemerolehan keterampilan dan konsep tertentu merupakan tujuan sentralnya, tetapi juga mencakup seluruh apa yang terkandung dalam istilah “komunikasi”, termasuk konteks pembelajaran informal, di mana sikap dan emosi amat diperhatikan[5]
Mengenai desain pesan, desain pesan meliputi perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan atau informasi. Hal tersebut mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi, dan daya serap yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan atau informasi, agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima. Fleming dan Levie (dalam Seel&Richie,1994) membatasi pesan pada pola-pola isyarat atau simbol yang memodifikasi perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. Desain pesan berurusan dengan tingkat paling mikro melalui unit-unit kecil seperti bahan visual, urutan, halaman dan layar secara terpisah.
Karakteristik lain dari desain pesan adalah bahwa desain pesan harus bersifat spesifik baik terhadap medianya maupun tugas belajarnya. Hal ini mengandung arti bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda tergantung apakah medianya bersifat statis, dinamis atau  kombinasi dari keduanya, misalnya suatu potret, film, atau grafik komputer. Juga apakah tugas belajarnya berupa pembentukan konsep atau sikap, pengembangan ketrampilan atau strategi belajar, ataukah menghafalkan informasi verbal.
Dari apa yang dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rancangan pesan pembelajaran (instructional message design) ialah rencana proses rekayasa (manipulasi) pola tanda dan simbol yang menghasilkan berbagai kondisi belajar. Dalam hal ini, Asumsi yang dikembangkan oleh Fleming dan Levie adalah bahwa para praktisi pembelajaran bisa menjadi lebih efektif jika mereka memanfaatkan generalisasi (kesimpulan umum) hasil penelitian ilmu- ilmu behavioral. Generalisasi inilah di dalam buku ini disebut sebagai “prinsip”[6]

B.        Rumusan Masalah
1.  Apakah yang dimaksud dengan Desain Pesan Pembelajaran?
2. Bagaimana bentuk Interaksi dan Komunikasi dalam Merancang Pesan ?
3.   Apa saja yang termasuk pada pembagian Jenis-jenis pesan?
4.   Apa saja Prinsip- Prinsip Desain Pesan Pembelajaran  ?
5.   Bagaimana Pendekatan dalam Desain Pesan Pembelajaran ?
6.   Metode-Metode apa saja yang digunakan untuk menyampaikan Pesan Pembelajaran

C. Tujuan Penulisan
1.  Mendeskripsikan pengertian Desain Pesan Pembelajaran?
2. Mendeskripsikan bentuk Interaksi dan Komunikasi dalam Merancang Pesan ?
3.   Mendeskripsikan pembagian Jenis-jenis pesan?
4.   Mendeskripsikan Prinsip Desain Pesan Pembelajaran  ?
5.   Mendeskripsikan Pendekatan dalam Desain Pesan Pembelajaran?
6.   Metode-Metode apa saja yang digunakan untuk menyampaikan Pesan Pembelajaran

D. Manfaat Penulisan
Agar dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar.dan dapat dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan kinerja dan khususnya dibidang pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.        Interaksi dan Komunikasi Merancang Pesan
Merancang pesan adalah merupakan suatu proses yang terpisah dengan peristiwa penyampaian pesan tersebut. Namun hubungannya tetap yaitu rancangan dan pelaksanaan penyampaian pesan merupakan suatu kegiatan utuh dalam proses komunikasi pembelajaran. Dengan kata lain rancangan pesan adalah merupakan bagian dalam proses komunikasi.  Menurut Grabowski dalam Mukhtar, rancangan pesan melibatkan perencanaan untuk manipulasi bentuk-bentuk fisik pesan[7].  Fleming dan Levie membuat pembatasan pada semua pola tanda-tanda atau symbol yang menerangkan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.
Hal ini mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi, ingatan yang menunjukkan spesifikasi pada bentuk-bentuk fisik pesan yang membantu komunikasi antar sender (pengirim) dan receiver (penerima)[8]. Bila guru berbicara, pembicaraan yang dihasilkan adalah pesan. Bila guru menulis, tulisan yang dihasilkan adalah pesan. Bila guru memberi isyarat, gerakan lengan atau ekspresi muka adalah pesan. Perancangan pesan berhubungan pada hamper semua tingkat mikro melalui unit-unit kecil seperti alat peraga, rangkaian, haluan dan layar, karakteristik pada tugas-tugas medium. Ini berarti bahwa prinsip-prinsip rancangan pesan akan berbeda tergantung pada medium itu statis, dinamis atau kombinasi dari keduanya dan apakah tugas-tugas ini melibatkan konsep pembentukan perilaku, keahlian atau pengembangan stategi belajar atau memori.


 Ada tiga faktor yang perlu dikaji dalam pesan, yaitu :
1.   Kode Pesan
2.   Isi Pesan
3.   Pengolahan Pesan

      Kode pesan dapat didefenisikan sebagai simbol yang dapat dikelompokkan atau diurutkan sedemikian rupa sehingga bermakna kepada seseorang. Bahasa adalah kode pesan yang memiliki unsur-unsur seperti bunyi, huruf, kata-kata, kalimat dan sebagainya yang disusun dalam urutan yang berarti. Isi pesan dapat  meliputi informasi yang disampaikan. Dalam menyajikan pesan untuk menyampaikan maksudnya, sumber dapat memilih suatu informasi tertentu. Ia dapat menyimpulkan semua pesan pada bagian akhir dan menyerahkan kepada penerima pesan untuk menyempurnakannya sendiri. Pengolahan pesan dapat didefenisikan sebagai keputusan-keputusan yang diambil oleh sumber pengirim pesan dalam memilih, menyusun kode dan isi pesan yang akan disampaikan serta mengenai cara penyampaian kode isi pesan tersebut.
Ada dua jenis pembagian dalam pesan, yaitu :
1.    Pesan Verbal
Pebelajar harus pandai berkomunikasi secara verbal dengan berbicara yang cermat dan dimengerti, dituntut pula untuk pandai menggunakan komunikasi non verbal. Sulit dibayangkan bagaimana kita bisa berkomunikasi dalam cara yang benar-benar manusiawi tanpa harus menggunakan kode verbal.
Pesan verbal terdiri dari kata-kata dalam arti, lambang, denotasi dan konotasi, bahasa dan fikiran. Pesan verbal melakukan sesuatu melalui kata-kata. Kata adalah unsur dari bahasa dan kata-kata[9]. Proses pengiriman pesan dari seseorang terhadap orang lain dengan tujuan untuk menciptakan arti dikepala si penerima[10]. Lambang merupakan sesuatu yang digunakan untuk mengartikan sesuatu..
Kata hanyalah lambang verbal dari objek yang ditunjukkannya. Sistem simbol verbal dapat menggunakan bahasa dalam menyampaikan pesan. Dalam membicarakan arti atau makna,orang tidak meninggalkan konsep denotasi dan konotasi. Denotasi menunjukan pada asosiasi primer, sedangkan konotasi menunjukkan asosiasi sekunder. Bahasa dan fikiran adalah saling berhubungan. Fikiran dibentuk oleh bahasa dari sebuah hipotesis. Bahasa melakukan dua hal penting, yaitu berperan sebagai pembantu dari memori. Ia membuat memori menjadi lebih efisien dengan jalan memberikan kesempatan pada kita untuk mengkodekan peristiwa-peristiwa sebagai kategori verbal. Bahasa sebagai abstrak penting dalam sebuah komunikasi dan tidak terbatas pada pengalaman kita.

2.    Pesan nonverbal
Komunikasi non verbal identik dengan komunikasi tanpa kata-kata,misalnya ketika sedang menyajikan materi pembelajaran sorot mata guru tertuju kepada seluruh siswa. Kontak mata antara guru dengan siswa dapat membantu mempertahankan perhatian atau konsentrasi siswa terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas.
Fungsi informasi nonverbal yaitu fungsi repetisi, kontrakdisi, subsitasi, aksentuasi, komplementer dan regulasi[11]. Fungsi repetisi merupakan pesan nonverbal untuk memperkuat pesan verbal. Menyampaikan pesan diperkuat dengan gerakan tangan, misalnya seseorang menyebutkan angka. Kontradisi berarti mengaktifkan pesan verbal. Substitusi berfungsi sebagai wujud pengertian simbolis melalui pesan nonverbal. Aksentuasi  adalah pesan nonverbal memberikan tekanan pada apa yang dikatakan, misalkan gerak kepalab dan tangan sering digunakan untuk dapat memperjelas penyampaian pesan. Komplementer berfungsi sebagai pesan nonverbal yang bertujuan untuk melengkapi pesan verbal. Regulasi dilakukan melalui pandangan, posisi tubuh, intonasi suara.
Proses pembelajaran terjadi interaksi dan komunikasi antara guru dengan siswa jika adanya suatu motivasi belajar. Interaksi pembelajaran merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik. Interaksi dalam kelas bagi seorang guru sering menemui kendala yang disebabkan komunikasi.Tidak semua siswa di dalam kelas dalam melakukan interaksi. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi antar siswa dengan guru adalah penyampaian pesan. Didalamnya terjadi dan terlaksana hubungan timbale balik. Guru menyampaikan pesan, siswa bertanya dan sebaliknya. Interaksi memilki unsur-unsur komunikator, komunikan, pesan dan media. Komunikasi terjadi bila terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan belum tentu menimbulkan kesamaan makna[12]. Dengan kata lain, seseorang yang mengerti bahasa belum tentu mengerti makna. Jadi yang dikatakan komunikatif adalah apabila terjadi kesamaan bahasa dan kesamaan makna antara komunikator dan komunikan.
Konsepsi komunikasi mengandung pengertian memberitahukan pesan, pengetahuan, dan fikiran dengan maksud mengikutsertakan peran siswa dalam proses pembelajaran, sehingga persoalan yang dibicarakan milik bersama, dan tanggung jawab bersama. Dalam berkomunikasi peran lambang merupakan media utama, tanpa media seseorang tidak akan mampu berkomunikasi. Lambang secara langsung mampu menterjemahkan fikiran perasaan komunikator kepada komunikan.


Lambang sebagai media proses komunikasi terdiri atas :
1.    Bahasa
2.    Kial
3.    Isyarat
4.    Gambar
5.    Warna
Bahasa salah satu di antara media yang banyak dipergunakan seeorang dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan karena ia mampu untuk menterjemahkan fikiran perasaan seseorang kepada orang lain. Menurut Effendi dalam Martinis, bahasa mampu menterjemahkan ide, informasi atau opini, baik itu mengenai yang kongkret maupun yang abstrak, bukan saja tentang peristiwa tang terjadi sekarang, melainkan peristiwa yang terjadi pada masa lalu atau masa yang akan datang[13]. Kial dapat diterjemahkan sebagai fikiran seseorang sehingga terekspresikan secara fisik.
Seperti seeorang menggerakkan jari jemari, mengedipkan mata, menggerakan anggota tubuh lainnya untuk menyampaikan pesannya. Isyarat sering disimbolkan dengan bunyi-bunyian seperti lonceng, terompet, beduk, kentongan untuk memberikan informasi kepada orang banyak.  Warna memiliki makna tertentu, contoh melihat warna merah putih, warna sebagai simbol memiliki kemampuan dalam menterjemahkan fikiran terhadap orang lain. Gambar merupakan lambang yang melebihi kemampuan ikal, isyarat, dan warna dalam menterjemahkan fikiran seseorang. Tetapi tetap tidak melebihi bahasa. Bahasa dapat menterjemahkan fikiran seseorang dalam berbagai hal, mulai dari sesuatu yang abstrak sampai kepada yang kongkreat.
David Berlo dalam Martinis Yamin seorang pakar komunikasi merumuskan tentang kriteria komunikasi seperti yang terlihat digambar 1.1. Lasswell menjelaskan dalam Martinis Yamin, bahwa proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan pengaruh disebut dengan komunikasi.
Berkenaan dengan ini, dapat dilihat pada gambar 1.2 dalam unsur-unsur proses komunikasi yang terdiri dari :
1.    Sender                : Komunikator yang menyampaikan pesan kepada  seseorang atau sejumlah orang
2.    Encoding                        : Penyandian, yakni proses pengalihan fikiran ke dalam bentuk lambing
3.    Message             : Pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakna yang disampaikan oleh komunikator
4.    Media                  : Saluran kominukasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan
5.    Decoding            : Proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
6.    Receiver             : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator
7.    Response           : Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.
8.    Feedback           : Umpan balik,yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator
9.    Noice                   : Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.        

Menurut Surakhmad dalam Martinis, interaksi dibagi dalam beberapa jenis, yaitu pengalaman riil, pengalaman buatan, dan pengalaman verbal[14]. Pengalaman riil menyangkut media dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran yang dilakukan dikelas sangat terikat waktu dan tempat serta faktor-faktor lainnya. Peran guru dalam menyampaikan pesan melalui pengalaman yang pernah dialami atau bisa mengkaitkan pada kejadian atau peristiwa yang lalu.


Gambar 1.2
Sumber : Drs. H. Martinis Yamin, M.Pd

Pengalaman buatan diciptakan untuk mendekatkan siswa pada pengalaman riil. Penggunaan pengalaman buatan ini memudahkan guru untuk menyusun rencana-rencana pengalaman  pendidikan yang dilaksanakan disekolah. Contohnya karyawisata dan kemah dapat memberikan kesempatan pada pembelajar menjadi seorang pemimpin dikelompoknya. Pengalaman verbal merupakan metode pembelajaran berupa ceramah.

Gambar 1.1 Model Unsur Komunikasi
Sumber : Drs. H. Martinis Yamin, M.Pd

Perancangan pesan yang melibatkan pihak komunikan (lawan bicara) dan komunikator (penyampai pesan) harus menyadari kemampuan lawan bicara.  Menurut Neisser dalam Mukhtar, manusia dalam berkomunikasi dipengaruhi oleh persepsi yang ia miliki, sebab masing-masing kita memiliki persepsi yang berbeda[15]. Persepsi adalah kemampuan kita dalam menggabungkan pengalaman yang lama dengan pengalaman yang baru [16].



Persepsi dapat terjadi bila tiga komponen utama berikut terpenuhi, yaitu :
  1. Seleksi atau sensasi, yaitu proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
  2. Interpretasi yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.
  3. Interpretasi ini kemudian di terjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi[17]

 Menurut Imanuell Kant dalam Mahmud MD. mengatakan “kita melihat benda-benda itu tidak sebagaimana adanya benda-benda itu sendiri, tetapi sebagaimana adanya diri kita” atau dengan kata lain persepsi itu merupakan pengertian kita tentang situasi sekarang dalam artian pengalaman-pengalaman kita yang telah lalu. Karena itu apa yang kita persepsi pada waktu tertentu akan tergantung bukan saja pada stimulusnya sendiri, tetapi juga pada latar belakang beradanya stimulus itu, misalnya pengalaman-pengalaman sensoris terdahulu, perasaan kita pada waktu itu, prasangka-prasangka, keinginan-keinginan, sikap dan tujuan kita. Lebih lanjut Mahmud mendefinisikan persepsi sebagai penafsiran terhadap stimulus yang telah ada di dalam otak.




B.        Prinsip- Prinsip Desain Pesan Pembelajaran
Berdasarkan pembahasan tentang pengertian desain pesan pembelajaran diatas, sehingga dapat dikembangkan beberapa prinsip- prinsip yang dapat dijadikan pedoman dalam kegiatan desain pesan pembelajaran.  
  Ada enam prinsip utama desain pesan pembelajaran yaitu:
1.         Prinsip kesiapan dan motivasi
Motivasi belajar merupakan daya gerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan dan pengalaman[18]. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan[19]. Peserta didik akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi.
Prinsip ini  mengatakan  bahwa jika dalam kegiatan pembelajaran siswa/peserta belajar memilki kesiapan seperti kesiapan mental, serta kesiapan fisik dan motivasi  tinggi, maka hasil belajar akan lebih baik.. Kesiapan mental diartikan sebagai kesipan kemampuan awal, yaitu pengetahuan yang telah dimiliki siswa belajar yang dapat dijadikan pijakan untuk mempelajari materi baru. Oleh sebab itu, dalam menyusun desain pesan,  guru harus lebih dahulu mengetahui kesiapan siswa melalui tes prasayarat belajar yang diberikan pada siswa. Jika diketahui pengetahuan awal siswa belum mencukupi, maka  dapat diadakan pembekalan/ matrikulasi.
Sedangkan  kesiapan fisik, berarti bahwa siswa dalam melakukan kegiatan  belajar tidak mengalami kekurangan atau halangan, sebagai faktor  yang sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Misalnya  untuk belajar musik siswa tidak boleh terganggu pendengarannya. Sedangkan motivasi adalah merupakan dorongan yang menyebabkan  seseorang  untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dorongan  itu bias  berasal dari dalam atau luar. Semakin tinggi motivasi siswa untuk belajar, semakin tinggi pula proses dan hasil belajarnya. Oleh karena itu, dalam  kegiatan pembelajaran hendaknya guru berupaya mendorong motivasi siswa dengan menunjukkan pentingnya mempelajari pesan pembelajaran yang sedang dipelajari.
Menurut Walgito, motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. Sedang menurut Plotnik,  motivasi mengacu pada berbagai faktor fisiologi dan psikologi yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas dengan cara yang spesifik pada waktu tertentu.
Menurut Walgito, ada tiga aspek motivasi, yaitu :
a. Keadaan yang mendorong dan kesiapan bergerak dalam diri organisasi yang timbul karena kebutuhan jasmani, keadaan lingkungan, keadaan mental (berpikiri dan ingatan).
b. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan tersebut.
c. Sasaran atau tujuan yang dikejar oleh perilaku tersebut.

Dalam membahas macam-macam motivasi belajar, ada dua macam sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam pribadi seseorang yang biasa disebut ”motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang biasa disebut ”motivasi ekstrinsik”.
  1. Motivasi Intrinsik
Menurut Syaiful Bahri, motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sejalan dengan pendapat diatas, dalam artikelnya Siti Sumarni (2005) menyebutkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan Sobry Sutikno (2007) mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.

  1. Motivasi Ekstrinsik
Menurut A.M. Sardiman (2005:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al (2001:51) menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu sendiri. Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena adanya pengaruh dari luar. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

2.         Prinsip Pemanfaatan Media Pembelajaran
Media adalah kata jamak dari medium berasal  dari kata latin yang memiliki arti perantara (between)[20]. Secara  defenisi media adalah suatu perangkat yang dapat menyalurkan informasi dari sumber ke penerima informasi[21]. Berbicara mengenai media berarti kita membicarakan  proses  pembelajaran[22]. Media memegang  peran yang penting dalam pembelajaran. Salah satu unsur dalam proses komunikasi yang sangat menonjol  peranannya bagi pembelajaran adalah media.
Prinsip ini mengatakan bahwa jika dalam proses belajar perhatian siswa/si  belajar terpusat pada  pesan yang dipelajari, maka proses dan  hasil  belajar akan semakin baik. Perhatian memegang peranan  penting dalam kegiatan belajar. Semakin baik perhatian siswa, proses dan hasil belajar akan semakin baik pula.

Cara-cara yang digunakan untuk mengarahkan perhatian siswa antara lain:
a.     Mengaitkan pelajaran dengan pengalaman atau kehidupan siswa
b.      Menggunakan alat pemusat perhatian seperti peta konsep,     gambar,  dan media-media pembelajaran visual lainnya.
c       Menghubungkan pesan pembelajaran yang sedang dipelajari                      dengan topik-topik yang sudah dipelajari.
d       Menggunakan musik penyeling
e     Teknik penyajian yang bervariasi
f        Mengurangi bahan/matteri yang tidak relevan
Manfaat media dalam kegiatan pembelajaran, yaitu :
a.        Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
b.        Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
c.        Proses belajar siswa menjdi lebih interaktif
d.        Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi
e.        Kualitas siswa dapat ditingkatkan
f.         Proses belajar dapt terjadi di mana saja dan kapan saja
g.        Sikap positif siswa terhadap proses belajar
h.        Peran guru dapat berubah kea rah yang lebih positif dan produktif
                                             

3. Prinsip partisipasi aktif siswa
Keaktivan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilkinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pengajar dapat merekayasa system pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktivan siswa dalam proses pembelajaran.
Aktifitas, kegiatan, atau proses mental, emosional maupun fisik. Contoh aktifitas mental misalnya mengidentifikasi, membandingkan, menganalisis, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk  aktifitas emosional misalnya semangat, sikap, positif terhadap belajar, motivasi, keriangan, dan lain-lain. Contoh  aktifitas fisik misalnya melakukan gerak badan seperti kaki, tangan untuk melakukan  ketrampilan tertentu.
Seperti yang terlihat pada gambar 1.2 Pembelajaran yang dilakukan antar guru dan siswa, harus mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa.  Guru aktif member pertanyaan, jawaban, tugas atau rangsangan belajar, demikian pula siswa aktif belajar merespon rangsangan belajar dari guru. Pengajar tidak hanya melakukan kegiatan menyampaikan pesan belajar, akan tetapi pebelajar harus mampu membawa pembelajar untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar berupa belajar penemuan, belajar mandiri, belajar berkelompok, belajar memecahkan masalah, dan sebagainya. pada gambar guru sebagai pembimbing dalam terjadinya suatu pengalaman dalam belajar. Pembelajar merupakan istilah menggambarkan peran yang lebih banyak terletak pada siswa,guru sebagai pembimbing dan menyampaikan pesan. Siswa sebagai subjek harus berperan dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, membuat perencanaan, pelaksanaan, dan tercapainya suatu hasil.




Cycle Diagram









Gambar 1.2
Sumber : Drs. H.Martinis yamin, M.Pd


Cara-cara yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah:
a.     Memberikan pertanyaan-pertanyaan ketika proses pembelajaran        berlangsung
b     Mengerjakkan latihan pada setiap akhir suatu bahasan
c     Membuat percobaan dan memikirkan atas hipotesis yang diajukan
d     Membentuk kelompok belajar
e     Menerapkan pembelajaran kontekstual, kooperatif, dan kolaboratif

Belajar aktif berguna untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi siswa dan guru untuk sama-sama berkembang dan mentransformasikan pengetahuan melalui pesan berupa keterampilan serta pengalaman.

4. Prinsip mendengar dan Menyimak
Belajar dilakukan oleh guru dalam memenuhi dan menyampaikan pesan materi yang sedang dipelajari. Mendengar dan menyimak materi yang disampaikan guru melalui pesan pembelajaran,  merupakan upaya seseorang untuk menyimpan informasi yang diterima melalui proses indrawi dan kemudian dikirim kedalam memori yang pada suatu saat informasi itu dapat disampaikan kembali.
Menurut Tomatis dalam Martinis mengemukakan saraf-saraf yang sama mengontrol otot-otot telinga tengah yang terlibat dalam produksi suara[23].  Saraf fasial menyediakan stimulus bagi otot-otot wajah, termasuk bibir, yang sangat penting bagi jelasnya suara dan dapat dipahami ucapannya. Penghubung penting lainnya antara telinga dan mulut adalah saraf trigeminal, yang terhubung ke otot martil, serta ke otot-otot yang memungkinkan kita mengunyah dan menutup mulut, yaitu otot temporal dan otot masseter.

5. Prinsip Umpan Balik
Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada siswa mengenai keberhasilan atau kekurangan dalam belajarnya. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam memberikan umpan balik diantaranya dengan memberikan soal atau pertanyaan kepada siswa, kemudian memberitahunya dengan benar. Memberikan tugas, kemudian memberitahukan tugas apakah tugas yang dikerjakan sudah benar. Kembalikan pekerjaan siswa yang telah dikoreksi, dinilai, atau diberi komentar/catatan oleh guru.

6. Prinsip Perulangan
Mengulang-ulang penyajian informasi atau pesan pembelajaran. Proses penguasaan materi pembelajaran atau ketrampilan tertentu memerlukan perulangan.. tidak  adanya perulangan akan mengakibatkan informasi atau pesan pembelajaran tidak bertahan lama dalam ingatan, dan informasi tersebut mudah dilupakan.
Upaya mengulang informasi dapat dilakukan dengan cara yang sama dan dengan media yang sama. Misalnya media kaset diputar berulang-ulang, membaca buku dua atau tiga kali. Perulangan dapat juga dengan cara dan media yang berbeda pula. Misalnya setelah mendengar metode ceramah, siswa diminta untuk membaca buku dengan topik yang sama. Penggunaan epitome, advance organizer, rangkuman, atau kesimpulan.          

C.        Pendekatan dalam Desain Pesan Pembelajaran
Dalam desain pesan pembelajaran berbentuk bahan ajar, materi pelajaran yang akan disampaikan sebagai pesan mempunyai arti penting karena pencapaian tujuan yang ditetapkan terinci dan pencapaiannya ada pada materi pembelajaran. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.  Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dsb. (Ibu kota Negara RI adalah Jakarta; Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945). Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lengan-lengannya).
Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.
Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskop, cara menyetel televisi. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dsb.
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui beberapa pendekatan diantaranya pendekatan kronologis, kausal, structural, logis dan psikologis, spiral dan hierarkis. Yang akan dibahas dalam materi ini adalah pendekatan logis dan psikologis, spiral dan hierarkis.

1. Pendekatan Logis dan Psikologis
Materi bahan ajar dapat disusun berdasarkan pendekatan logis. Maksud logis ialah pertama bahwa materi ajar yang disusun cukup logis bagi peserta didik yang menerima pesan dalam bahan ajar tersebut. Kedua bahwa bahan ajar yang disusun dimulai dari bagian menuju keseluruhan, sederhana menuju yang komplek, nyata ke abstrak, dan dari bagaimana menjadi mengapa.
Pendekatan pembelajaran harus menekankan kepada proses dan ketrampilan yang sesuai dengan materi pembelajaran. Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan belajar peserta didik. Pendekatan psikologis dalam menyusun bahan ajar dimulai dari keseluruhan kepada bagian, dari yang kompleks ke sederhana. Pendekatan ini didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi, dimana individu memproses pengatahuan dan memperoleh pemahaman berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan dan pembelajaran.
Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, dimana proses penalaran dapat terjadi. Ide-ide serta pengalaman digunakan untuk mentransformasikan konsep dan pembelajaran kompleks menjadi operasi mental yang sesuai dengan peserta didik.

2.         Pendekatan spiral
Pendekatan ini dikembangkan oleh Bruner, bahan ajar dipusatkan pada topik atau pokok bahasan tertentu. Dari topik atau pokok bahasan tersebut bahan diperluas dan diperdalam. Topik atau bahan ajar tersebut adalah sesuatu yang popular dan sederhana, tetapi kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan yang lebih kompleks.
Menurut Bruner, belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung secara bersamaan, yaitu :
a.    Memperoleh informasi baru
      Informasi baru merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang.
b.   Transformasi informasi
      Informasi yang diperoleh kemudian dianalisis atau ditransformasikan kedalam bentuk yang lebih nyata atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih lugas.
c.   Evaluasi
Merupakan proses relevansi dan ketepatan pengetahuan. Proses ini dilakukan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan tersebut cocok atau sesuai dengan prosedur yang ada.


Pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang menurut Bruner adalah sebagai berikut :
1.  Pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respon dari sifat stimulus.
2.  Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasikan peristiwa-peristiwa menjadi suatu system penyimpanan (storage system) yang sesuai dengan lingkungan.
3.   Pertumbuhan intelektual yang menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada orang lain, dengan pertolongan kata-kata dan simbol-simbol apa yang telah dilakukan atau yang akan dilakukan.

Menurut Bruner untuk mengajar sesuatu tidak perlu ditunggu sampai akan mencapai suatu tahap perkembangan tertentu. Perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara mengatur bahan yang akan diberikan, diatur dengan baik maka anak dapat belajar meskipun dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan ini dikenal dengan pendekatan spiral.
Pada pendekatan ini bahan ajar yang dirancang atau disusun berisikan materi yang berhubungan dengan materi-materi lain yang terjandung didalamnya. Hal ini menyebabkan materi akan dapat lebih dari satu kali atau bahkan berulangkali disampaikan.
Dengan menggunakan pendekatan spiral adalah materi yang dituangkan dalam kurikulum tersebut dimulai dari lingkungan yang dekat dan lebih sempit menuju kepada lingkungan yang lebih jauh dan luas serta makin lama makin mendalam sehingga materi pelajaran yang telah diberikan guru kepada siswa benar-benar menjadi milik siswa dan tahan lama dalam benak anak, karena adanya pengulangan materi dan memiliki kaitan yang logis antara materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang disajikan. Pendekatan kurikulum seperti ini sangat mementingkan apresiasi sebelum pembelajaran dimulai, yaitu mengaitkan yang lalu dengan materi yang akan diberikan.

3. Pendekatan Hierarki
Pendekatan ini dikembangkan oleh Robert Gagne (1965), dengan prosedur sebagai berikut : tujuan-tujuan khusus pembelajaran dianalisis, kemudian dicari suatu hierarki urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.Hierarki tersebut menggambarkan urutan kemampuan bawahan apa yang mula-mula harus dikuasai oleh siswa, berturut-turut sampai pada kemampuan bawahan terakhir.
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang) Soal ceritera tentang perhitungan laba rugi dalam jual beli Agar siswa mampu menghitung laba atau rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil), siswa terlebih dahulu harus mempelajari konsep/ pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar (penguasaan konsep). Setelah itu siswa perlu mempelajari rumus/dalil menghitung laba, dan rugi (penguasaan dalil). Selanjutnya siswa menerapkan dalil atau prinsip jual beli (penguasaan penerapan dalil).
Suatu proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik kalau proses situ secara nyata sudah tumbuh dalam diri peserta didik. Oleh karena itu sikap lebih wajar adalah menempatkan kegiatan belajar itu sendiri sebagai kegiatan sentral (Surakhmad, 1982). Penguasaan terhadap suatu tahapan atau pengetahuan awal akan membuat proses belajar mengajar untuk materi selanjutnya akan lebih berarti. Intinya bahwa suatu yang baru haruslah dipelajari berdasarkan apa yang telah dimiliki oleh peserta didik. Pengalaman-pengalaman belajar yang baru tersebut harus disajikan dengan cara diorganisasikan terlebih dahulu dengan cara efektif dan sistematis. Jadi pendekatan yang tepat dalam menyusun bahan ajar dalam desain pesan pembelajaran akan membantu pengguna bahan ajar untuk memahami materi yang disampaikan. Pendekatan desain dalam hal ini pendekatan dalam menyusun bahan ajar dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam penyusunan bahan ajar.

D. Metode-Metode Menyampaikan Pesan Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan informasi, menguraikan pesan, member contoh dan member latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Kadang-kadang guru dalam menyampaikan pesan belajar cenderung kaku dengan menggunakan metode-metode dan menterjemahkan metode itu secara sempit dan menerapkan metode di kelas dengan metode yang pernah ia baca, metode pembelajaran merupakan cara untuk menyampaikan, menyajikan, memberikan latihan, dan memberi contoh pelajaran kepada siswa, dengan demikian metode dapat dikembangkan dari pengalaman, seseorang guru yang berpengalaman dia dapat menyungguh materi kepada siswa, dan siswa mudah menyerapkan materi yang disampaikan oleh seorang guru secara sempurna dengan mempergunakan  metode yang dikembangkan dengan dasar pengalamannya. . Pesan yang disampaikan oleh seorang guru secara sempurna dengan mempergunakan metode yang dikembangkan dengan dasar pengalamannya, metode-metode dapat dipergunakan secara variatif, dalam arti kata kita tidak boleh monoton dalam suatu metode. Beberapa pertimbangan yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih metode pengajaran secara tepat dan akurat.

Berikut ini akan diutarakan pada table 1.1 berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan diterapkan di dalam kelas.

No
Metode
1.
Ceramah
2.
Demonstrasi
3.
Tanya jawab
4.
Penampilan
5.
Diskusi
6.
Studi mandiri
7.
Kegiatan Pembelajaran Terprogram
8.
Latihan bersama teman
9.
Simulasi
10.
Pemecahan masalah
11.
Studi kasus
12.
Insiden
13.
Praktikum
14.
Proyek
15.
Bermain peran
16.
Seminar
17.
Simposium
18.
Tutorial
19.
Dedukasi
20.
Induksi
21.
Computer Assisted Learning

Tabel 1.1
Sumber : Martinis Yamin


Metode ceramah berbentuk penjelasan konsep, prinsip dan ditutup dengan Tanya jawab. Metode ceramah dapat dilakukan untuk memberikan pengarahan, petunjuk di awal pembelajaran. Metode demonstrasi diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya. Metode demonstrasi dilaksanakan bilamateri pelajaran berbentuk keterampilan gerak. Metode Tanya jawab dapat dinilai sebagai metode yang tepat, metode ini dilaksanakan untuk meninjau ulang pelajaran atau ceramah yang lalu yang bertujuan agar siswa memusatkan lagi perhatian pada jenis dan jumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga mereka dapat melanjutkan pelajaran selanjutnya.
Metode penampilan adalah berbentuk pelaksanaan praktik siswa di bawah bimbingan dari dekat oleh pengajar. Praktik tersebut dilaksanakan atas dasar penjelasan atau demonstrasi yang diterima atau diamati siswa. Metode diskusi merupakan interaksi antara siswa dan siswa dengan guru menganalisis,memecahkan masalah,menggali dan mendebatkan topic atau permasalahan tertentu. Metode studi mandiri berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh siswa tanpa bimbingan atau pengajaran khusus. Metode latihan bersama teman memanfaatkan siswa yang telah lulus atau berhasil untukmemilih temannya dan ia bertindak sebagai pelatih dan pebimbing seorang siswa yang lain. Metode simulasi menampilkan symbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses,kejadian, atau benda yang sebenarnya.Metode pemecahan masalah merupakan metode yang merangsang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa.
Metode studi kasus berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian, atau situasi tertentu, kemudian siswa ditugasi mencari alternative pemecahannya. Metode insiden hamper sama dengan metode kasus, akan tetapi siswa dibekali dengan data dasar yang tidak lengkap tentang suatu kejadian atau peristiwa. Metode praktikum dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan arahan, aba-aba, petunjuk untuk melaksanakannya. Kegiatan ini berbentuk praktik dengan mempergunakan alat-alat tertentu, dalamhalini guru melatih keterampilan siswa dalam penggunaan alat-alat yang telah diberikan kepadanya serta hasil dicapai mereka.
Metode proyek merupakan pemberian tugas kepada semua siswa untukdikerjakan secara individual. Siswa dituntut untuk mengamati, membaca, meneliti dan siswa diminta untuk membuat laporan. Metode bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topic atau situasi. Metode seminar merupakan kegiatan belajar sekelompok siswa untuk membahas topic,masalah tertentu. Seminar merupakan pembahasan yang bersifat ilmiah, topic pembicaraan adalah hal-hal yang bertalian dengan masalah kehidupan sehari-hari.
 Metode symposium adalah metode yang memaparkan suatu seri pembicara dalam berbagai kelompok topic dalam bidang materi tertentu. Sebuah symposium hampir menyerupai panel dan harus terdiri dari beberapa pembicara, sedikitnya terdiri dari dua orang. Metode tutorial merupakan cara menyampaikan bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam bentukmoduluntuk dipelajari siswa secara mandiri. Mandiri dedukatif merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran,kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu. Metode induktif  dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras menemukan dan menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut.
Metode CAL ( Computer Assisted Learning) digunakan untuk kegiatan belajar yang berstruktur, di mana computer diprogramkan dengan permasalahan-permasalahan. Siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut atau mencari jawaban dengan mempergunakan computer seketika itu juga siswa diproses secara elektronik. Metode ini dapat dipergunakan pada setiap tingkatan pengetahuan dari yang sederhana sampai pada tingkat yang paling kompleks.





























BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Rancangan (design) juga sering dikatakan sebagai proses analisis dan sintesis yang dimulai dengan suatu problem komunikasi dan diakhiri dengan rencana solusi operasional.
Sedangkan pesan (message) ialah suatu pola tanda/lambang, baik berupa kata maupun gambar, yang dimaksudkan untuk mengubah prilaku kognitif (berpikir), afektif (bersikap) dan psikomotorik (bertindak) seseorang atau kelompok.
Pembelajaran (instuction) di sini tidak hanya merujuk kepada konteks pembelajaran formal di ruang kelas, di mana pemerolehan keterampilan dan konsep tertentu merupakan tujuan sentralnya, tetapi juga mencakup seluruh apa yang terkandung dalam istilah “komunikasi”, termasuk konteks pembelajaran informal, di mana sikap dan emosi amat diperhatikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa rancangan pesan pembelajaran (instructional message design) ialah rencana proses rekayasa (manipulasi) pola tanda dan simbol yang menghasilkan berbagai kondisi belajar.
Pesan terbagi menjadi dua jenis yaitu verbal dan nonverbal. Dalam menyampaikan pesan ada beberapa prisip-prinsip yang digunakan. Prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk membantu mempermudah dalam menyampaikan pesan pembelajaran. Selain itu ada pendekatan logis dan psikologis, spiral dan hierarkis  yang berguna untuk memahami cara menyampaikan pesan pada siswa. Metode-metode yang digunakan pun dapat mempengaruhi pesan sampai kepada penerima

B. SARAN
Penulis menyadari dalam penulisan makalah tentu masih banyak terdapat kesalahan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun kalimat yang tidak semestinya, oleh karena harapan penulis kritik dan saran yang membangun saran penulis butuhkan untuk kesempurnaan dalam penulisan makalah yang akan datang.


























Daftar Isi


Ali, M. Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan : Handbook, Bandung : Pedagogiana Press 2007

Danim, Sudarwan. Visi Baru Manajemen Sekolah : Dari unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, Jakarta : Bumi Aksara, 2006

Dr. Achmad Rifa’i RC. M.Pd, dkk, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Universitas Negeri Semarang Press, 2009)

Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Gaung Persada 2011
 
Martinis Yamin dan Maisah, Standar Kinerja Guru, Jakarta : Gaung Persada 2010

Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta : Gaung Persada 2008
 

Mukhtar dan Iskandar, Desain Pembelajaran Berbasis Tekhnologi,  Jakarta: Gaung Persada Press, 2010


Mulyasa , Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Belajar KBK, Bandung, Penerbit Remaja Rosdakarya : 2005

Sagala, H. S, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung :              2009

Vandenbos, Gary R. (Editor in Chief). 2002. APA Dictionary of Psychology. Washington DC: American Psychological Association.





[1] Mukhtar dan Iskandar, Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), hlm. 131

[2] Ibid
[3] Proses mendesain berbeda dengan proses melaksanakan. Di mana desain pesan bersifat konseptual yang membedakannya dengan kejadian suatu tindakan atau peristiwa komunikasi dan pembelajaran. Desain pesan bisa saja terjadi secara tiba-tiba (tanpa perencanaan) bersamaan dengan tindakan pembelajaran. Gagne (1965), seperti yang dikutip dalam buku ini, membedakan antara “predesign” dan “extemporaneous design”. Guru seringkali melakukan keduanya. Ia membuat rencana pembelajaran sebelum mengajar (predesign) dan ia juga memodifikasinya ketika mengajar (extemporaneous design)  Ibid., halaman 9-10.

[4] Ibid., hal 10
[5] Secara praksis, pertanyaan yang muncul dari asumsi ini ialah bagaimana bisa prinsip (generalisasi) ilmu-ilmu behavioral diaplikasikan ke dalam desain pesan pembelajaran? Secara umum buku ini ingin menjawab pertanyaan tersebut. Ibid., halaman 11.
[6] Vandenbos, Gary R. (Editor in Chief). 2002. APA Dictionary of Psychology. Washington DC: American Psychological Association. Halaman 683
[7] Mukhtar dan Iskandar, Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi hal 132
[8] Ibid
[9] Ibid hal 133
[10] Ibid
[11] Ibid hal 136
[12] Ibid 138
[13] Martinis yamin,  Kiat Membelajar Siswa,( Jakarta : Gaung Persada, 2007)  hlm 76
[14] Ibid
[15] Mukhtar dan Iskandar, Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi hlm. 132
[16] Ibid

[18] Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran,( Jakarta : Gaung Persada, 2011), hal 7
[19] Ibid
[20] Ibid
[21] Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran,( Jakarta : Gaung Persada, 2011), hal 120
[22] Ibid
[23] Martinis dan maisah,  Standarisasi kinerja Guru, ( Jakarta : Gaung Persada 2010) hlm 105

Tidak ada komentar:

Posting Komentar