TUGAS MAKALAH
DESAIN
INSTRUKSIONAL
DESAIN
PESAN PEMBELAJARAN
Dosen
Pengampu :
Prof. Dr. H. Mukthar, M. Pd
Oleh :
R I
N I
Nim : P.p.211.1.1388
Teknologi Pendidikan
Islam (TPI)
PROGRAM PASCA SARJANA
IAIN SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah, bahwa atas ridho dan karunia-Nya lah , maka sayai masih dapat
menyelesaikan tugas-tugas menyusun Makalah dalam rangka tugas harian Desain
Instruksional, meskipun di tengah-tengan kesibukan dan dalam waktu yang sangat
singkat. Hal ini dikarenakan kami merasa mempunyai kewajiban dan tanggung jawab
sebagai mahasiswa program pascasarjana sekaligus akan melatih diri kami dalam
menyampaikan pemikiran-pemikiran guna membangun pengetahuan mengenai Desain
Pesan Pembelajaran yang berjalan saat ini.
Tentu saja
dengan terbatasnya pengetahuan yang dimiliki oleh penulis ditambah sempitnya
waktu yang diberikan kepada penulis, tulisan ini masih jauh dari sempurna,
lNamun walaupun demikian penulis berharap tulisan ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca. .Kritik dan saran yang bermasud membangun, apa lagi mengembangkan
pemikiran ini, kiranya masih terbuka bagi siapa saja. Betapa kecilnya bantuan
yang diberikan namun apabila disertai niat yang baik, akan terasa besar juga
manfaatnya.
Semoga
bermanfaat..
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.........................................................................................
i
DAFTAR
ISI.........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................. 4
C.Tujuan
Penulisan.................................................................... 4
D.
Manfaat Penulisan................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN
A.
Interaksi dan Komunikasi Merancang Pasan................
5
B.
Prinsip-prinsip Desain Pesan Pembelajaran................. 14
C.
Pendekatan dalam Desain Pesan Pembelajaran......... 21
D.
Metode-Metode Menyampaikan Pesan Pembelajaran 26
BAB
III Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan.......................................................................... 31
B. Saran..................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
DESAIN
PESAN PEMBELAJARAN
Oleh. RINI
A. Latar
Belakang
Proses
pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengajaran diharapkan mengembangkan
kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki oleh siswa
secara penuh. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga
siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan
cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses
pembelajaran itu sendiri.
Kebutuhan
menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan yang dilakukan termasuk perbuatan
belajar dan bekerja, dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan tertentu pula.
Proses pembelajaran tidak akan berjalan tanpa ada komunikasi[1].
Efektifitas komunikasi guru dengan peserta didik merupakan keharusan, agar
berkomunikasi kepada siswa-siswa dalam bahasa yang mudah dicerna, dimengerti,
dan terhadap orang dewasa jangan berkomunikasi seperti komunikasi terhadap
anak-anak[2].
Manusia
memperoleh sebagian besar kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu
peristiwa yang terjadi di dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati,
diubah dan dikontrol. Kemampuan manusia yang dikembangkan melalui belajar
yaitu: pertama; ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif,
ketrampilan motorik, dan sikap.
Pendidik
dituntut untuk menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik untuk mencapai
kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh subjek didik. Dalam hal
ini peranan desain pesan dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena
desain pesan pembelajaran menunjuk pada proses memanipulasi, atau merencanakan
suatu pola atau signal dan lambang yang dapat digunakan untuk menyediakan kondisi
untuk belajar.
Kata desain
menunjukkan adanya suatu proses dan suatu hasil. Sebagai suatu proses, desain
pesan sengaja dilakukan mulai dari analisis masalah pembelajaran hingga pemecahan masalah yang
dirumuskan dalam bentuk produk. Produk yang dihasilkan dapat dalam bentuk
prototipe, naskah atau stori board, dan sebagainya.
Rancangan (design) juga sering
dikatakan sebagai proses analisis dan sintesis yang dimulai dengan suatu
problem komunikasi dan diakhiri dengan rencana solusi operasional[3].
Sedangkan pesan
(message) ialah
suatu pola tanda/lambang, baik berupa kata maupun gambar, yang dimaksudkan
untuk mengubah prilaku kognitif (berpikir), afektif (bersikap) dan psikomotorik
(bertindak) seseorang atau kelompok[4]
Pembelajaran (instuction) di sini tidak
hanya merujuk kepada konteks pembelajaran formal di ruang kelas, di mana
pemerolehan keterampilan dan konsep tertentu merupakan tujuan sentralnya,
tetapi juga mencakup seluruh apa yang terkandung dalam istilah “komunikasi”,
termasuk konteks pembelajaran informal, di mana sikap dan emosi amat
diperhatikan[5]
Mengenai
desain pesan, desain pesan meliputi perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik
dari pesan atau informasi. Hal tersebut mencakup prinsip-prinsip perhatian,
persepsi, dan daya serap yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan atau
informasi, agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima. Fleming dan
Levie (dalam Seel&Richie,1994) membatasi pesan pada pola-pola isyarat atau
simbol yang memodifikasi perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. Desain
pesan berurusan dengan tingkat paling mikro melalui unit-unit kecil seperti
bahan visual, urutan, halaman dan layar secara terpisah.
Karakteristik
lain dari desain pesan adalah bahwa desain pesan harus bersifat spesifik baik
terhadap medianya maupun tugas belajarnya. Hal ini mengandung arti bahwa
prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda tergantung apakah medianya bersifat
statis, dinamis atau kombinasi dari keduanya, misalnya suatu potret,
film, atau grafik komputer. Juga apakah tugas belajarnya berupa pembentukan
konsep atau sikap, pengembangan ketrampilan atau strategi belajar, ataukah
menghafalkan informasi verbal.
Dari apa yang
dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rancangan pesan pembelajaran (instructional message design)
ialah rencana proses rekayasa (manipulasi) pola tanda dan simbol yang
menghasilkan berbagai kondisi belajar. Dalam hal ini, Asumsi yang dikembangkan
oleh Fleming dan Levie adalah bahwa para praktisi pembelajaran bisa menjadi
lebih efektif jika mereka memanfaatkan generalisasi (kesimpulan umum) hasil
penelitian ilmu- ilmu behavioral. Generalisasi inilah di dalam buku ini disebut
sebagai “prinsip”[6]
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang
dimaksud dengan Desain Pesan Pembelajaran?
2. Bagaimana
bentuk Interaksi dan Komunikasi
dalam Merancang Pesan ?
3. Apa
saja yang termasuk pada pembagian Jenis-jenis pesan?
4. Apa
saja Prinsip- Prinsip Desain
Pesan Pembelajaran
?
5. Bagaimana
Pendekatan
dalam Desain Pesan Pembelajaran ?
6. Metode-Metode
apa saja yang digunakan untuk menyampaikan Pesan Pembelajaran
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan pengertian Desain Pesan Pembelajaran?
2. Mendeskripsikan
bentuk Interaksi dan Komunikasi dalam Merancang Pesan ?
3. Mendeskripsikan
pembagian Jenis-jenis pesan?
4. Mendeskripsikan
Prinsip Desain Pesan
Pembelajaran
?
5. Mendeskripsikan Pendekatan
dalam Desain Pesan Pembelajaran?
6. Metode-Metode
apa saja yang digunakan untuk menyampaikan Pesan Pembelajaran
D. Manfaat
Penulisan
Agar
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
mengajar.dan
dapat dijadikan sebagai bahan kajian
belajar dalam rangka meningkatkan kinerja dan khususnya dibidang pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Interaksi
dan Komunikasi Merancang Pesan
Merancang pesan adalah merupakan suatu proses yang
terpisah dengan peristiwa penyampaian pesan tersebut. Namun hubungannya tetap
yaitu rancangan dan pelaksanaan penyampaian pesan merupakan suatu kegiatan utuh
dalam proses komunikasi pembelajaran. Dengan kata lain rancangan pesan adalah
merupakan bagian dalam proses komunikasi. Menurut Grabowski dalam Mukhtar, rancangan
pesan melibatkan perencanaan untuk manipulasi bentuk-bentuk fisik pesan[7]. Fleming dan Levie membuat pembatasan pada
semua pola tanda-tanda atau symbol yang menerangkan perilaku kognitif, afektif
dan psikomotor.
Hal ini mencakup prinsip-prinsip perhatian,
persepsi, ingatan yang menunjukkan spesifikasi pada bentuk-bentuk fisik pesan
yang membantu komunikasi antar sender (pengirim) dan receiver (penerima)[8]. Bila guru berbicara,
pembicaraan yang dihasilkan adalah pesan. Bila guru menulis, tulisan yang
dihasilkan adalah pesan. Bila guru memberi isyarat, gerakan lengan atau
ekspresi muka adalah pesan. Perancangan pesan berhubungan pada hamper semua
tingkat mikro melalui unit-unit kecil seperti alat peraga, rangkaian, haluan
dan layar, karakteristik pada tugas-tugas medium. Ini berarti bahwa
prinsip-prinsip rancangan pesan akan berbeda tergantung pada medium itu statis,
dinamis atau kombinasi dari keduanya dan apakah tugas-tugas ini melibatkan
konsep pembentukan perilaku, keahlian atau pengembangan stategi belajar atau
memori.
Ada tiga faktor yang perlu
dikaji dalam pesan, yaitu :
1. Kode Pesan
2. Isi Pesan
3. Pengolahan Pesan
Kode pesan dapat didefenisikan
sebagai simbol yang dapat dikelompokkan atau diurutkan sedemikian rupa sehingga
bermakna kepada seseorang. Bahasa adalah kode pesan yang memiliki unsur-unsur
seperti bunyi, huruf, kata-kata, kalimat dan sebagainya yang disusun dalam
urutan yang berarti. Isi pesan dapat
meliputi informasi yang disampaikan. Dalam menyajikan pesan untuk
menyampaikan maksudnya, sumber dapat memilih suatu informasi tertentu. Ia dapat
menyimpulkan semua pesan pada bagian akhir dan menyerahkan kepada penerima
pesan untuk menyempurnakannya sendiri. Pengolahan pesan dapat didefenisikan
sebagai keputusan-keputusan yang diambil oleh sumber pengirim pesan dalam
memilih, menyusun kode dan isi pesan yang akan disampaikan serta mengenai cara
penyampaian kode isi pesan tersebut.
Ada dua jenis pembagian dalam pesan,
yaitu :
1. Pesan Verbal
Pebelajar
harus pandai berkomunikasi secara verbal dengan berbicara yang cermat dan
dimengerti, dituntut pula untuk pandai menggunakan komunikasi non verbal. Sulit
dibayangkan bagaimana kita bisa berkomunikasi dalam cara yang benar-benar
manusiawi tanpa harus menggunakan kode verbal.
Pesan verbal
terdiri dari kata-kata dalam arti, lambang, denotasi dan konotasi, bahasa dan
fikiran. Pesan verbal melakukan sesuatu melalui kata-kata. Kata adalah unsur
dari bahasa dan kata-kata[9].
Proses pengiriman pesan dari seseorang terhadap orang lain dengan tujuan untuk
menciptakan arti dikepala si penerima[10].
Lambang merupakan sesuatu yang digunakan untuk mengartikan sesuatu..
Kata hanyalah
lambang verbal dari objek yang ditunjukkannya. Sistem simbol verbal dapat
menggunakan bahasa dalam menyampaikan pesan. Dalam membicarakan arti atau
makna,orang tidak meninggalkan konsep denotasi dan konotasi. Denotasi
menunjukan pada asosiasi primer, sedangkan konotasi menunjukkan asosiasi
sekunder. Bahasa dan fikiran adalah saling berhubungan. Fikiran dibentuk oleh
bahasa dari sebuah hipotesis. Bahasa melakukan dua hal penting, yaitu berperan
sebagai pembantu dari memori. Ia membuat memori menjadi lebih efisien dengan
jalan memberikan kesempatan pada kita untuk mengkodekan peristiwa-peristiwa
sebagai kategori verbal. Bahasa sebagai abstrak penting dalam sebuah komunikasi
dan tidak terbatas pada pengalaman kita.
2. Pesan nonverbal
Komunikasi non
verbal identik dengan komunikasi tanpa kata-kata,misalnya ketika sedang
menyajikan materi pembelajaran sorot mata guru tertuju kepada seluruh siswa.
Kontak mata antara guru dengan siswa dapat membantu mempertahankan perhatian
atau konsentrasi siswa terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas.
Fungsi
informasi nonverbal yaitu fungsi repetisi, kontrakdisi, subsitasi, aksentuasi,
komplementer dan regulasi[11].
Fungsi repetisi merupakan pesan nonverbal untuk memperkuat pesan verbal.
Menyampaikan pesan diperkuat dengan gerakan tangan, misalnya seseorang
menyebutkan angka. Kontradisi berarti mengaktifkan pesan verbal. Substitusi
berfungsi sebagai wujud pengertian simbolis melalui pesan nonverbal. Aksentuasi adalah pesan nonverbal memberikan tekanan
pada apa yang dikatakan, misalkan gerak kepalab dan tangan sering digunakan
untuk dapat memperjelas penyampaian pesan. Komplementer berfungsi sebagai pesan
nonverbal yang bertujuan untuk melengkapi pesan verbal. Regulasi dilakukan
melalui pandangan, posisi tubuh, intonasi suara.
Proses pembelajaran terjadi interaksi dan komunikasi antara guru dengan
siswa jika adanya suatu motivasi belajar. Interaksi pembelajaran merupakan
suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik. Interaksi dalam
kelas bagi seorang guru sering menemui kendala yang disebabkan komunikasi.Tidak
semua siswa di dalam kelas dalam melakukan interaksi. Seperti yang sudah
disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi antar siswa dengan guru adalah
penyampaian pesan. Didalamnya terjadi dan terlaksana hubungan timbale balik.
Guru menyampaikan pesan, siswa bertanya dan sebaliknya. Interaksi memilki unsur-unsur
komunikator, komunikan, pesan dan media. Komunikasi terjadi bila terdapat
kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan
dalam percakapan belum tentu menimbulkan kesamaan makna[12]. Dengan kata lain,
seseorang yang mengerti bahasa belum tentu mengerti makna. Jadi yang dikatakan
komunikatif adalah apabila terjadi kesamaan bahasa dan kesamaan makna antara
komunikator dan komunikan.
Konsepsi komunikasi mengandung pengertian memberitahukan pesan,
pengetahuan, dan fikiran dengan maksud mengikutsertakan peran siswa dalam
proses pembelajaran, sehingga persoalan yang dibicarakan milik bersama, dan
tanggung jawab bersama. Dalam berkomunikasi peran lambang merupakan media
utama, tanpa media seseorang tidak akan mampu berkomunikasi. Lambang secara
langsung mampu menterjemahkan fikiran perasaan komunikator kepada komunikan.
Lambang sebagai media proses komunikasi terdiri atas :
1.
Bahasa
2.
Kial
3.
Isyarat
4.
Gambar
5.
Warna
Bahasa salah satu di antara media yang banyak dipergunakan seeorang dalam
berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan karena ia mampu untuk
menterjemahkan fikiran perasaan seseorang kepada orang lain. Menurut Effendi
dalam Martinis, bahasa mampu menterjemahkan ide, informasi atau opini, baik itu
mengenai yang kongkret maupun yang abstrak, bukan saja tentang peristiwa tang
terjadi sekarang, melainkan peristiwa yang terjadi pada masa lalu atau masa
yang akan datang[13].
Kial dapat diterjemahkan sebagai fikiran seseorang sehingga terekspresikan
secara fisik.
Seperti seeorang menggerakkan jari jemari, mengedipkan mata, menggerakan
anggota tubuh lainnya untuk menyampaikan pesannya. Isyarat sering disimbolkan
dengan bunyi-bunyian seperti lonceng, terompet, beduk, kentongan untuk
memberikan informasi kepada orang banyak. Warna memiliki makna tertentu, contoh melihat
warna merah putih, warna sebagai simbol memiliki kemampuan dalam menterjemahkan
fikiran terhadap orang lain. Gambar merupakan lambang yang melebihi kemampuan
ikal, isyarat, dan warna dalam menterjemahkan fikiran seseorang. Tetapi tetap
tidak melebihi bahasa. Bahasa dapat menterjemahkan fikiran seseorang dalam
berbagai hal, mulai dari sesuatu yang abstrak sampai kepada yang kongkreat.
David Berlo dalam Martinis Yamin seorang pakar komunikasi merumuskan
tentang kriteria komunikasi seperti yang terlihat digambar 1.1. Lasswell
menjelaskan dalam Martinis Yamin, bahwa proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan pengaruh disebut
dengan komunikasi.
Berkenaan dengan ini, dapat dilihat pada gambar 1.2 dalam unsur-unsur
proses komunikasi yang terdiri dari :
1.
Sender : Komunikator yang menyampaikan
pesan kepada seseorang atau sejumlah
orang
2.
Encoding : Penyandian, yakni proses
pengalihan fikiran ke dalam bentuk lambing
3.
Message : Pesan yang merupakan seperangkat
lambing bermakna yang disampaikan oleh komunikator
4.
Media :
Saluran kominukasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan
5.
Decoding :
Proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh
komunikator kepadanya.
6.
Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari
komunikator
7.
Response :
Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.
8.
Feedback :
Umpan balik,yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan
kepada komunikator
9.
Noice : Gangguan tak terencana yang
terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh
komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator
kepadanya.
Menurut Surakhmad dalam Martinis, interaksi dibagi dalam beberapa jenis,
yaitu pengalaman riil, pengalaman buatan, dan pengalaman verbal[14]. Pengalaman riil
menyangkut media dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran yang
dilakukan dikelas sangat terikat waktu dan tempat serta faktor-faktor lainnya.
Peran guru dalam menyampaikan pesan melalui pengalaman yang pernah dialami atau
bisa mengkaitkan pada kejadian atau peristiwa yang lalu.
Gambar 1.2
Sumber : Drs. H. Martinis Yamin, M.Pd
Pengalaman buatan diciptakan untuk mendekatkan siswa pada pengalaman riil.
Penggunaan pengalaman buatan ini memudahkan guru untuk menyusun rencana-rencana
pengalaman pendidikan yang dilaksanakan
disekolah. Contohnya karyawisata dan kemah dapat memberikan kesempatan pada
pembelajar menjadi seorang pemimpin dikelompoknya. Pengalaman verbal merupakan
metode pembelajaran berupa ceramah.
Gambar 1.1 Model Unsur Komunikasi
Sumber : Drs. H. Martinis Yamin,
M.Pd
Perancangan pesan yang melibatkan pihak komunikan (lawan bicara) dan
komunikator (penyampai pesan) harus menyadari kemampuan lawan bicara. Menurut Neisser dalam Mukhtar, manusia dalam
berkomunikasi dipengaruhi oleh persepsi yang ia miliki, sebab masing-masing
kita memiliki persepsi yang berbeda[15]. Persepsi adalah
kemampuan kita dalam menggabungkan pengalaman yang lama dengan pengalaman yang
baru [16].
Persepsi dapat
terjadi bila tiga komponen utama berikut terpenuhi, yaitu :
- Seleksi atau sensasi, yaitu proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
- Interpretasi yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.
- Interpretasi ini kemudian di terjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi[17]
Menurut Imanuell Kant dalam Mahmud MD.
mengatakan “kita melihat benda-benda itu tidak sebagaimana adanya benda-benda
itu sendiri, tetapi sebagaimana adanya diri kita” atau dengan kata lain
persepsi itu merupakan pengertian kita tentang situasi sekarang dalam artian
pengalaman-pengalaman kita yang telah lalu. Karena itu apa yang kita persepsi
pada waktu tertentu akan tergantung bukan saja pada stimulusnya sendiri, tetapi
juga pada latar belakang beradanya stimulus itu, misalnya pengalaman-pengalaman
sensoris terdahulu, perasaan kita pada waktu itu, prasangka-prasangka,
keinginan-keinginan, sikap dan tujuan kita. Lebih lanjut Mahmud mendefinisikan
persepsi sebagai penafsiran terhadap stimulus yang telah ada di dalam otak.
B. Prinsip-
Prinsip Desain Pesan Pembelajaran
Berdasarkan pembahasan
tentang pengertian desain pesan pembelajaran diatas, sehingga dapat
dikembangkan beberapa prinsip- prinsip yang dapat dijadikan pedoman dalam
kegiatan desain pesan pembelajaran.
Ada enam prinsip utama
desain pesan pembelajaran yaitu:
1. Prinsip kesiapan dan motivasi
Motivasi
belajar merupakan daya gerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat
melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan dan pengalaman[18].
Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan[19].
Peserta didik akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari
prestasi.
Prinsip ini mengatakan bahwa jika dalam kegiatan pembelajaran
siswa/peserta belajar memilki kesiapan seperti kesiapan mental, serta kesiapan
fisik dan motivasi tinggi, maka hasil
belajar akan lebih baik.. Kesiapan mental diartikan sebagai kesipan kemampuan
awal, yaitu pengetahuan yang telah dimiliki siswa belajar yang dapat dijadikan
pijakan untuk mempelajari materi baru. Oleh sebab itu, dalam menyusun desain
pesan, guru harus lebih dahulu
mengetahui kesiapan siswa melalui tes prasayarat belajar yang diberikan pada
siswa. Jika diketahui pengetahuan awal siswa belum mencukupi, maka dapat diadakan pembekalan/ matrikulasi.
Sedangkan kesiapan fisik, berarti bahwa siswa dalam
melakukan kegiatan belajar tidak
mengalami kekurangan atau halangan, sebagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses dan
hasil belajar. Misalnya untuk belajar
musik siswa tidak boleh terganggu pendengarannya. Sedangkan motivasi adalah
merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang
untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu. Dorongan itu bias berasal dari dalam atau luar. Semakin tinggi
motivasi siswa untuk belajar, semakin tinggi pula proses dan hasil belajarnya.
Oleh karena itu, dalam kegiatan
pembelajaran hendaknya guru berupaya mendorong motivasi siswa dengan
menunjukkan pentingnya mempelajari pesan pembelajaran yang sedang dipelajari.
Menurut Walgito, motivasi
adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku
kearah tujuan. Sedang menurut Plotnik,
motivasi mengacu pada berbagai faktor fisiologi dan psikologi yang
menyebabkan seseorang melakukan aktivitas dengan cara yang spesifik pada waktu
tertentu.
Menurut Walgito, ada tiga aspek
motivasi, yaitu :
a. Keadaan yang mendorong
dan kesiapan bergerak dalam diri organisasi yang timbul karena kebutuhan
jasmani, keadaan lingkungan, keadaan mental (berpikiri dan ingatan).
b. Perilaku yang timbul dan terarah
karena keadaan tersebut.
c. Sasaran atau tujuan yang dikejar
oleh perilaku tersebut.
Dalam membahas macam-macam
motivasi belajar, ada dua macam sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari
dalam pribadi seseorang yang biasa disebut ”motivasi intrinsik” dan motivasi
yang berasal dari luar diri seseorang yang biasa disebut ”motivasi ekstrinsik”.
- Motivasi Intrinsik
Menurut Syaiful Bahri,
motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Sejalan dengan pendapat diatas, dalam
artikelnya Siti Sumarni (2005) menyebutkan bahwa motivasi intrinsik adalah
motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan Sobry Sutikno (2007)
mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri
individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar
kemauan sendiri.
Dari beberapa pendapat
tersebut, dapat disimpulkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul
dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar. Jenis motivasi
ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang
lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
- Motivasi Ekstrinsik
Menurut A.M. Sardiman
(2005:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al (2001:51)
menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya terletak
diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu sendiri. Sobry
Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul
akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan
dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan
sesuatu.
Dari beberapa pendapat di
atas, dapat disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan
berfungsi karena adanya pengaruh dari luar. Jenis motivasi ini timbul sebagai
akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau
paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan
sesuatu atau belajar.
2. Prinsip Pemanfaatan Media Pembelajaran
Media adalah
kata jamak dari medium berasal dari kata
latin yang memiliki arti perantara (between)[20].
Secara defenisi media adalah suatu
perangkat yang dapat menyalurkan informasi dari sumber ke penerima informasi[21]. Berbicara
mengenai media berarti kita membicarakan proses pembelajaran[22].
Media memegang peran yang penting dalam
pembelajaran. Salah satu unsur dalam proses komunikasi yang sangat menonjol peranannya bagi pembelajaran adalah media.
Prinsip ini
mengatakan bahwa jika dalam proses belajar perhatian siswa/si belajar terpusat pada pesan yang dipelajari, maka proses dan hasil belajar
akan semakin baik. Perhatian memegang peranan penting dalam kegiatan belajar. Semakin baik
perhatian siswa, proses dan hasil belajar akan semakin baik pula.
Cara-cara yang
digunakan untuk mengarahkan perhatian siswa antara lain:
a. Mengaitkan
pelajaran dengan pengalaman atau kehidupan siswa
b. Menggunakan alat pemusat perhatian seperti
peta konsep, gambar, dan media-media pembelajaran visual lainnya.
c Menghubungkan pesan pembelajaran yang sedang
dipelajari dengan topik-topik yang sudah
dipelajari.
d
Menggunakan musik penyeling
e Teknik
penyajian yang bervariasi
f
Mengurangi bahan/matteri yang tidak
relevan
Manfaat media
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu :
a.
Penyampaian
materi pelajaran dapat diseragamkan.
b.
Proses
pembelajaran menjadi lebih menarik
c.
Proses
belajar siswa menjdi lebih interaktif
d.
Jumlah
waktu belajar mengajar dapat dikurangi
e.
Kualitas
siswa dapat ditingkatkan
f.
Proses
belajar dapt terjadi di mana saja dan kapan saja
g.
Sikap
positif siswa terhadap proses belajar
h.
Peran
guru dapat berubah kea rah yang lebih positif dan produktif
3. Prinsip partisipasi aktif siswa
Keaktivan
siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang
dimilkinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Pengajar dapat merekayasa system pembelajaran secara sistematis,
sehingga merangsang keaktivan siswa dalam proses pembelajaran.
Aktifitas,
kegiatan, atau proses mental, emosional maupun fisik. Contoh aktifitas mental
misalnya mengidentifikasi, membandingkan, menganalisis, dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk aktifitas
emosional misalnya semangat, sikap, positif terhadap belajar, motivasi,
keriangan, dan lain-lain. Contoh aktifitas fisik misalnya melakukan gerak badan
seperti kaki, tangan untuk melakukan ketrampilan tertentu.
Seperti yang
terlihat pada gambar 1.2 Pembelajaran yang dilakukan antar guru dan siswa,
harus mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Guru aktif member pertanyaan, jawaban, tugas
atau rangsangan belajar, demikian pula siswa aktif belajar merespon rangsangan
belajar dari guru. Pengajar tidak hanya melakukan kegiatan menyampaikan pesan
belajar, akan tetapi pebelajar harus mampu membawa pembelajar untuk aktif dalam
berbagai bentuk belajar berupa belajar penemuan, belajar mandiri, belajar
berkelompok, belajar memecahkan masalah, dan sebagainya. pada gambar guru
sebagai pembimbing dalam terjadinya suatu pengalaman dalam belajar. Pembelajar
merupakan istilah menggambarkan peran yang lebih banyak terletak pada
siswa,guru sebagai pembimbing dan menyampaikan pesan. Siswa sebagai subjek
harus berperan dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, membuat
perencanaan, pelaksanaan, dan tercapainya suatu hasil.
Gambar 1.2
Sumber : Drs. H.Martinis yamin, M.Pd
Cara-cara yang
dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah:
a.
Memberikan pertanyaan-pertanyaan ketika proses pembelajaran berlangsung
b Mengerjakkan
latihan pada setiap akhir suatu bahasan
c Membuat
percobaan dan memikirkan atas hipotesis yang diajukan
d Membentuk
kelompok belajar
e Menerapkan
pembelajaran kontekstual, kooperatif, dan kolaboratif
Belajar aktif berguna
untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi
siswa dan guru untuk sama-sama berkembang dan mentransformasikan pengetahuan
melalui pesan berupa keterampilan serta pengalaman.
4. Prinsip mendengar dan Menyimak
Belajar dilakukan oleh guru
dalam memenuhi dan menyampaikan pesan materi yang sedang dipelajari. Mendengar
dan menyimak materi yang disampaikan guru melalui pesan pembelajaran, merupakan upaya seseorang untuk menyimpan
informasi yang diterima melalui proses indrawi dan kemudian dikirim kedalam
memori yang pada suatu saat informasi itu dapat disampaikan kembali.
Menurut Tomatis dalam
Martinis mengemukakan saraf-saraf yang sama mengontrol otot-otot telinga tengah
yang terlibat dalam produksi suara[23]. Saraf fasial menyediakan stimulus bagi
otot-otot wajah, termasuk bibir, yang sangat penting bagi jelasnya suara dan
dapat dipahami ucapannya. Penghubung penting lainnya antara telinga dan mulut
adalah saraf trigeminal, yang terhubung ke otot martil, serta ke otot-otot yang
memungkinkan kita mengunyah dan menutup mulut, yaitu otot temporal dan otot
masseter.
5. Prinsip Umpan Balik
Umpan balik
adalah informasi yang diberikan kepada siswa mengenai keberhasilan atau
kekurangan dalam belajarnya. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam
memberikan umpan balik diantaranya dengan memberikan soal atau pertanyaan
kepada siswa, kemudian memberitahunya dengan benar. Memberikan tugas, kemudian
memberitahukan tugas apakah tugas yang dikerjakan sudah benar. Kembalikan
pekerjaan siswa yang telah dikoreksi, dinilai, atau diberi komentar/catatan
oleh guru.
6. Prinsip Perulangan
Mengulang-ulang
penyajian informasi atau pesan pembelajaran. Proses penguasaan materi
pembelajaran atau ketrampilan tertentu memerlukan perulangan.. tidak
adanya perulangan akan mengakibatkan informasi atau pesan pembelajaran tidak
bertahan lama dalam ingatan, dan informasi tersebut mudah dilupakan.
Upaya
mengulang informasi dapat dilakukan dengan cara yang sama dan dengan media yang
sama. Misalnya media kaset diputar berulang-ulang, membaca buku dua atau tiga
kali. Perulangan dapat juga dengan cara dan media yang berbeda pula. Misalnya
setelah mendengar metode ceramah, siswa diminta untuk membaca buku dengan topik
yang sama. Penggunaan epitome, advance organizer, rangkuman, atau kesimpulan.
C.
Pendekatan dalam Desain Pesan Pembelajaran
Dalam desain pesan
pembelajaran berbentuk bahan ajar, materi pelajaran yang akan disampaikan
sebagai pesan mempunyai arti penting karena pencapaian tujuan yang ditetapkan
terinci dan pencapaiannya ada pada materi pembelajaran. Bahan ajar atau materi
pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Secara terperinci,
jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep,
prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama
obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dsb. (Ibu kota
Negara RI adalah Jakarta; Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945).
Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau
bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran
dan lengan-lengannya).
Termasuk materi prinsip
adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep
yang menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan
memuai”, rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.
Materi jenis prosedur
adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau
berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah
mengoperasikan peralatan mikroskop, cara menyetel televisi. Materi jenis sikap
(afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai
kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat
bekerja, dsb.
Urutan penyajian
(sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau
mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi
pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan
menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami
kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa
akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.
Materi pembelajaran yang
sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui
beberapa pendekatan diantaranya pendekatan kronologis, kausal, structural,
logis dan psikologis, spiral dan hierarkis. Yang akan dibahas dalam materi ini
adalah pendekatan logis dan psikologis, spiral dan hierarkis.
1. Pendekatan Logis dan Psikologis
1. Pendekatan Logis dan Psikologis
Materi bahan ajar dapat
disusun berdasarkan pendekatan logis. Maksud logis ialah pertama bahwa materi
ajar yang disusun cukup logis bagi peserta didik yang menerima pesan dalam
bahan ajar tersebut. Kedua bahwa bahan ajar yang disusun dimulai dari bagian
menuju keseluruhan, sederhana menuju yang komplek, nyata ke abstrak, dan dari
bagaimana menjadi mengapa.
Pendekatan pembelajaran
harus menekankan kepada proses dan ketrampilan yang sesuai dengan materi
pembelajaran. Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
belajar peserta didik. Pendekatan psikologis dalam menyusun bahan ajar dimulai
dari keseluruhan kepada bagian, dari yang kompleks ke sederhana. Pendekatan ini
didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi, dimana individu memproses
pengatahuan dan memperoleh pemahaman berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan
dan pembelajaran.
Materi pembelajaran harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, dimana proses penalaran
dapat terjadi. Ide-ide serta pengalaman digunakan untuk mentransformasikan
konsep dan pembelajaran kompleks menjadi operasi mental yang sesuai dengan
peserta didik.
2. Pendekatan
spiral
Pendekatan ini
dikembangkan oleh Bruner, bahan ajar dipusatkan pada topik atau pokok bahasan
tertentu. Dari topik atau pokok bahasan tersebut bahan diperluas dan
diperdalam. Topik atau bahan ajar tersebut adalah sesuatu yang popular dan
sederhana, tetapi kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan yang lebih
kompleks.
Menurut Bruner, belajar
melibatkan tiga proses yang berlangsung secara bersamaan, yaitu :
a.
Memperoleh
informasi baru
Informasi baru merupakan penghalusan dari
informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang.
b. Transformasi informasi
Informasi yang diperoleh kemudian
dianalisis atau ditransformasikan kedalam bentuk yang lebih nyata atau konseptual
agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih lugas.
c. Evaluasi
Merupakan proses relevansi dan ketepatan pengetahuan. Proses ini dilakukan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan tersebut cocok atau sesuai dengan prosedur yang ada.
Merupakan proses relevansi dan ketepatan pengetahuan. Proses ini dilakukan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan tersebut cocok atau sesuai dengan prosedur yang ada.
Pendewasaan pertumbuhan
intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang menurut Bruner adalah sebagai
berikut :
1. Pertumbuhan intelektual ditunjukkan
oleh bertambahnya ketidaktergantungan respon dari sifat stimulus.
2. Pertumbuhan intelektual tergantung
pada bagaimana seseorang menginternalisasikan peristiwa-peristiwa menjadi suatu
system penyimpanan (storage system) yang sesuai dengan lingkungan.
3. Pertumbuhan intelektual yang menyangkut
peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada
orang lain, dengan pertolongan kata-kata dan simbol-simbol apa yang telah dilakukan
atau yang akan dilakukan.
Menurut Bruner untuk
mengajar sesuatu tidak perlu ditunggu sampai akan mencapai suatu tahap
perkembangan tertentu. Perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan
dengan cara mengatur bahan yang akan diberikan, diatur dengan baik maka anak
dapat belajar meskipun dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Penerapan ini dikenal dengan pendekatan spiral.
Pada pendekatan ini bahan
ajar yang dirancang atau disusun berisikan materi yang berhubungan dengan
materi-materi lain yang terjandung didalamnya. Hal ini menyebabkan materi akan
dapat lebih dari satu kali atau bahkan berulangkali disampaikan.
Dengan menggunakan pendekatan spiral adalah materi yang dituangkan dalam kurikulum tersebut dimulai dari lingkungan yang dekat dan lebih sempit menuju kepada lingkungan yang lebih jauh dan luas serta makin lama makin mendalam sehingga materi pelajaran yang telah diberikan guru kepada siswa benar-benar menjadi milik siswa dan tahan lama dalam benak anak, karena adanya pengulangan materi dan memiliki kaitan yang logis antara materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang disajikan. Pendekatan kurikulum seperti ini sangat mementingkan apresiasi sebelum pembelajaran dimulai, yaitu mengaitkan yang lalu dengan materi yang akan diberikan.
Dengan menggunakan pendekatan spiral adalah materi yang dituangkan dalam kurikulum tersebut dimulai dari lingkungan yang dekat dan lebih sempit menuju kepada lingkungan yang lebih jauh dan luas serta makin lama makin mendalam sehingga materi pelajaran yang telah diberikan guru kepada siswa benar-benar menjadi milik siswa dan tahan lama dalam benak anak, karena adanya pengulangan materi dan memiliki kaitan yang logis antara materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan materi yang disajikan. Pendekatan kurikulum seperti ini sangat mementingkan apresiasi sebelum pembelajaran dimulai, yaitu mengaitkan yang lalu dengan materi yang akan diberikan.
3. Pendekatan Hierarki
Pendekatan ini
dikembangkan oleh Robert Gagne (1965), dengan prosedur sebagai berikut :
tujuan-tujuan khusus pembelajaran dianalisis, kemudian dicari suatu hierarki
urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.Hierarki tersebut
menggambarkan urutan kemampuan bawahan apa yang mula-mula harus dikuasai oleh
siswa, berturut-turut sampai pada kemampuan bawahan terakhir.
Urutan materi pembelajaran
secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke
atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai
prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Contoh : Urutan Hierarkis
(berjenjang) Soal ceritera tentang perhitungan laba rugi dalam jual beli Agar
siswa mampu menghitung laba atau rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil),
siswa terlebih dahulu harus mempelajari konsep/ pengertian laba, rugi,
penjualan, pembelian, modal dasar (penguasaan konsep). Setelah itu siswa perlu
mempelajari rumus/dalil menghitung laba, dan rugi (penguasaan dalil).
Selanjutnya siswa menerapkan dalil atau prinsip jual beli (penguasaan penerapan
dalil).
Suatu proses pembelajaran
dapat berhasil dengan baik kalau proses situ secara nyata sudah tumbuh dalam
diri peserta didik. Oleh karena itu sikap lebih wajar adalah menempatkan
kegiatan belajar itu sendiri sebagai kegiatan sentral (Surakhmad, 1982). Penguasaan
terhadap suatu tahapan atau pengetahuan awal akan membuat proses belajar
mengajar untuk materi selanjutnya akan lebih berarti. Intinya bahwa suatu yang
baru haruslah dipelajari berdasarkan apa yang telah dimiliki oleh peserta
didik. Pengalaman-pengalaman belajar yang baru tersebut harus disajikan dengan
cara diorganisasikan terlebih dahulu dengan cara efektif dan sistematis. Jadi
pendekatan yang tepat dalam menyusun bahan ajar dalam desain pesan pembelajaran
akan membantu pengguna bahan ajar untuk memahami materi yang disampaikan. Pendekatan
desain dalam hal ini pendekatan dalam menyusun bahan ajar dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam penyusunan bahan ajar.
D. Metode-Metode Menyampaikan Pesan
Pembelajaran
Metode pembelajaran
merupakan bagian dari strategi instruksional, metode pembelajaran berfungsi
sebagai cara untuk menyajikan informasi, menguraikan pesan, member contoh dan
member latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap
metode digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Kadang-kadang guru dalam
menyampaikan pesan belajar cenderung kaku dengan menggunakan metode-metode dan
menterjemahkan metode itu secara sempit dan menerapkan metode di kelas dengan
metode yang pernah ia baca, metode pembelajaran merupakan cara untuk
menyampaikan, menyajikan, memberikan latihan, dan memberi contoh pelajaran
kepada siswa, dengan demikian metode dapat dikembangkan dari pengalaman,
seseorang guru yang berpengalaman dia dapat menyungguh materi kepada siswa, dan
siswa mudah menyerapkan materi yang disampaikan oleh seorang guru secara
sempurna dengan mempergunakan metode
yang dikembangkan dengan dasar pengalamannya. . Pesan yang disampaikan oleh
seorang guru secara sempurna dengan mempergunakan metode yang dikembangkan
dengan dasar pengalamannya, metode-metode dapat dipergunakan secara variatif,
dalam arti kata kita tidak boleh monoton dalam suatu metode. Beberapa
pertimbangan yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih metode pengajaran
secara tepat dan akurat.
Berikut ini akan diutarakan
pada table 1.1 berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan diterapkan di
dalam kelas.
No
|
Metode
|
1.
|
Ceramah
|
2.
|
Demonstrasi
|
3.
|
Tanya jawab
|
4.
|
Penampilan
|
5.
|
Diskusi
|
6.
|
Studi mandiri
|
7.
|
Kegiatan Pembelajaran Terprogram
|
8.
|
Latihan bersama teman
|
9.
|
Simulasi
|
10.
|
Pemecahan masalah
|
11.
|
Studi kasus
|
12.
|
Insiden
|
13.
|
Praktikum
|
14.
|
Proyek
|
15.
|
Bermain peran
|
16.
|
Seminar
|
17.
|
Simposium
|
18.
|
Tutorial
|
19.
|
Dedukasi
|
20.
|
Induksi
|
21.
|
Computer Assisted Learning
|
Tabel 1.1
Sumber : Martinis Yamin
Metode ceramah berbentuk
penjelasan konsep, prinsip dan ditutup dengan Tanya jawab. Metode ceramah dapat
dilakukan untuk memberikan pengarahan, petunjuk di awal pembelajaran. Metode
demonstrasi diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan
penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan yang
sesungguhnya. Metode demonstrasi dilaksanakan bilamateri pelajaran berbentuk
keterampilan gerak. Metode Tanya jawab dapat dinilai sebagai metode yang tepat,
metode ini dilaksanakan untuk meninjau ulang pelajaran atau ceramah yang lalu
yang bertujuan agar siswa memusatkan lagi perhatian pada jenis dan jumlah
kemajuan yang telah dicapai sehingga mereka dapat melanjutkan pelajaran
selanjutnya.
Metode penampilan adalah
berbentuk pelaksanaan praktik siswa di bawah bimbingan dari dekat oleh
pengajar. Praktik tersebut dilaksanakan atas dasar penjelasan atau demonstrasi
yang diterima atau diamati siswa. Metode diskusi merupakan interaksi antara
siswa dan siswa dengan guru menganalisis,memecahkan masalah,menggali dan
mendebatkan topic atau permasalahan tertentu. Metode studi mandiri berbentuk
pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh siswa tanpa bimbingan atau
pengajaran khusus. Metode latihan bersama teman memanfaatkan siswa yang telah lulus
atau berhasil untukmemilih temannya dan ia bertindak sebagai pelatih dan
pebimbing seorang siswa yang lain. Metode simulasi menampilkan symbol-simbol
atau peralatan yang menggantikan proses,kejadian, atau benda yang sebenarnya.Metode
pemecahan masalah merupakan metode yang merangsang berpikir dan menggunakan
wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa.
Metode studi kasus
berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian, atau situasi tertentu, kemudian
siswa ditugasi mencari alternative pemecahannya. Metode insiden hamper sama
dengan metode kasus, akan tetapi siswa dibekali dengan data dasar yang tidak
lengkap tentang suatu kejadian atau peristiwa. Metode praktikum dapat dilakukan
kepada siswa setelah guru memberikan arahan, aba-aba, petunjuk untuk
melaksanakannya. Kegiatan ini berbentuk praktik dengan mempergunakan alat-alat
tertentu, dalamhalini guru melatih keterampilan siswa dalam penggunaan
alat-alat yang telah diberikan kepadanya serta hasil dicapai mereka.
Metode proyek merupakan
pemberian tugas kepada semua siswa untukdikerjakan secara individual. Siswa
dituntut untuk mengamati, membaca, meneliti dan siswa diminta untuk membuat
laporan. Metode bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara
dua siswa atau lebih tentang suatu topic atau situasi. Metode seminar merupakan
kegiatan belajar sekelompok siswa untuk membahas topic,masalah tertentu.
Seminar merupakan pembahasan yang bersifat ilmiah, topic pembicaraan adalah
hal-hal yang bertalian dengan masalah kehidupan sehari-hari.
Metode symposium adalah metode yang memaparkan
suatu seri pembicara dalam berbagai kelompok topic dalam bidang materi
tertentu. Sebuah symposium hampir menyerupai panel dan harus terdiri dari
beberapa pembicara, sedikitnya terdiri dari dua orang. Metode tutorial
merupakan cara menyampaikan bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam
bentukmoduluntuk dipelajari siswa secara mandiri. Mandiri dedukatif merupakan
pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran,kemudian dijelaskan
dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu. Metode
induktif dimulai dengan pemberian
berbagai kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau
prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras menemukan dan menyimpulkan
prinsip dasar dari pelajaran tersebut.
Metode CAL ( Computer Assisted Learning)
digunakan untuk kegiatan belajar yang berstruktur, di mana computer
diprogramkan dengan permasalahan-permasalahan. Siswa diminta untuk memecahkan
masalah tersebut atau mencari jawaban dengan mempergunakan computer seketika
itu juga siswa diproses secara elektronik. Metode ini dapat dipergunakan pada
setiap tingkatan pengetahuan dari yang sederhana sampai pada tingkat yang
paling kompleks.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Rancangan (design) juga sering
dikatakan sebagai proses analisis dan sintesis yang dimulai dengan suatu
problem komunikasi dan diakhiri dengan rencana solusi operasional.
Sedangkan pesan
(message) ialah
suatu pola tanda/lambang, baik berupa kata maupun gambar, yang dimaksudkan
untuk mengubah prilaku kognitif (berpikir), afektif (bersikap) dan psikomotorik
(bertindak) seseorang atau kelompok.
Pembelajaran (instuction) di sini tidak
hanya merujuk kepada konteks pembelajaran formal di ruang kelas, di mana
pemerolehan keterampilan dan konsep tertentu merupakan tujuan sentralnya,
tetapi juga mencakup seluruh apa yang terkandung dalam istilah “komunikasi”,
termasuk konteks pembelajaran informal, di mana sikap dan emosi amat
diperhatikan.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa rancangan pesan pembelajaran (instructional message design) ialah rencana
proses rekayasa (manipulasi) pola tanda dan simbol yang menghasilkan berbagai
kondisi belajar.
Pesan terbagi menjadi
dua jenis yaitu verbal dan nonverbal. Dalam menyampaikan pesan ada beberapa
prisip-prinsip yang digunakan. Prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk
membantu mempermudah dalam menyampaikan pesan pembelajaran. Selain itu ada pendekatan
logis dan psikologis, spiral dan hierarkis
yang berguna untuk memahami cara menyampaikan pesan pada siswa.
Metode-metode yang digunakan pun dapat mempengaruhi pesan sampai kepada
penerima
B. SARAN
Penulis menyadari dalam penulisan makalah tentu masih
banyak terdapat kesalahan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun
kalimat yang tidak semestinya, oleh karena harapan penulis kritik dan saran
yang membangun saran penulis butuhkan untuk kesempurnaan dalam penulisan
makalah yang akan datang.
Daftar
Isi
Ali, M. Penjaminan
Mutu Pendidikan Dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan : Handbook, Bandung : Pedagogiana
Press 2007
Danim, Sudarwan. Visi Baru Manajemen Sekolah : Dari unit
Birokrasi ke Lembaga Akademik, Jakarta
: Bumi Aksara, 2006
Dr. Achmad Rifa’i RC. M.Pd, dkk, Psikologi Pendidikan,
(Semarang:
Universitas Negeri Semarang Press, 2009)
Martinis Yamin, Paradigma
Baru Pembelajaran, Jakarta
: Gaung Persada 2011
Martinis Yamin dan Maisah, Standar Kinerja Guru, Jakarta : Gaung Persada
2010
Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan
Pendidikan, Jakarta
: Gaung Persada 2008
Mukhtar dan Iskandar, Desain
Pembelajaran Berbasis Tekhnologi, Jakarta:
Gaung Persada Press, 2010
Mulyasa , Implementasi Kurikulum 2004
Panduan Belajar KBK, Bandung,
Penerbit Remaja Rosdakarya : 2005
Sagala, H. S, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung :
2009
Vandenbos, Gary R. (Editor in Chief).
2002. APA Dictionary of Psychology. Washington DC:
American Psychological Association.
[1] Mukhtar
dan Iskandar, Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2010), hlm. 131
[2] Ibid
[3] Proses
mendesain berbeda dengan proses melaksanakan. Di mana desain pesan bersifat
konseptual yang membedakannya dengan kejadian suatu tindakan atau peristiwa
komunikasi dan pembelajaran. Desain pesan bisa saja terjadi secara tiba-tiba
(tanpa perencanaan) bersamaan dengan tindakan pembelajaran. Gagne (1965),
seperti yang dikutip dalam buku ini, membedakan antara “predesign” dan “extemporaneous
design”. Guru seringkali melakukan keduanya. Ia membuat rencana pembelajaran
sebelum mengajar (predesign) dan ia juga memodifikasinya ketika mengajar
(extemporaneous design) Ibid., halaman 9-10.
[4] Ibid.,
hal 10
[5] Secara
praksis, pertanyaan yang muncul dari asumsi ini ialah bagaimana bisa prinsip
(generalisasi) ilmu-ilmu behavioral diaplikasikan ke dalam desain pesan
pembelajaran? Secara umum buku ini ingin menjawab pertanyaan tersebut. Ibid.,
halaman 11.
[6] Vandenbos,
Gary R. (Editor in Chief). 2002. APA Dictionary of Psychology. Washington DC:
American Psychological Association. Halaman 683
[7] Mukhtar
dan Iskandar, Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi hal 132
[8] Ibid
[9] Ibid hal
133
[10] Ibid
[11] Ibid
hal 136
[12] Ibid
138
[13] Martinis
yamin, Kiat Membelajar Siswa,( Jakarta : Gaung Persada,
2007) hlm 76
[14] Ibid
[15] Mukhtar
dan Iskandar, Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi hlm. 132
[16] Ibid
[18] Martinis
Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran,( Jakarta : Gaung Persada,
2011), hal 7
[19] Ibid
[20] Ibid
[21] Martinis
Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran,( Jakarta : Gaung Persada,
2011), hal 120
[22] Ibid
[23] Martinis
dan maisah, Standarisasi kinerja
Guru, ( Jakarta
: Gaung Persada 2010) hlm 105
Tidak ada komentar:
Posting Komentar