Kamis, 12 Juli 2012

mid desain rini


TUGAS MID SEMESTER
Desain Instruksional

KARIKATUR
PENYIMPANGAN PADA
KOMPETENSI GURU

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Mukthar, M. Pd

 Oleh  :

R I N I
Nim : P.p.211.1.1388
Teknologi Pendidikan Islam (TPI)




PROGRAM PASCA SARJANA
IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, bahwa atas ridho dan karunia-Nya lah , maka saya masih dapat menyelesaikan tugas-tugas menyusun Makalah dalam rangka tugas Desain Instruksional, meskipun di tengah-tengan kesibukan dan dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini dikarenakan kami merasa mempunyai kewajiban dan tanggung jawab sebagai mahasiswa program pascasarjana IAIN STS Jambi sekaligus akan melatih diri kami dalam menyampaikan pemikiran-pemikiran guna membangun pengetahuan mengenai kompetensi yang terdapat pada seorang guru.
Tentu saja dengan terbatasnya pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, tulisan ini masih jauh dari sempurna, Namun walaupun demikian penulis berharap tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. .Kritik dan saran yang bermasud membangun sangatlah diharapkan, apa lagi mengembangkan pemikiran tulisan ini, kiranya masih terbuka bagi siapa saja. Betapa kecilnya bantuan yang diberikan namun apabila disertai niat yang baik, akan terasa besar juga manfaatnya.
                    
Semoga bermanfaat..



















DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
A.          PENDAHULUAN............................................................................... 1
B.           PEMBAHASAN.................................................................................. 2
              1. CBSA .............................................................................................. 2
              2.Bertengkar........................................................................................ 6
              3.Pemalu............................................................................................. 10
              4.Gaptek............................................................................... 14
              5. Sikap Kasar..................................................................... 18
              6. Merokok di Kelas............................................................ 22
              7. Mulut Kasar...................................................................... 26
              8. Sombong......................................................................... 30
              9. Suka Chatting saat Ngajar............................................. 34
              10.Memberi Jawaban Ujian............................................... 38
              11.Terlambat datang........................................................... 45
              12.Matre                                                                                49
              13.Pemarah..........................................................................53
              14. Jorok...............................................................................57
              15.Memukul..........................................................................61
              16.Ngobrol............................................................................65
              17.Tidur Jam Mengajar........................................................69
              18.Tidak AdilDalam Menilai................................................72
              19.Tidak Berpengalaman....................................................76
              20.Berpakaian......................................................................79
              21.Tidak Tegas.....................................................................83
              22. Tidak Sopan...................................................................87
C.          PENUTUP............................................................................ 92
              1.  Kesimpulan................................................................... 35
              2.  Saran                                                                              35
DAFTAR PUSTAKA
KOMPETENSI GURU
Oleh. RINI


A. PENDAHULUAN
Globalisasi telah mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan sebagai warga bangsa. Tugas dan guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seorang guru yang professional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal. Dengan professional guru, maka guru masa depan tidak tampil lagi sebagai pengajar, tetapi beralih sebagai pelatih, pembimbing, dan manajer belajar[1]
Kompetensi menurut Usman dalam Kunandar adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan sesorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitaif.[2]. Sedangkan guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah[3]
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Standar kompetensi guru meliputi : Pengelolaan pembelajaran, pengembangan potensi, penguasaan akademik, sikap kepribadian, penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi belajar peserta didik, pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta difik, pengembangan profesi, pemahaman wawasan pendidikan, penguasaan bahan kajian akademik.

[1] Kunandar, Guru Profesional, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2007) hal. 50
[1] Ibid, hal 51
[1] Kunandar, Guru Profesional, hal. 54



B.  PEMBAHASAN
PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN YANG ADA PADA GURU
1. Guru Catat Buku Sampai Habis


Gambar 1.1 CBSA
Saya memberi gelar pada guru gambar 1.1 di atas adalah si Kutu Buku yang selalu menyalin isi buku sampai habis. Bagaimana Indonesia bisa maju kalau guru disekolahnya cuma menyuruh murid-muridnya mencatat isi papan tulis sampai habis. Bagaimana Indonesia bisa maju jika guru disekolahnya cuma menyuruh murid-muridnya mencatat isi buku sampai habis. Bagaimana Indonesia bisa maju jika guru disekolahnya
cuma menyuruh murid-muridnya mengisi LKS sampai habis. Bagaimana Indonesia bisa maju jika guru disekolahnya cuma menyuruh murid-muridnya membeli buku. Bagaimana Indonesia bisa maju jika guru nya disekolah cuma menyuruh murid-muridnya Menghafal dan terus MENGHAFAL..! Itu lah sekilas potret para guru disekolah mengajarkan siswa-siswinya belajar. Guru seperti  ini suka duduk manis di depan, sambil mendiktekan materi pembelajaran, dan siswa/ siswi nya mencatat. Setelah selesai, para siswa didiktekan soal-soal…….kerjakan, kumpul lalu pulang.  
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang secara sadar untuk mencapai suatu perubahan yang sebelumnya belum mengerti menjadi mengerti. Perubahan yang dicapai karena adanya proses belajar yang disebut dengan perubahan hasil belajar tersebut seperti penambahan pengetahuan baru. Penambahan pengalaman dan keterampilan dan sejenisnya yang mencakup kepada aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.
Menyimak dan mencatat materi pelajaran yang diberikan guru tidak cukup untuk menjawab tantangan kerja. Dibutuhkan kemampuan bersosialisasi, berorganisasi dan ajang praktik.. Guru adalah gudang ilmu, begitu lah para pepatah mengatakan. Realitas menunjukkan bahwa mutu guru di Indonesia dinilai masih memprihatinkan. Guru harus tahu batas-batas materi yang harus disajikan dalam kegiatan belajar mengajar, baik keluasan materi, konsep, maupun tingkat kesulitannya sesuai dengan yang digariskan dalam kurikulum[4]. Sebagai seseorang yang dijuluki sebagai gudang ilmu, guru dituntut untuk menguasai substansi materi yang diajarkannya, selain itu guru juga harus menguasai dan menghayati secara mendalam semua materi yang akan diajarkan.
Seharusnya seorang guru memiliki kompetensi professional, yaitu penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan methodology keilmuan[5] Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.
Menurut Martinis Yamin dan Maisah, setiap sub kompetensi memiliki indicator esensial sebagai berikut [6]:
  1. Sub kompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi, memilki indicator esensial, memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Sub kompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indicator esensial, menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/ materi bidang studi secara professional dalam konteks global.

Secara ringkas kompetensi professional guru dapat digambarkan sebagai berikut :
a.    Konsep struktur dan metode keilmuan/ teknologi/ seni yang menaungi/ koheren dengan materi ajar
b.    Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
c.    Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait
d.    Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari
e.    Kompetensi secara professional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
Guru yang kompeten, harus juga mampu mengelola program belajar- mengajar. Untuk mengajar suatu kelas guru pun dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi kelas dan menggunakan suatu metode- metode pembelajaran. Dalam kegiatan proses pembelajaran sering timbul masalah-masalah yang tidak dikehendaki. Misalnya itu datang dari diri siswa yang dalam proses belajar yang tidak disukai dah kejenuhan pada siswa itu sendiri. Guru mengajar dengan metode ceramah mengharapkan duduk, diam, dengar, hafal dan catat buku sampai habis sehingga proses pembel;ajaran dikelas menjadi menonton atau kurang menarik bagi perhatian siswa. Kondisi seperti ini tidak akan meningkatkan prestasi yang dimiliki peserta didik dalam memahami mata pelajaran Sains. Akibatnya nilai akhir yang dicapai siswa tidak akan memuaskan atau jauh dari yang diharapkan. Dapat terlihat dalam ulangan harian bulanan yang hanya mencapai angka rata-rata.
Proses belajar mengajar akan berlangsung dalam situasi yang sadar dan direncanakan serta dengan tujuan yang jelas. Proses belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak siswa mereka sendiri. Proses tersebut melibatkan interaksi antara guru dengan siswa secara emosional. Ikatan emosional yang terjalin baik akan sangat mendukung kepada tercapainya hasil belajar yang baik pula. Oleh sebab itu proses pembelajaran peran guru sebagai fasilator, Administrator, motivator sangat ditentukan.
Sistem CBSA (Catat Buku Sampai Habis), merupakan pola belajar dan mengajar yang sudah usang. Jika itu, masih diterima dulu ketika para pengajar masih menuntut ilmu, janganlah hal ini, terwariskan pada siswa didiknya sekarang. Pesatnya perkembangan teknologi membuat para pengajar pun harus mampu melihat teknologi. Bukan berarti hal-hal konvensional itu lantas ditinggalkan. Tetap dipakai, dengan model inovasi baru. Buku merupakan media yang kerap digunakan dalam hal pengajaran. Walaupun, dewasa ini sudah berkembang buku elektronik atau ebook. Namun buku secara bentuk fisik, masih merupakan bahan ajar yang sering digunakan. Bentuknya pun bermacam-macam, mulai dari buku panduan, LKS (Lembar Kerja Siswa), sampai ke buku pop up. Dalam hal ini, buku pun harus mengalami metamorfosa. Karena, tingkat minat baca anak sekarang  yang kurang, menjadi salah satu kendala dari media ini. Proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Proses pembelajaran menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang baik dan menarik dan pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber belajar yang relevan. program yang dirancang oleh guru harus benar-benar terencana dan dikerjakan oleh siswa secara bersama.

2. Guru Bertengkar Depan Murid

Gambar 1.2  Bertengkar Depan Murid

Pantas kah seorang guru memiliki sifat yang arogan? Memang harus kita akui ada diantara (oknum) generasi muda saat ini yang mudah emosi dan lebih mengutamakan otot dari pada akal pikiran. Kita lihat saja, tawuran bukan lagi milik pelajar SMP dan SLTA tapi sudah merambah dunia kampus (masih ingat kematian seorang mahasiswa di Universitas Jambi, awal tahun 2002 akibat perkelahian didalam kampus). Atau kita jarang (atau belum pernah) melihat demonstrasi yang santun dan tidak menggangu orang lain baik kata-kata yang diucapkan dan prilaku yang ditampilkan. Kita juga kadang-kadang jadi ragu apakah demonstrasi yang dilakukan mahasiswa murni untuk kepentingan rakyat atau pesanan sang pejabat.
Semua orang yakin bahwa guru memilki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran dan keberhasilan dalam mendidik moral siswa. Masyarakat melihat guru sebagai figur guru sebagai manusia serba bisa tanpa cela dan nista. Mereka melihat figur guru sebagai figure yang kharismatik, yang memiliki tingkah dan prilaku yang sopan. Kemuliaan seorang guru tercermin dari kepribadian sebagai manifestasi dari sikap dan perilaku dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sedikit cela dan nista dari pribadi guru maka masyarakat mencaci makinya habis-habisan dan hilanglah wibawa guru itu.
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain. Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini seorang guru perlu memperhatikan sikap dan prilakunya didepan siswa seta memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memilki perbedaan. Guru lah yang memberikan dorongan agar peserta didik berani berbuat benar dan membiaakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya.
Setiap profesi sebenarnya mengandung nilai filsafat di dalamnya. Karyawan berarti orang yang berkarya dan atau dikaryakan. Pekerja adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan. Pegawai negeri adalah pegawai untuk melayani anak negeri. Dan guru adalah profesi yang mesti layak digugu dan ditiru atau dipercaya dan diteladani. Satu hal yang menjadi keistimewaan guru dibandingkan profesi lain adalah objek pekerjaan, tak lain adalah benda hidup yang biasanya disebut murid atau siswa atau peserta didik. Itulah kehebatan dan keistimewaan guru. Karena peserta didik adalah manusia yang berakal dan bernaluri, mestinya guru pun memberlakukan setiap peserta didik dengan baik dan bijaksana. Guru mesti menjadikan dirinya sebagai pribadi yang layak diteladani dan layak dipercayai. Namun, saya mesti mengelus dada karena masih sering menjumpai perilaku guru yang tidak menjiwai profesinya. Setidak-tidaknya, saya mencatat lima perilaku buruk sang guru.
Menurut Skiner dalam Martinis Yamin dan Maisah, prilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon[7]. Toeri ini dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan perlaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung[8]
Perilaku manusia juga dilatar belakangi oleh sikap. Sikap sendiri memeiliki pengertian sebagai “organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi relatif yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada organisme untuk membuat respon atau perilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya”. Atau dalam bahasa sederhana sikap adalah kesediaan beraksi terhadap suatu hal.
Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. kepribadian akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.
Guru yang profesional  menjadi kekuatan bagi bangsa untuk mencetak ribuan generasi yang tangguh dan berkualitas guna membangun suatu bangsa dan negara, sebaliknya jika gurunya bobrok maka tunggulah kehancuran bangsa dan negara tersebut.  Guru adalah energi, bukan materi. Guru senantiasa memotivasi dan memberi semangat untuk murid-muridnya. dalam konteks ini bukan dalam pengertian destruktif, melainkan konstruktif.berarti keberanian, Guru harus berani mengatakan tidak kalau itu tidak benar, dan sebaliknya mengatakan benar terhadap yang ia lihat dan ia kerjakan Guru harus selalu mengalir dinamis dan memiliki watak rendah hati, andhap asor dan santun, tidak sombong, tidak arogan. Guru harus mampu menjadi orientasi (panutan) sekaligus mampu menyelami perasaan murid-muridnya. Seorang Guru mesti memiliki watak yang baik, tidak pilih kasih. Dengan watak ini guru pun harus memiliki keluasan hati, perasaan, dan pikiran dalam menghadapi berbagai persoalan . Tidak sempit pandangan, emosional, temperamental, gegabah, melainkan harus jembar hati-pikiran, sabar dan bening dalam memberi pelayanan kepada siswanya.
Melalui pendidikan nasional yang bermoral (saya tidak ingin mengatakan bahwa pendidikan kita saat ini tidak bermoral, namun kenyataanya demikian di masyarakat). Pendidikan pada hakikatnya adalah alat untuk menyiapkan sumber daya manusia yang bermoral dan berkualitas unggul. Dan sumber daya manusia tersebut merupakan refleksi nyata dari apa yang telah pendidikan sumbangankan untuk kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Apa yang telah terjadi pada Bangsa Indonesia saat ini adalah sebagai sumbangan pendidikan nasional kita selama ini. Pendidik selama ini telah mengeyampingkan banyak hal. Seharusnya pendidikan nasional kita mampu menciptakan pribadi (generasi penerus) yang bermoral, mandiri, matang dan dewasa, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok.Tapi kenyataanya bisa kita lihat saat ini. Pejabat yang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme baik di legislative, ekskutif dan yudikatif semuanya orang-orang yang berpendidikan bahkan tidak tanggung-tanggung, mereka bergelar dari S1 sampai Prof. Dr. Contoh lainnya, dalam bidang politik lebih parah lagi, ada partai kembar , anggota dewan terlibat narkoba, bertengkar ketika sidang, gontok-gontokan dalam tubuh partai karena memperebutkan posisi tertentu (Bagaimana mau memperjuangkan aspirasi rakyat kalau dalam diri partai saja belum kompak).
3. Guru yang Pemalu 


 Gambar 1.3 Pemalu

Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman, peribahasa mengatakan ”Pengalaman adalah guru yang baik”, hal ini diakui di lembaga pendidikan. Dengan demikian guru harus memahami seluk-beluk persekolahan. Rasa percaya diri perlu ditanamkan pada seorang guru, hal ini sangat lah penting agar bisa terjadi saling komunikasi dan transfer pelajaran pun dapat terjalin dengan baik. Pada umumnya guru tahu apa yang harus dilakukan, tetapi merasa kecemasan serius ketika harus berbicara di depan siswa. Guru yang telah memiliki rasa percaya diri akan lebih mudah untuk melakukan pendekatan pada siswa nya. Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan hanya terbatas pada aktifitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau aktivitas mental.
Pemalu tidak selalu dianggap sebagai perkembangan yang positif , tetapi setiap peserta didik tentu saja membawa sifat bawaan yang tidak sama. Banyak para ahli beranggapan bahwa lingkunganlah yang bertanggung jawab pada pembentukan karakter seorang guru, tetapi akhir-akhir ini dipercayai bahwa pola perilaku a\guru juga dipengaruhi oleh dua hal, yaitu pengaruh gen dan lingkungan. Dengan demikian mungkin temperamen guru akan lain dalam menghadapi lingkungan yang baru dan cenderung lambat berinteraksi terhadap kondisi yang tidak familiar.
Pemalu adalah suatu sifat bawaan atau karakter yang didapat sejak lahir. Ada para ahli yang mengatakan bahwa pemalu adalah perilaku yang merupakan hasil belajar atau respon terhadap suatu kondisi tertentu. Peribahasa malu bertanya sesat dijalan , menggambarkan secara tepat masalah yang akan muncul jika seorang guru memiliki rasa malu dalam hatinya. Pemalu juga dapat menjadi masalah jika sifat ini terus- menerus berkelanjutan, yaitu berdampak kompetensi guru akan terkubur dan tidak akan berkembang seperti yang diharapkan. Dampak sifat dari guru pemalu adalah tidak mau mengambil resiko. Padahal hampir semua orang yang sukses memiliki riwayat hidup berani mengambil resiko. Takut salah dalam menyampaikan materi dan salah dalam mengatur strategi pembelajaran, yang akhirnya tidak dapat meraih kesuksesan. Selama ini kegagalan sering diartikan sebagai hal yang negative, yaitu sering menganggap tidak berdaya, pasrah, tidak popular dan tidak menarik dalam segi penyampaian materi. Penggambaran yang seperti ini lah cenderung membuat para guru merasa minder 
Strata pendidikan yang tinggi bukan menjadi jaminan utama dalam keberhasilan belajar akan tetapi pengalaman yang menentukan, umpamanya guru peka terhadap masalah, memecahkan masalah, memilih metode yang tepat, merumuskan tujuan instruksional, memotivasi siswa, mengelola siswa, mendapat umpan balik dalam proses belajar mengajar. Jabatan guru adalah jabatan profesi, membutuhkan pengalaman yang panjang sehingga kelak menjadi profesional, akan tetapi professional guru belum terakui seperti profesional lainnya terutama dalam upah (payment), pengakuan (recognize). Sementara guru diminta memiliki pengetahuan menambah pengetahuan (knowledge esspecialy dan skill) pelayanan (service) tanggung jawab (responsbility)dan persatuan (unity).
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Kewibawaan merupakan syarat mutlak yang bersifat abstrak bagi guru karena guru harus berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar belakang akademik dan sosial, guru merupakan sosok tokoh yang disegani bukan ditakuti oleh anak-anak didiknya. Kewibawaan ada pada orang dewasa, ia tumbuh berkembang mengikuti kedewasaan, ia perlu dijaga dan dirawat, kewibawaan mudah luntur oleh perbuatan-perbuatan yang tercela pada diri sendiri masing-masing. Jabatan guru adalah jabatan profesi terhomat, tempat orang-orang bertanya, berkonsultasi, meminta pendapat, menjadi suri tauladan dan sebagainya, ia mengayomi semua lapisan masyarakat.dan Degree (kualitas dan kuantítas hasil belajar).
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa atau antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual. Seorang guru dapat mengatur strategi pembelajaran untuk mengaktifkan suasana dikelas. Proses pembelajaran menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang menarik dan pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber belajar yang relevan. Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan itu dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba- coba, berpikir intuitif atau bereksplorasi.
Yang terpenting bagi anda sebagai seorang pendidik adalah, jangan pernah beranggapan malu sebagai masalah penghambat perkembangan interaksi pembelajaran, karena sebagian besar orang  pemalu pada akhirnya dapat terbiasa dengan lingkungannya. Tetapi yang terpenting adalah, bagaimana anda memberikan cukup stimulasi demi menumbuhkan kepercayaan diri pada diri anda. Jadi, ketimbang merubah pribadi, mungkin yang bisa anda lakukan, dengan cara bertahap persiapkan diri anda di situasi yang biasanya sulit berinteraksi, misalnya di pesta atau dalam keramaian, cobalah anda ciptakan suasana yang sedemikian rupa dalam kehidupan.
Keberhasilan pendidikan tidak hanya tercermin pada kualitas dan mutu pembelajaran, tetapi juga pada SDM yang ada. Hal ini harus lah dijadikan acuan, karena keberhasilan tersebut terletak pada berbagai komponen dalam proses pendidikan di lembaga pendidikan. Untuk memperoleh guru yang profesional, menurut Marno bahwa peningkatn professional guru dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pendidikan dalam jabatan, inservice training, pembentukan wadah-wadah peningkatan kualitas guru seperti pemnatapan kinerja guru (PKG), dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)[9]
Guru akan belajar untuk mengembangkan rencana pelajaran sendiri. Ini bukan akting, tapi cara untuk melihat kepribadian guru berkembang menjadi seorang guru yang percaya diri. Bahasa merupakan alat utama dalam berinteraksi adukatif antara guru dengan siswa, dan bahaa memiliki sifat tersendiri yang perlu disadari dalam berkomunikasi[10]. Guru sebagai komunikator dalam penyampaian pesan kepada komunikannya dengan menggunakan bahasa lisan, untuk menyampaikan pesan (materi pelajaran)[11]. Jika guru pemalu dalam menyampaikan materi pelajaran, otomatis interaksi komunikasi antara guru dan peserta didiknya tidak akan berjalan seperti yang diharapkan, dan transfer pengetahuan pun tidak akan sampai kepada peserta didik secara efisien. Bayangan volusi kepribadian pendidikan ini tidak mengenal batas ketentuan, kebanyakan guru sangat percaya diri dan membuat yang terbaik dari menikmati hidup sepenuhnya potensi setiap hari.
4. Guru Gaptek          



Gambar 1.5 Gaptek

Banyak para siswa yang telah menjadikan internet sebagai bagian dari kehidupan kesehariannya. Lalu bagaimana dengan gurunya sendiri? bagaimana penguasaan teknologi informasi yang ada pada seorang pendidik? Dan bagaimana para guru menghadapi opini bahwa banyak guru gagap teknologi?
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah lantaran mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan budaya masyarakat[12]. Pendidikan dari masa ke masa mengalami kemajuan yang sangat pesat, demikian juga piranti pendidikan yang canggih, oleh sebab itu perubahan  yang terjadi di tengah masyarakat adalah diakibatkan oleh majunya dunia pendidikan[13].
Pengertian Teknologi sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu “La Teknique“ yang dapat diartikan dengan ”Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”.. Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya. Perubahan teknologis konsisten dalam mendesain dan memproduksi sistem teknik yang baru dan dalam pengembangan yang berkaitan dengan efisiensi. Sedangkan kemajuan teknologis dapat diinterpretasikan sebagai kenaikan kekuasaan manusia dalam mengendalikan realitas. Sistem teknisnya yang baru dan lebih efisien diaplikasikan pada bagian yang baru dan lebih luas dari realitas yang berarti kapasitas tertinggi untuk melakukan adaptasi realitas bagi kepuasan manusia.
Ditengah didengungkannya pembelajaran interaktif (e-learning) yang juga harus melibatkan guru-gurunya dalam bidang studi apapun, alangkah ironis kalau gurunya sendiri tidak pernah sedikitpun menjamah teknologi informasi tersebut. Pembelajaran interaktif adalah ketika siswa sudah tidak lagi berasumsi guru sebagai satu-satunya sumber informasi (dan memang demikian). Karena siswa tersebut bisa belajar dengan beberapa modul yang ditawarkan untuk belajar mandiri di internet. Kegagapan para guru dalam teknologi informasi, nampaknya harus dibentuk satu kesepakatan yang diagendakan untuk sama-sama saling mengisi antara orang yang berkecimpung dalam dunia TI (guru KKPI) dan guru mata diklat lainnya dalam mengemas media pendidikan yang telah beralih formatnya kedalam media e-learning (komputerisasi). Beberapa kendala yang terjadi baik internal (karena kesibukan jam mengajar di berbagai tempat) maupun eksternal (seperti ketersediaan akses internet dan waktu pelatihannya sendiri). Namun demikian keharusan mendorong siswa kearah kreatif harus didukung oleh guru-gurunya sendiri. Untuk itu peranan para guru sangat dibutuhkan demi keseimbangan penguasaan dan pengemasan informasi yang bakal dihadapkan pada siswanya. Karena ada kemungkinan siswa telah memahami lebih jauh satu persoalan dari pada gurunya. Cukup banyak guru-guru mengaminkan alias mengatakan “ya” pada kenyataan bahwa setelah menjadi guru, ilmu mereka sudah karatan, terjadi kristalisasi fikiran, pembekuan fikiran, karena mereka terhenti untuk belajar dan puas dengan ijazah keguruan yang telah mereka sandang. Cukup banyak guru-guru yang terbiasa tidak mengkonsumsi buku lagi, begitu juga dalam membaca koran, majalah dan jurnal. Andaikata animo membaca guru tetap tinggi maka tentu sirkulasi penerbitan lebih bergairah lagi dan perpusatakaan serta toko buku akan tetap ramai dikunjungi.
Pada umumnya para guru mengajar hanya dengan mengandalkan buku-buku teks yang dipinjam dari perpustakaan sekolah dan buku catatan usang yang digunakan selama bertahun-tahun tanpa tertarik untuk melebarkan dan meluaskan wawasan keilmuan. Malah dalam menyambut kehadiran teknologi seperti internet, e-mail, blogspot, atau menggunakan komputer, laptop, LCD (Laser Dish Cristal), dan teknologi informasi modern lainnya banyak guru kurang bergairah dan kurang tertarik untuk ikut mengaplikasikannya. Mereka bersembunyi dibalik kata-kata “sibuk dan tidak sempat” sehingga pada akhirnya mereka menjadi guru-guru yang "gaptek" (gagap teknologi). Karakter sebagai guru yang gaptek akan memberi citra negatif (negative image) pada diri anak didik. Ketertarikan anak didik pada guru dan profesi guru bisa menjadi sirna, “Wah Pak guru dan Ibu guru itu ketinggalan zaman, hidupin komputer saja tidak ngerti,” gerutu seorang siswa dalam hatinya.
Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Teknologi telah memengaruhi masyarakat dan sekelilingnya dalam banyak cara.. Ilmu pengetahuan begitu pesat berkembang karena dibantu kecanggihan teknologi. Oleh karena itu, hendaknya kita berusaha mengikuti perkembangan itu, terlebih bagi seorang guru. Seharusnya guru berusaha meng-up date keilmuannya agar tidak disalip oleh murid-muridnya. Dan itu hanya dapat dilakukan jika guru gemar membaca dan menulis. Dengan membaca berita dan atau buku, guru akan mendapat banyak informasi baru. Lalu, guru pun berusaha belajar menuangkan gagasannya ke bentuk tulisan. Apakah guru itu akan mengirimkan tulisan itu ke media cetak atau mungkin guru itu suka mem-publish-nya di sini? Silakan saja karena di sini pun banyak guru belajar membaca dan menulis. Guru yang profesional  menjadi kekuatan bagi bangsa untuk mencetak ribuan generasi yang tangguh dan berkualitas guna membangun suatu bangsa dan negara, sebaliknya jika gurunya bobrok maka tunggulah kehancuran bangsa dan negara tersebut. Guru ialah mendorong dirinya untuk selalu memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada murid-muridnya. Ini berdasarkan analog bahwa bumi merupakan tempat untuk tumbuh berbagai tumbuhan yang berbuah dan berguna bagi umat manusia dan hewan.
Membiarkan diri jadi bodoh dengan tidak mengikuti perkembangan sains dan tekhnologi, bisa dikatakan menjadi karakter sebagian guru yang statis. Karakter negatif lain yang juga ada pada sebagian oknum guru adalah “hilangnya idealisme sebagai guru”. Praktek-praktek seperti mengajarkan atau membiarkan siswa mencontek saat UAN- ujian akhir nasional, sengaja pura-pura tidak melihat siswa mencontek dan saling mencontek dengan harapan agar nilai ujian akhirnya tinggi, atau bisa membantu mereka untuk lulus. Ada sebagian guru yang terbiasa untuk malas mengajar/datang ke sekolah lebih cepat, atau datang hanya bila ada jam mengajar. Budaya ini bisa jadi karena terinspirasi oleh gaya mengajar dan prilaku dosen di Perguruan Tinggi yang memberi kuliah sesuai jadwalnya, dan telah membuat banyak guru menjadi enggan untuk berlama-lama berada di sekolah. Bila perilaku ini sudah menjadi budaya, maka kapan peran guru sebagai konselor dan memberi pandangan hidup pada anak didik lewat interaksi di luar jam PBM bisa terlaksana. Sedemikian jauh penerapan perkembangan pembelajaran yang ada telah disejajarkan dengan perkembangan teknologi itu sendiri.  Kita perlu untuk mengoreksi sejumlah pengetahuan yang kita kembangkan dalam suatu kawasan teknologi pembelajaran, agar kedepan tidak ada lagi guru- guru yang digelar sebagau guru gaptek
5. Guru Kasar


Gambar 1.5  Guru Kasar

Guru pada gambar 1.5, saya gelar sebagai guru yang ringan segala-galanya alias guru kasar. Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Seharusnya seorang guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak, bukan mengajarkan cara-cara berbicara kasar atau bersifat yang arogan. Selain itu, Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.
Proses komunikasi yang berlangsung terus - menerus, yang dilaksanakan kemitraan, antara seorang guru dengan siswa. Dengan terjalinnya proses komunikasi yang baik antara siswa dan guru dalam proses pembelajaran dapat lebih mempercepat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru, dan ini merupakan suatu system kinerja yang memberikan nilai tambah bagi sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas siswa dalam belajar. Semua perilaku guru mestilah santun. Guru pastilah menjadi sorotan publik di mana pun berada. Di masyarakat, profesi guru selalu disebut dan dimuliakan. Maka, semestinya guru berlaku arif, termasuk ketika berbicara. Hendaknya guru tidak suka berkata jorok, kotor, porno, bohong, dan gossip. Semestinya guru lebih suka menjadi pendengar daripada menjadi pembicara. Ketika guru sudah gemar berkata kotor, sesungguhnya ia telah mengotori profesinya. Mohon rekan-rekan guru menjaga lisan dengan tidak suka berkata kotor.
Menurut Skiner dalam Martinis Yamin dan Maisah, prilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon[14]. Toeri ini dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan perlaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung[15]. sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek”. Juga kutipan dari pendapat Berkowitz, “ sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.
Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan sikap dan perilaku guru yang Profesional, antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkam melalui pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang yang menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki ijazah perguruan tinggi. Pada prinsipnya seorang guru adalah figur dan titik sentral dalam proses pembelajaran baik hal itu dilakukan didalam kelas ataupun di luar kelas, oleh karena itulah setiap guru harus mempunyai kepribadian yang baik sebagai suatu bekal dalam menghadapi siswanya, baik dalam hal kemampuan kogniif, avektif, dan psikomotorik.
Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang mempengaruhi. Walaupun dalam kenyataannya banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak disadari oleh guru dalam pembelajaran ada tujuh kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu antara lain:
  1. mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,
  2. menunggu peserta didik berperilaku negatif,
  3. menggunakan destruktif discipline,
  4. mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik,
  5. merasa diri paling pandai di kelasnya,
  6. tidak adil (diskriminatif), serta
  7. memaksakan hak peserta didik[16]
Seorang guru harus bias memberikan hak hidup kepada manusia, tidak pilih kasih. memberi kebebasan kepada murid-muridnya untuk berkreasi, berpendapat dan mengembangkan idenya. Guru yang bijak selalu memberikan rasa tenteram dan menjadi sinar dalam kegelapan. Ia mempunyai kearifan sekaligus visioner (memiliki pandangan jauh ke depan), bukan memimpin dengan gaya seorang tiran (otoriter) dan berfi-kiran dangkal. Pendidik yang bermoral (yang saya maksud adalah pendidikan yang bisa mencetak generasi muda dari SD sampai PT yang bermoral. Dimana proses pendidikan harus bisa membawa peserta didik kearah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab, tahu malu, tidak plin-plan, jujur, santun, berahklak mulia, berbudi pekerti luhur sehingga mereka tidak lagi bergantung kepada keluarga, masyarakat atau bangsa setelah menyelesaikan pendidikannya. Tetapi sebaliknya, mereka bisa membangun bangsa ini dengan kekayaan yang kita miliki dan dihargai didunia internasional. Kalau perlu bangsa ini tidak lagi mengandalkan utang untuk pembangunan. Proses transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik harus dilakukan dengan gaya dan cara yang bermoral pula. Dimana ketika berlangsung proses tranformasi ilmu pengetahuan di SD sampai PT sang pendidik harus memiliki moralitas yang bisa dijadikan panutan oleh peserta didik. Seorang pendidik harus jujur, bertakwa, berahklak mulia, tidak curang, tidak memaksakan kehendak, berperilaku santun, displin, tidak arogan, ada rasa malu, tidak plin plan, berlaku adil dan ramah di dalam kelas, keluarga dan masyarakat. Kalau pendidik mulai dari guru SD sampai PT memiliki sifat-sifat seperti diatas. Negara kita belum tentu morat-marit seperti ini. Perubahan dalam pendidikan jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan fasilitas. Misalkan kurikulum sudah dirubah, anggaran pendidikan sudah ditingkatkan dan fasilitas sudah dilengkapi dan gaji guru/dosen sudah dinaikkan, Namun kalau pendidik (guru atau dosen) dan birokrat pendidikan serta para pembuat kebijakan belum memiliki sifat-sifat seperti diatas, rasanya perubahan-perubahan tersebut akan sia-sia. Implementasi di lapangan akan jauh dari yang diharapkan Dan akibat yang ditimbulkan oleh proses pendidikan pada generasi muda akan sama seperti sekarang ini. Dalam hal ini saya tidak berpretensi menyudutkan guru atau dosen dan birokrat pendidikan serta pembuat kebijakan sebagai penyebab terpuruknya proses pendidikan di Indonesia saat ini. Tapi adanya oknum yang berperilaku menyimpang dan tidak bermoral harus segera mengubah diri sedini mungkin kalau menginginkan generasi seperti diatas.
Selain itu berlaku adil dan Hilangkan perbedaan, posisikan semua siswa pada jajaran yang sama. Banyak yang mengatakan Apakah hanya yang pintar atau anak orang kaya saja yang pantas mendapat perlakuan seperti itu.? Apakah pendidikan hanya untuk orang yang pintar dan kaya? Bisakah saya jadi orang pintar dengan cara yang demikian? Kalau mau membuat perbedaan, buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta didik yang mandiri, bermoral. dewasa dan bertanggungjawab. Jangan hanya mengadopsi sistem bangsa lain yang belum tentu cocok dengan karakter bangsa kita. Jdi lah guru yang bias menjadi panutan para pesert didik.
6. Guru Merokok di Kelas





Gambar 1.6 Merokok dikelas

Kegiatan belajar mengajar di kelas dilakukan oleh seorang guru sesuai dengan gaya mengajarnya[17], dalam arti sebagian guru membuka buku pelajaran dan menjelaskan materi yang terdapat dalam buku tersebut, sebagian guru yang lain menanyakan kepada siswa atau peserta didik tentang penguasaan materi yang akan dipelajari, kemudian dilanjutkan dengan Tanya jawab, diskusi, tugas dan lain-lain. Bukan berarti dengan gaya yang bersifat positif seperti merokok di kelad di depan siswa-siswa nya. Karena sikap yang seperti ini dapat membuat  moral anak didik menjadi bobrok.
Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh sebagian guru, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang menyatakan bahaya merokok. Bagi pecandunya, mereka dengan bangga menghisap  rokok  di  tempat-tempat  umum,  kantor,  rumah,  jalan-jalan, dan bahkan di dalam kelas dihadapan siswa-siswa nya. Anak-anak sekolah  yang masih berpakaian seragam sekolah juga ada yang melakukan kegiatan merokok. Kecanduan rokok atau bisa disebut kecanduan nikotin yang terdapat dalam rokok, memiliki banyak faktor penyebab. Jika seorang guru memiliki keinginan untuk menghentikan kebiasaan merokok, ada beberapa hal yang perlu diketahui faktor-faktor penyebab kecanduan rokok, yaitu :
1.    Faktor Sosial
2.    Kebutuhan Menghisap Dan Mengunyah
3.    Respon Mengulang Otomatis

Faktor terbesar dari kebiasaan merokok seorang guru dipengaruhi oleh faktor sosial atau lingkungan, dimana karakter seseorang banyak dibentuk oleh lingkungan sekitar, baik dari keluarga, tetangga, ataupun teman pergaulannya. Bersosialisasi merupakan cara utama seseorang atau pun guru untuk mencari jati diri mereka. Namun sangat disayangkan, tidak hanya kebiasaan-kebiasaan yang baik saja yang ditiru melainkan juga kebiasaan-kebiasaan buruk, termasuk kebiasaan merokok.
Jika siswa yang bukan perokok, hidup atau melihat guru perokok di depan mata nya, apa lagi saat jam mengajar, secara otomatis salah satunya akan terpengaruh.  Mungkin siswa yang bukan perokok mulai mencoba merokok, mungkin juga sebaliknya siswa yang perokok mengurangi konsumsi rokok. Baik disadari maupun tidak disadari, adaptasi tersebut dilakukan untuk berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan berusaha untuk diterima di lingkungan sosial-nya.
Setiap orang memiliki kebutuhan untuk mengisap dan mengunyah. Kebutuhan ini mulai ada sejak kita lahir yaitu kebutuhan untuk minum susu, dan secara berangsur-angsur berkurang dan hilang, tetapi pada beberapa orang masih ada sampai dewasa. Beberapa orang (guru) menggunakan rokok atau perangkat merokok dan asap sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan.
Jika anda seorang guru,yang di guguh dan ditiru, maka berhenti lah merokok, maka ganti kebutuhan menghisap rokok dengan cara lain. Misal, diganti dengan permen, atau makanan-makanan ringan untuk dikunyah, ketika keingin merokok muncul. Memang, terlalu banyak mengkonsumsi makanan ringan merupakan salah satu penyebab obesitas. Namun untuk proses awal, cara ini dinilai efektif. Ketika seseorang telah melakukan sesuatu berkali-kali dan cukup sering, maka akan tercipta pola pengulangan perilaku tertentu secara otomatis. Hal ini terutama berlaku jika tindakan tertentu dilakukan dalam situasi yang tidak menyenangkan, yang memberikan efek membuat seseorang merasa lebih aman dalam kehidupan sehari-hari dan rutinitas. Seperti pola pengulangan otomatis selalu menjadi komponen dalam kebiasaan merokok. Kalau anda ingin berhenti merokok, anda harus mencari tahu di mana situasi dan lingkungan anda yang biasanya mengambil sebatang rokok. Kemudian cobalah untuk menghindari situasi-situasi atau lingkungan tersebut.
Jika ditanyakan masalah kemuliaan sebuah profesi, guru merupakan profesi yang dianggap mulia. Ini disebabkan guru yang bertugas menyampaikan pendidikan kepada murid. Guru tentu harus dimaknai sebagai orang yang menyampaikan nilai-nilai keluhuran budi dan ilmu pengetahuan. Dalam diri profesi guru, terkandung makna yang teramat luhur: digugu lan ditiru (dipercaya dan diteladani). Namun, saya masih menemukan banyak oknum guru yang bermental bobrok. Perilaku merokok di kalangan guru-guru Indonesia semakin hari, kian memprihatinkan. Bagaimana tidak, hal itu kini menjadi sorotan publik, tak hanya di dalam negeri, namun media massa internasional
Memang guru memiliki gaji atau uang. Dengan uangnya, guru boleh membeli semua barang yang dikehendaki. Namun, hendaknya guru mesti berpikir jika ingin membeli rokok. Mengapa? Karena kebiasaan merokok termasuk kebiasaan buruk. Selain menyakiti dirinya, merokok juga menyakiti orang lain di sekitarnya. Kebiasaan hidup bersih dan sehat yang menjdi kebutuhan dasar yang patut diberikan contoh pada seorang pendidik kepada pendidiknya. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh  telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak orang. Efek – efek yang merigikan pun akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Sebagai guru yang perokok, berarti guru tersebut telah  menyebarkan penyakit kepada murid-muridnya. Maka, alangkah bijaksananya jika guru tidak lagi merokok, baik di hadapan murid maupun di rumah. Racun utama pada rokok adalah tar,nikotin,dan karbon monoksida. Tar adalah hirokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Secara teori, ribuan senyawa keluar bersama asap rokok, dan diantaranya mempunyai jenis berbahaya bagi tubuh manusia. Otak secara normal memiliki substansi-substansi yang memberikan efek penenang dan efek rangsangan pada sel-sel saraf, dimana substansi-substansi tersebut bekerja dengan cara menempel pada reseptor-reseptor sel-sel saraf. Dan nikotin memiliki efek yang sama dengan substansi-substansi tersebut terhadap saraf, ketika nikotin menempel pada reseptor-reseptor di sel-sel saraf.
Perilaku merokok sering dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak guru yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif. Misalnya bila ia marah, cemas, gelisah ketika menghadapi masalah pada siswanya, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
Tanggung jawab guru dalam menuntut anak-anak belajar yang terpenting adalah merencanakan dan melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan. Kegiatan belajar yang baik bagi seorang guru dan sekelompok siswa bisa saja tidak memuaskan dalam situasi lain. Guru yang baik harus memiliki sikap dan perlu menyiapkan hal-hal yang bersifat tekhnis linnya sebagai penunjang untuk mencapai sasaran belajar yang telah ditetapkan. Masalah inilah yang diharapkan ibu bapa dan masyarakat untuk dilaksanakan oleh guru. Ibu bapa dan masyarakat mengharapkan anak mereka cemerlang dalam pelajaran dan bermoral dalam kehidupan. Tugas ini sepertinya memang sulit untuk dilakukan guru.


7. Guru Mulut Kasar



Gambar 1.7  Guru Mulut Kasar

Pernahkah Kita mendapati atau mendengar kata-kata kasar dan kotor meluncur begitu saja dari para guru? Kemudian Anda berpikir, padahal guru adalah orang yang seharusnya memberikan contoh bagi para siswa, baik di rumah maupun di sekitar rumah. Apa yang harus Anda lakukan untuk menghadapinya? Banyak guru yang merasa sudah memerhatikan perkembangan dan lingkungan  dengan seksama, tapi tiba-tiba menemukan dan melontarkan kata-kata yang kasar dan jorok di hadapan siswa. Hal ini tentu sangat mengejutkan karena Anda merasa di sekolah seharusnya tak ada yang berlaku seperti itu, apalagi bagi seorang guru. Orangtua pun akan khawatir jika siswal akan mendapat pengaruh buruk dari lingkungan yang lain dan mulai mencari solusi agar siswa tak terkontaminasi lebih parah.
Mengapa seorang guru bisa mengatakan kata-kata kasar?
a.    Karena secara tidak langsung guru menikmati reaksi di sekitarnya, seperti ia ditertawakan seolah-olah itu lucu dan menghibur, atau diperhatikan dengan rasa kaget dan ingin tahu dari lingkungannya.
b.    Guru  berkata kasar karena ia merasa ada masalah, marah dan emosi, mengetahui bahwa kata tadi bisa memancing kekesalan orang lain..
Otoriter lebih berkonotasi negatif, termasuk dalam proses pembelajaran. Gaya mengajar otoriter biasanya membuat siswa bosan. Lebih dari itu, mengajar dengan cara memaksa, jelas tidak membangun kesadaran. Penyampaiannya tidak argumentatif, logika dan rasionalitas tidak jelas. ?Karenanya, konsep teoritik mengenai etika mengajar harus memenuhi beberapa persyaratan. Pertama mengajar menyampaikan sebuah kebenaran, keterbukaan, dan terdapat argumentasi. Kedua mengajar mengandung ada logika. Terakhir, mengajar tidak memaksa, namun membangun kesadaran. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.
Perilaku manusia juga dilatar belakangi oleh sikap. Sikap sendiri memeiliki pengertian sebagai “organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi relatif yang relatif ajeg yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada organisme untuk membuat respon atau perilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya”. Atau dalam bahasa sederhana sikap adalah kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Mengajar adalah menyampaikan sesuatu yang benar, sistem mengajarnya jelas; dan guru menunjukkan aktualisasi profesionalismenya. Misalnya, pertama mengajar itu menyampaikan sesuatu yang benar, dan harus ada persiapan-persiapan. Ia bisa terwujud dalam kurikulum dan logika kurikulum kemudian dituangkan dalam silabus, maupun satuan acara perkuliahan, mulai dari awal sampai akhir dengan logika jelas, argumentatif, dan terbuka. Selain itu, menjadikan siswa bukan sebagai objek melainkan subjek. Mereka diberi kesempatan berbeda pendapat, berfikir positif, menanggapi atau bahkan adu argumentasi. Hal-hal seperti ini mestinya dibuat terlebih dulu melalui sebuah sistem.
Kalau standar di atas bisa dilaksanakan, maka  tujuan mengajar akan tercapai. Mengajar tidak lagi bersifat indoktrinatif atau doktriner atau imperatif, melainkan menjadi kegiatan yang sungguh-sungguh membangun otonomi, membangun kesadaran subyek yang diajar. Jadi kalau nanti salah satu tujuan tercapai, katakanlah siswanya lebih pintar dari gurunya, itu jauh lebih bagus. Sebaliknya, kalau mengajar membuat siswa membebek pada gurunya, siswa tidak punya kemauan yang otonom. Ia tidak membangun kesadaran, sebaliknya malah membelenggu. Lebih dari itu, tujuan pendidikan tidak tercapai. Di beberapa sekolah masih terdapat guru yang menerapkan gaya mengajar indoktrinatif. Kalaupun secara kelembagaan tidak ada, secara individu masih ada guru yang menerapkannya. Oleh karena itu, konsep etika mengajar masih dalam tataran nilai, belum secara normatif. Sedangkan normatif hanya bisa dilihat, dilaksanakan kalau ada sistem atau institusionalisasi dari nilai-nilai itu. Sistem atau institusionalisasinya sendiri tidak akan bermakna bila tidak ada orang-orang yang mau melaksanakannya. Upaya-upaya untuk membangun sistem itu memang masih dalam proses. Tetapi usaha-usaha yang telah dilakukan lembaga pendidikan dinilai sebagai upaya positif. Lihatlah apa yang dilakukan oleh seorang guru yang memberikan motivasi bagi pembelajaran maupun yang inovatif dan guru yang bisa dinilai positif dalam rangka membangun sistem dan institusi menurut etika mengajar. Guru juga sudah mendorong terciptanya evaluasi pembelajaran yang sehat.
Profesion perguruan atau bekerja sebagai guru adalah antara beberapa jenis pekerjaan yang penting dalam proses pembangunan manusia,masyarakat dan negara. Profesion perguruan merupakan profesion paling utama di dalam proses penyerapan ilmu pengetahuan kepada individudan masyarakat. Dalam era globalisasi sekarang, peranan guru menjadi semakin kompleks dan mencabar. Golongan guru hendaklah memastikan martabat perguruan sentiasa dipertingkatkan dari masa ke semasa ketahap yang lebih tinggi dan dihormati seterusnya Guru itu bertugas mendidik dan tidak sekadar mengajar. Itu berarti bahwa tujuan pembelajaran adalah mengubah perilaku: kasar menjadi halus, jorok menjadi santun, bodoh menjadi pintar. Jadi, guru seharusnya tidak mengeluh jika mendapati anak didiknya bodoh dan juga nakal. Guru seharusnya menjadikan anak tersebut sebagai pusat perhatiannya. Jika guru sudah gemar mengeluhkan perilaku anak, bagaimana guru tersebut akan mendidik? Mendidik paling baik adalah memberikan keteladanan sikap dan keilmuan.. Para oknum-oknum guru yang suka mengumpat atau berkata kasar. Jika itu dilakukan sebagai budaya setempat, mungkin itu tak menjadi masalah karena budaya memang berbeda-beda. Namun, jelas umpatan itu terasa kasar karena diucapkan di tempat yang menempatkan ucapan itu sebagai ucapan kasar alias tabu. Mulut guru jelas melanggar etika, baik budaya maupun profesi. Guru perlu memiliki kod etikanya sendiri demi memartabatkan profesion perguruan. Peranan dan tanggungjawab guru memang memberi dampak yang besar dan mendalam dalam diri setiap individu itu. Dari kecil hinggalah dewasa, semua itu adalah hasil ajaran dan didikan guru di sekolah, walaupun begitu, perputaran kehidupan dari hari ke hari semakin maju dan bergerak seiring dengan era globalisasi.
Nilai krisis moral merupakan hal yang sering dijadikan masalah dalam dunia pendidikan. Anehnya krisis moral tersebut sering dilakukan oleh para pendidik terhadap anak didiknya. Padahal, tanpa bimbingan dan asuhandari  guru, pelajar mudah memilih dan mengamalkan nilai yang bertentangan dengan agama, budaya, sopan, moral dan disiplin sekolah.  Arus teknologi  yang semakin menggila memudahkan pelajar terjebak dengan nilai negatif. Di sinilah kita memerlukan pendidikan akhlak yaitu pendidikan yang dapat membina keyakinan, kefahaman, penghayatan dan pengamalan nilai murni yang terkandung dalam ilmu wahyu iaitu Al –Quran dan As-sunnah. Dalam mengajar seharusnya guru berpedoman pada nilai positif. Apabila guru berhasil dalam melaksanakan pendidikan akhlak pada tingkat dasar, maka akan lahirlah pelajar yang cemerlang dalam aspek akademik dan keagamaan.


8.    Guru Sombong






Gambar 1. 8  Guru Sombong

Seorang guru ketika masuk ke dalam kelas hendaknya menenjukkan sikap yang baik, sopan santun, mengucapkan salam pada siswa siswinya, bersifat lemah lembut dan perhatian. Seorang guru tidak pantas membahas atau menunjukkan sikap yang buruk pada siswanya. Sifat kekaguman dan membangga-banggakan diri dapat menimbulkan kesombongan dan keangkuhan terhadap orang lain. Sifat ini adalah salah satu penyakit hati yang sangat mencelakakan dan sulit dihindari. Dalam al-Qur’an sudah tertera larangan dan ancaman serta bahaya yang akan ditimbulkan dari sifat takabur ini. Jika seseorang sudah melekat pada sifat ini, maka segeralah mungkin untuk mengobatinya dan menghindarinya, karena sifat ini sangat merugikan diri sendiri maupun orang lain serta merugikan di dunia dan di akhirat.
 Sombong adalah penyakit yang sering menginggapi kita semua, yang benih-benihnya kerap selalu muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh factor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat dari pada orang lain. Ditingkat kedua, sombong disebabkan karena factor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompetendan lebih berwawasan dibandingkan orang lain. Semakin tinggi sifat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya.  Akar dari kesombongan adalah ego yang berlebihan. Menghargai diri secara berlebihan; congkak; pongah: tabiatnya agak aneh, sebentar -sebentar rendah hati; berkata secara berlebihan, itu lah exspresi yang ada pada tabiat sombong. Perjalanan hidup terkadang membuat kita bersifat ego.
Sukses bisa membuat kita jadi arogan. Saat kita arogan, kita berhenti mendengarkan. Ketika kita berhenti mendengarkan, kita berhenti berubah. Dan di dunia yang terus berubah dengan begitu cepatnya seperti sekarang, kalau kita berhenti berubah, maka kita akan gagal. Itulah sisi negatif dari kesuksesan, yakni arogansi. Arogansi muncul saat seseorang merasa diri paling hebat, paling luar biasa, dan paling baik dibandingkan dengan yang lainnya. Penyakit mental ini bisa menjangkiti apa dan siapa saja, mulai dari organisasi, produk, pemimpin, sampai orang biasa.
Rasulullah s.a.w bersabda: ‘Tidak akan masuk ke dalam surga seseorang yang dalam hatinya ada kesombongan barang seberat debu.’ Seorang laki-laki bertanya : ‘sesungguhnya ada seseorang yang menyukai supaya bajunya bagus dan terompahnya bagus.’ Nabi menjawab: ‘Sesungguhnya Allah itu indah, Dia menyukai keindahanKesombongan itu ialah menolak kebenaran dan memandang rendah orang lain. Orang sukses lalu bersombong ria sebenarnya patut disayangkan. Bayangkan saja, saat berjuang keras menggapai kesuksesan, mereka begitu terbuka untuk belajar. Mereka mau mendengarkan. Mereka mau berjerih payah, berani hidup susah, dan mengorbankan diri. Bahkan, mereka tampak sangat 'merakyat' hidupnya. Akan tetapi, itu dulu. Sayang sekali, saat kesuksesan datang, mereka lupa diri. Mungkin dia akan berkata, "Saya sudah berhasil mencapai yang terbaik. Sekarang, Andalah yang harus mendengarkan saya. Saya tidak perlu lagi mendengarkan Anda."
Arogansi bisa menghampiri siapa saja. Termasuk seorang pendidik, guru, dosen, yang tiap hari memberi suatu bagi orang lain. Seorang guru seharusnya bisa belajar banyak untuk selalu berhati-hati. Kesuksesan jangan membuat kita arogan dan cenderung self centered serta tidak mau mendengarkan orang lain. Dunia begitu mengenal sosok Mao, Hitler, ataupun Stalin. Mereka berjuang dari basis bawah menuju pucuk kepemimpinan. Mereka pun berjuang untuk perubahan di masyarakatnya. Idealisme mereka sangat luar biasa. Orang pun dibuatnya kagum. Namun, mereka lupa daratan ketika sukses. Mereka memonopoli kebenaran tunggal alias antikritik dan anti pembaruan. Mereka memimpin dengan tangan besi. Korban pun bergelimpangan dari tangannya. Begitu juga dalam sejarah bisnis. IBM yang begitu besar dan terkenal pernah mengalami kemerosotan saat arogansi membekap sikap dan pikiran para pemimpin mereka. Namun, itulah yang terjadi apabila orang berhenti belajar dan merasa diri sudah selesai. Tanpa dia sadari, lingkungannya terus belajar, berinovasi, dan berkembang.
Guru harus selalu mengalir dinamis dan memiliki watak rendah hati, terhadap asor dan santun. Tidak sombong. Tidak arogan. Interaksi harus terjalin secara baik, ilmu yang ada pada guru belum lah seberapa jika ilmu tersebut tidak terus digali dan diasah. Ada hal yang bias dilakukan seorang guru dalam menjauhkan rasa sombong pada dirinya yaitu :
a.). Langkah ilmiah adalah dengan cara mengenali diri sendiri dengan kehinaannya, serta mengenali Tuhan dengan keagungan dan kebesaran-Nya. Pada dasarnya dengan cara ini sudah cukup bagi seseorang untuk menghilangkan sifat takabur pada dirinya.
b)   Langkah amaliah adalah merupakan bentuk praktis dalam menanggulangi sifat sombong, yakni tawadhu’ kepada Allah melalui amal perbuatan dan kepada semua makhluk-Nya dengan senantiasa berperilaku sebagaimana lazimnya orang-orang yang suka merendahkan diri.
Kecerdasan intelektual atau biasa disebut Intelligence Quotient adalah kemampuan potensial untuk mempelajari segala sesuatu dengan alat-alat berpikir. Kecerdasan intelektual ini bisa diukur dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang. Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan yang tampaknya menjadi primadona dan dikembangkan dengan porsi lebih besar di hampir seluruh sekolah formal di dunia, termasuk di Indonesia. Seorang guru mendapatkan nilai baik atau tidak, layak atau tidak sebagai seorang tenaga pengajar dapat dinilai dari kecerdasan intelektualnya. Di sinilah seorang guru diharapkan mampu mengembangkan kecerdasan intelektual dengan baik, di samping juga mengembangkan kecerdasan yang lainnya. kecerdasan yang ada pada diri guru sangat perlu untuk diperhatikan, sehingga kecerdasan anak-anak secara keseluruhan pun dapat berkembang dengan baik. Inilah tugas dan tanggung jawab seorang dalam mendidik murid-muridnya. Sebuah tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan, namun sangat penting dan mulia, demi generasi masa depan yang cerdas dan berakhlak mulia. Semua kelebihan yang dititipkan oleh para guru itu bukan untuk di jadikan bahan untuk bersombong-sombong,  “seluruh manusia sama dihadapan Allah, yang membedakan itu taqwa saja”. Memang setiap manusia di beri kelebihan, mungkin seorang guru diberik kelebihan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mentransformasikan ilmu tersebut di dalam suatu wadah pembelajaran. Makin banyak kelebihan yang diberikan makin banyak pula ujian di segi kebesaran diri jadi ingatkan bahwa apapun yang ada pada kita berupa : pangkat kedudukan, harta, ilmu, bentuk fisik dan lain sebagainya itu semua adalah pinjamandari Allah SWT yang sewaktu-waktu nanti akan dipertanggung jawabkan. Apabila anda adalah seorang guru yang banyak diberikan kelebihan maka hendaklah kita semakin bersifat tawadhu, lebih baik kita menganggap diri ini paling hina karena sesungguhnya kita tidak mempunyai apa-apa, semua ini hanya titipan semata.
9. Guru Chatting Ketika Mengajar




Gambar 1.9   Guru Chatting Ketika Ngajar

Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengajaran diharapkan mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara penuh. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran itu sendiri Teknologi sebenarnya sejak dulu teknologi sudah ada. Seseorang menggunakan teknologi karena manusia berakal. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Pada dasarnya teknologi dibangun untuk memudahkan manusia. Tapi kadang teknologi yang di bangun manusia tidak semuanya membantu, ambat laun akan menjadi bom waktu yang siap meledak. Pada satu sisi, perkembangan teknologi telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban manusia, pekerjaan yang sebelumnya menuntut kekuatan dan kemampuan fisik , kini sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis.
Di era globalisasi, teknologi informasi berperan sangat penting. Dengan menguasai teknologi dan informasi, kita memiliki modal yang cukup untuk menjadi pemenang dalam persaingan global. Di era globalisasi, tidak menguasai teknologi informasi identik dengan buta huruf.
Teknologi Informasi (TI) dan multimedia telah memungkinkan diwujudkannya pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, yang melibatkan siswa secara aktif. Kemampuan TI dan multimedia dalam menyampaikan pesan dinilai sangat besar. Dalam bidang pendidikan, TI dan multimedia telah mengubah paradigma penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik.
Computer Assisted Instruction (CAI) bukan saja dapat membantu guru dalam mengajar, melainkan sudah dapat bersifat stand alone dalam memfasilitasi proses belajar. Penekanan penting akan memaksimumkan sumber daya manusia di semua sektor, berarti kita akan membutuhkan sistem komunikasi yang sangat efektif. Apabila kita merespons pada kebutuhan fokus awal seharusnya lebih berdasarkan penerimaan informasi daripada penyebaran informasi. Hal ini hampir memutar balikan peran jika dibandingkan dengan peran komunikasi administrasi pendidikan yang dulu. Di era globalisasi dan informasi ini penguasaan terhadap informasi tidak cukup harnya sekedar menguasai, diperlukan kecepatan dan ketepatan. Sebab hampir tidak ada guna menguasai informasi yang telah usang, padahal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat mengakibatkan usia informasi menjadi sangat pendek, dengan kata lain, informasi lama akan diabaikan dengan adanya informasi yang lebih baru.
Tantangan tersebut lah yang mewajibkan seorang guru untuk bisa menguasai teknologi, seperti yang diterangkan di atas bahwa teknologi bertujuan untuk mentransformasi informasi dan menyediakan penampilan pembelajaran menjadi lebih menarik. Tapi kalau gurunya hanya sibuk chatting an sendiri di jam ngajar tanpa memperdulikan siswa nya apa kata dunia?
Percakapan interaktif antar sesama pengguna komputer yang terhubung dalam suatu jaringan. Percakapan ini bisa dilakukan dengan saling berinteraktif melalui teks, maupun suara. lihat juga chat. Chatting adalah suatu program untuk para pengguna internet dimana saja berada agar bisa mengenal satu sama lain walaupun dia berada jauh dari kita.Dengan Chatting kita juga bisa melihat wajah orang yang baru kita kenal tersebut jika di komputer kita ada satu alat yang disebut WEBCAM.
Seharusnya guru bisa melibatkan anak didiknya ke dalam dunia maya tersebut, dengan menciptakan suatu metode pembelajaran melalui rangkaian – rangkaian strategi pembelajaran yang menarik.  Jika seorang guru di dalam kelas hanya sibuk ber chatting an secara individu, maka pesan pembelajaran yang ingin disampaikan tidak akan sampai pada siswa didik. Seperti yang dikemukakan oleh Mukhtar dan Iskandar bahwa Proses pembelajaran tidak akan berjalan tanpa ada komunikasi[18]. Efektifitas komunikasi guru dengan peserta didik merupakan keharusan, agar berkomunikasi kepada siswa-siswa dalam bahasa yang mudah dicerna, dimengerti, dan terhadap orang dewasa jangan berkomunikasi seperti komunikasi terhadap anak-anak[19].
Proses pembelajaran terjadi interaksi dan komunikasi antara guru dengan siswa jika adanya suatu motivasi belajar. Interaksi pembelajaran merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik. Interaksi dalam kelas bagi seorang guru sering menemui kendala yang disebabkan komunikasi. Tidak semua siswa di dalam kelas dalam melakukan interaksi.Guru  menyampaikan pesan, siswa bertanya dan sebaliknya. Interaksi memilki unsur-unsur komunikator, komunikan, pesan dan media. Komunikasi terjadi bila terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan belum tentu menimbulkan kesamaan makna[20]. Dengan kata lain, seseorang yang mengerti bahasa belum tentu mengerti makna. Jadi yang dikatakan komunikatif adalah apabila terjadi kesamaan bahasa dan kesamaan makna antara komunikator dan komunikan.
Secara positif guru bisa memanfaatkan teknologi internet untuk menambah pengetahuan dan wawasan, karena internet dimanfaatkan untuk orang yang membutuhkan akses, bukan untuk mengakses informasi yang tidak bermanfaat terutama bagi anak-anak didik. Terkadang sebagian guru memandang sebelah mata terhadap adanya internet, karena hanya melihat satu sudut pandang saja, dikarenakan masih minimnya pengetahuan serta penguasaan mereka terhadap internet, sehingga masih banyak guru yang gaptek dan tidak mau belajar dan mengetahui pemanfaatan internet bagi pengembangan pengetahuan dan kecakapan mengajarnya di kelas.
Pengenalan dan penggunaan internet di lingkungan pendidikan yang salah akan melahirkan budaya baru dalam lingkungan siswa. Sebagai contoh efek negatif yang sering siswa lakukan yaitu maraknya game online yang kebanyakan dimainkan oleh anak-anak dan pornografi. Internet juga dapat dijadikan sarana komunikasi dan wadah pengembangan kerja sama antar guru dan sekolah. Melalui internet, dapat terjalinnya kolaborasi yang baik antara pihak-pihak yang terlibat dalam bidang pendidikan. Dapat akses yang lebih mudah, efisien, dan lebih murah, para guru dapat bertukar informasi mengenai proses pembelajaran, bentuk-bentuk penelitian, beasiswa guru atau siswa, pendanaan suatu program tertentu, dan acara sosial. Misalnya, sekolah akan mengadakan “program kegiatan sekolah”. Sekolah dapat melayangkan kerja sama melalui email kepada berbagai pihak. Pada web sekolah, juga dapat ditampilkan iklan program tersebut dilengkapi dengan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan. Melalui internet, semua pihak dari berbagai belahan dunia akan dengan mudah mengakses informasi program sekolah yang sedang atau akan dilaksanakan tersebut.


10. Guru Membocorkan Kunci Jawaban



Gambar 1. 10 Membocorkan Jawaban

Tugas dan tanggung jawab seorang guru sesungguhnya sangat berat. Di pundaknyalah tujuan pendidikan secara umum dapat tercapai atau tidak. Mengapa di pundak seorang guru dan bagaimana dengan tugas dan tanggung jawab orangtua anak didik yang mendapatkan amanat langsung dari Tuhan? Pertanyaan penting ini harus dijawab terlebih dulu sebelum membahas persoalan ini lebih jauh.
Orangtua memang mendapatkan amanat langsung dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Di hadapan Tuhan kelak para orangtua juga akan dimintai pertanggungjawaban tentang bagaimana cara mereka mendidik anak-anaknya. Namun, karena kemampuan, pengetahuan, dan waktu yang dimiliki oleh orangtua terbatas, sebagian besar orangtua memercayakan pendidikan anak-anaknya kepada guru-gurunya di sekolah.
Tugas dan tanggung jawab seorang guru di sekolah semakin berat karena tidak sedikit dari orangtua yang seakan memercayakan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya di sekolah. Mereka beranggapan bahwa tugas dan tanggung jawab orangtua adalah bekerja dan bekerja, sehingga mempunyai uang yang banyak untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya, termasuk biaya sekolah. Bahkan, tidak sedikit orangtua yang berusaha dengan sekuat tenaga agar anak-anaknya dapat sekolah di tempat yang favorit, meskipun biayanya mahal.
Orangtua yang demikian biasanya telah merasa bahwa tugas dan tanggung jawabnya di bidang pendidikan anak-anaknya telah selesai. Mereka percaya sepenuhnya bahwa pihak sekolah telah mendidiknya dengan baik, sehingga merasa tak perlu lagi mengontrol pendidikan anaknya ketika di rumah. Sungguh, anggapan yang seperti itu tidaklah benar. Orangtua tetap bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya secara keseluruhan. Sedangkan guru bertanggung jawab karena mendapatkan amanat dari orangtua untuk mendidik anak-anak mereka, di samping merupakan tanggung jawab kemanusiaan.
Di sinilah sesungguhnya tugas dan tanggung jawab guru menjadi tidak main-main. Amanat dari para orangtua untuk mendidik anak-anaknya mesti ditunaikan dengan baik. Tidak sekadar mengajar, akan tetapi juga mendidiknya. Dengan demikian, seorang guru bisa dikatakan sebagai orangtua kedua bagi anak didiknya. Sebagai orangtua kedua, sudah tentu dibutuhkan kedekatan dengan anak didiknya agar berhasil dalam menjalankan tugas penting dan mulia ini. Kedekatan dengan anak didik adalah kunci penting bagi seorang guru bila ingin sukses dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Tanpa kedekatan, tugas dan tanggung jawab itu akan sulit dapat terlaksana dengan baik, karena anak didik bukanlah robot yang siap menerima program apa pun dari orang yang membuat atau mengoperasikannya. Anak didik adalah pribadi yang mempunyai jiwa. Sudah tentu, menghadapi pribadi yang mempunyai jiwa dibutuhkan kedekatan di antara dua jiwa agar komunikasi dalam proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Secara garis besar, tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengembangkan kecerdasan yang ada dalam diri setiap anak didiknya. Kecerdasan ini harus dikembangkan agar anak didik dapat tumbuh dan besar menjadi manusia yang cerdas dan siap menghadapi segala tantangan di masa depan.
Di antara kecerdasan yang perlu dikembangkan oleh seorang guru adalah sebagai berikut:
a.    Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual atau biasa disebut Intelligence Quotient (IQ) adalah kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari segala sesuatu dengan alat-alat berpikir. Kecerdasan intelektual ini bisa diukur dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang. Secara teknis, kecerdasan ini pertama kali digagas dan ditemukan oleh Alfred Binet, seorang tokoh psikologi dari Prancis. Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan yang tampaknya menjadi primadona dan dikembangkan dengan porsi lebih besar di hampir seluruh sekolah formal di dunia, termasuk di Indonesia. Seorang anak didik mendapatkan nilai baik atau tidak, naik kelas atau lulus sekolah, sangat ditentukan oleh nilai dari kecerdasan intelektualnya. Di sinilah seorang guru diharapkan mampu mengembangkan kecerdasan intelektual dengan baik, di samping juga mengembangkan kecerdasan yang lainnya.

b.    Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional biasa disebut Emotional Quotient (EQ). Kecerdasan ini setidaknya terdiri dari lima komponen pokok, yakni kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati, dan mengatur sebuah hubungan sosial. Kecerdasan ini juga dikembangkan pada sekolah-sekolah formal, namun porsinya jauh di bawah kecerdasan intelektual. Di sinilah dibutuhkan seorang guru yang bisa mengembangkan kecerdasan emosional murid-muridnya.

c.    Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual atau yang biasa juga disebut sebagai Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri, sehingga seseorang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu. Secara teknis, kecerdasan ini pertama kali digagas dan ditemukan oleh Danah Zohar.
Dalam beberapa penelitian di bidang kecerdasan dan psikologi, kecerdasan spiritual dikatakan sebagai kecerdasan yang paling penting. Hal ini karena terkait erat dengan kebahagiaan hidup seseorang. Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang baik akan mampu memaknai secara positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan demikian seseorang akan lebih mudah meraih kebahagiaan. Di sinilah sesungguhnya sangat penting bagi seorang guru untuk bisa mengembangkan kecerdasan spiritual anak didiknya.
Ketiga macam jenis kecerdasan yang ada pada diri anak tersebut sangat perlu untuk diperhatikan oleh seorang guru, sehingga kecerdasan anak-anak secara keseluruhan pun dapat berkembang dengan baik. Secara garis besar, inilah tugas dan tanggung jawab seorang dalam mendidik murid-muridnya. Sebuah tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan, namun sangat penting dan mulia, demi generasi masa depan yang cerdas dan berakhlak mulia.
Profesi guru adalah profesi yang sudah tua, sama halnya dengan profesi berdagang, bertani, menjadi nelayan, bertukang, dan lain-lain. Profesi guru memegang peranan yang sangat penting untuk mencerdaskan generasi muda bangsa ini agar bisa memiliki sumber daya manusia (SDM) yang handal. Apalagi untuk negara yang cukup luas dan kaya dengan sumberdaya alam seperti Indonesia tentunya memerlukan banyak manusia terampil dengan SDM berkualitas tinggi untuk mengelolanya. Membiarkan diri jadi bodoh dengan tidak mengikuti perkembangan sains dan tekhnologi, bisa dikatakan menjadi karakter sebagian guru yang statis. Karakter negatif lain yang juga ada pada sebagian oknum guru adalah “hilangnya idealisme sebagai guru”. Praktek-praktek seperti mengajarkan atau membiarkan siswa mencontek saat UAN- ujian akhir nasional, sengaja pura-pura tidak melihat siswa mencontek dan saling mencontek dengan harapan agar nilai ujian akhirnya tinggi, atau bisa membantu mereka untuk lulus.
Saat ini masyarakat di dunia sedang menghadapi globalisasi, tidak terkecuali dengan masyarakat Inonesia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat berpengaruh terhadap globalisi.yang membuat seakan-akan tidak ada batas yang jelas antara 1 negara dengan Negara lainnya. Globalisasi saat ini pun juga dapat mempengaruhi terhadap bidang pendidikan di Indonesia. Pasalnya sekolah-sekolah yang ada di Indonesia sudah banyak yang mendaftarkan diri untuk menjadi Sekolah Berstandar Internasional yang memiliki fasilitas teknologi yang modern dan juga menggunakan bahasa internasional yaitu bahasa Inggris. Dengan adanya globalisasi sekarang ini, maka Negara-negara di dunia baik itu Negara maju ataupun berkembang berlomba-lomba untuk meningkatkan prestasi pendidikan di Negara mereka untuk mencetak generasi yang penerus bangsa yang lebih baik. Begitu pula di Indonesia. Jika kita perhatikan, pemerintah Indonesia selalu berusaha sebisa mungkin untuk mengurangi tingkat kebodohan di Indonesia.
Ada beberapa sekolah yang di pandang telah memenuhi kriteria sebagai sekolah berstandar internasional, dalam penerimaan siswa baru selalu melakukan seleksi tes dalam memilih siswa-siswa yang memenuhi syarat dan berkompetensi. Tapi pada kenyatannya hal ini bertolak belakang dengan kenyataan para siswa di lapangan, seakan-akan program yang diberikan pemerintah sia-sia untuk dilaksanakan. Pasalnya mereka lebih memilih masuk pada sekolah favorit dengan melakukan berbagai cara, terkadang orang tua memberikan uang pelicin (sogokan) pada panitia di sekolah agar sang anak dapat lulus di sekolah favorit tersebut.
 Pergi ke sekolah bagi siswa merupakan suatu hak sekaligus kewajiban sebagai sarana mengenyam pendidikan dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Sayang, kenyataannya banyak remaja yang enggan melakukannya tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan. Sampai disekolah melakukan interaksi pembelajaran, siswa tersebut ternyata tidak memenuhi standar kompeten yang di ingin kan. Hal hasil, untuk dapat terus bertahan disekolah favorit dengan memiliki nilai yang tinggi, tidak segan-segan orang tua selaku pendidik dirumah membeli kunci jawaban ketika ujian, bahkan sang guru pun dengan senang hati menerima tawaran dan melakukan tawaran tersebut tanpa ada rasa beban.
Banyak guru yang beralasan dengan cara tersebut, maka anak didik akan memdapatkan nilai yang tinggi, dengan itu si guru pun akan mendapatkan predikat keberhasilan mengajar sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh si guru tadi. Padahal dengan membocorkan kunci jawaban tersebut, bukan lah hal satu- satu nya yang harus dilakukan untuk mendapatkan predikat kesuksesan dalam mengajar.
Entah apa yang ada dalam fikiran seorang Guru ketika mereka memberikan beberapa jawaban dari soal ujian yang telah dikerjakan oleh murid-murid di sekolah mereka saat ujian itu berlangsung. Faktor lain guru beranggapan untuk menjaga nama baik itu para oknum guru “membantu” para siswanya dengan memberikan kunci jawaban dari beberapa soal yang di ujikan saat ujian berangsung.

Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan kepada guru untuk muridnya, atas makna dari pembocoran kunci jawaban saat dilangsungkannya ujian :
1. Oknum-oknum Guru yang memberikan kunci jawaban kepada siswa-siswa didiknya
Berarti perbuatan tersebut sama dengan mengajarkan korupsi kepada murid-muridnya. Karena mendapatkan jawaban yang bukan hak siswa (atas usaha jujurnya mengerjakan soal-soal ujian) adalah perbuatkan korupsi, yakni mengambil sesuatu yang bukan haknya untuk diambil tanpa usaha jujur dari dirinya sendiri. Tindakan itu tak lebih dari perbuatan sogok-menyogok antara oknum guru dan siswa; penyogok adalah Guru, dan yang disogok adalah para siswa, dengan imbalan nilai-nilai siswa bisa bagus, nama baik sekolah bisa terangkat dan terkenal bagus, serta pihak guru menjadi “aman” dalam statusnya menjaga nama baik sekolahnya.
2. Kalau kejadian itu terulang kembali, dimana saat ujian masih ada oknum guru yang memberikan jawaban saat ujian berlangsung, saya katakan kepada siswa untuk mengatakan kepada gurunya “Ibu Guru memberikan jawaban soal ujian kepada kami sama saja mengajarkan kami KORUPSI!”.
3. Saya pesankan kepada murid-murid didik saya di tempat les untuk jangan pernah mencontek, meminta jawaban, atau menerima jawaban selama proses ujian berlangsung, karena tindakan itu tindakan yang berdosa dan tidak disenangi Tuhan. Tindakan curang itu sama saja dengan korupsi, mengambil sesuatu atau menerima sesuatu, atau memberi sesuatu yang bukan haknya untuk diterima orang lain tanpa usaha jujur orang yang diberinya.
Banyaknya oknum guru yang memberikan bocoran kepada anak didiknya membuat anak didiknya menjadi malas berlajar terutama anak yang bandel yang kesehariannya main saja. Saya pribadi sangat heran terhadap mereka-mereka yang katanya “Guru” yang memiliki tugas atas amanah yang di berikan kepadanya untuk mendidik generasi penerus ini menjadi manusia yang berbudi pekerti yang luhur dan berilmu pengetahuan yang luas, tetapi mengapa “lakon”-nya seperti itu. Apakah mereka tidak berfikir bahwa tindakan curang itu sama saja membunuh karakter diri mereka sendiri dan status yang mereka sandang sebagai pendidik? Harusnya oknum-oknum guru itu dipertahankan sebagai pendidik? Perbuatan itu sama saja merusak nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Sebenarnya dalam urusan pendidikan yang harus diperbaiki sudah terlalu komplek untuk dijabarkan, dari mulai sistem pendidikan, pelaku pendidikan, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan dan sebagainya. tapi yang paling intinya bisa mulai dari diri kita sendiri, yaitu dengan menanamkan pola pikir yang postif, dengan percaya pada diri anda sendiri, andalah yang membawa diri anda sendiri, akui kemampuan anda sampai dimana, uji kemampuan pendidikan anda sampai dimana dengan tidak pernah nyontek, bersemangatlah dengan kemampuan anda, percayalah pada diri anda sendiri.
11. Guru Suka Telat





Gambar 1.11 Guru Telat Ngajar

Guru yang tidak perlu dipertahankan dalam sekolah adalah guru yang pemalas. Tugas seorang guru adalah mengajar dan menyampaikan materi kesiswa, tetapi tipe guru ini suka meninggalkan jam pelajaran, oleh karena itu disebut sebagai guru pemalas, maksudnya malas mengajar. Kalau ditanya ada saja alasannya, ya adanya kepentingan keluarga, ya sakitlah, dan alasan ini itu lainnya.
Dari beberapa faktor penunjang keberhasilan pendidikan sehingga mampu melahirkan siswa yang berprestasi , faktor guru sangat dominan adanya. Peran guru sangat penting terhadap baik buruknya mutu pendidikan. Ungkapan “guru kencing berdiri murid kencing berlari” rasanya masih belum usang. Bila sampai sangat ini mutu pendidikan di Indonesia dinilai oleh berbagai pihak masih relatif rendah, maka perlu diakui salah satu penyebab utamanya adalah kualitas kompetensi guru relatif rendah, di samping faktor-faktor lain yang menjadi penyebabnya. Misalnya, sarana prasarana pendidikan yang kurang refresentatif, manajemen pendidikan yang masih carut marut.
Penyebab guru sering terlambat saat ke sekolah terjadi karena beberapa hal. Bisa jadi factor keluarga, Lingkungan, dan kebiasaan pada guru itu sendiri. Keterlambatan ini menyebabkan guru sering mendapatkan teguran dari sekolah. Dampaknya, siswa didik akan cenderung meniru kebiasaan dari sang guru. Berikut ada beberapa factor yang menyebabkan guru cenderung sering terlambat saat mengajar :

1. Faktor Lingkungan
Pergaulan adalah hal yang paling cepat mempengaruhi. Terutama dengan siapa si guru berteman. Misalnya, lingkungan seorang guru berada ditengah masyarakat yang terbiasa disiplin mengatur waktu. Mulai pagi hingga malam, semuanya telah terjadwal dengan baik. Termasuk dalam mengatur waktu kerjanya.Lingkungan yang seperti ini biasanya mempengaruhi aktifitas seorang guru Sebelum subuh sudah bangun dan melalukan aktifitas  akan melatih diri untuk bangun lebih awal. Jika sudah terbiasa seperti ini, cerita keterlambatan akan mungkin sudah tidak terdengar lagi.
Jika kita sebagai guru, tidak hidup pada lingkungan seperti itu. Maka kita bisa menciptakan lingkungan seperti itu dalam lingkungan sekolah. Kerjasama antar angggota sekolah sangat dibutuhkan. anggap saja bekerja dalam tim. awalnya memang susah, seiring kebiasaan segalanya akan terlampaui dengan baik.

2. Faktor Pribadi
Rasa malas ialah penyakit yang hanya bisa disembuhkan oleh diri kita sendiri. Bagaimana pun guru merupakan wadah bentuk motivasi dan contoh yang diberikan kepada siswa untuk tidak terlambat masuk sekolah, tidak akan ada gunanya jika guru tidak menginginkan perubahan itu. Namun, sebagai seorang guru kita harus belajar memahami alasan kenapa diri kita tidak mau berubah dalam hal kedisiplinan. Guru adalah orang tua kedua setelah Ayah dan Ibu. Karakter Guru bermacam-macam, yang sesuai dengan hati si anak akan jadi Guru favorit di sekolah. Begitu sebaliknya, jika Gurunya dianggap tidak asik dimata si anak maka akan menjadi orang yang sangat menyebalkan.
Mengulur waktu dengan bermalas-malasan di rumah atau mengulur waktu di kamar mandi, merupakan kebiasaan yang harus dirubah. Hasilnya adalah guru sengaja berangkat terlambat ke sekolah. Banyak pihak berpendapat bahwa rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi tuntutan pembangunan bangsa di berbagai bidang. Rendahnya mutu pendidikan terkait dengan skenario yang digunakan oleh pemerintah dalam membangun pendidikan yang selama ini lebih menekankan pada pendekatan input dan output. Pemerintah berkeyakinan bahwa dengan meningkatkan mutu input maka dengan sendirinya akan dapat meningkatkan mutu output. Dengan keyakinan tersebut, kebijakan dan upaya yang ditempuh pemerintah adalah pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan guru, menatar para guru, dan menyediakan dana operasional pendidikan secara lebih memadai. Kenyataan tersebut memberi gambaran umum bahwa pendekatan input dan output secara makro belum menjamin peningkatan mutu sekolah dalam rangka meningkatkan dan meratakan mutu pendidikan.
Profesionalisasi guru telah banyak dilakukan namun pelaksanaannya masih dihadapkan pada berbagai kendala, baik dilingkungan Depdiknas, maupun di lembaga pencetak guru. Kendala yang muncul di lembaga pencetak guru antara lain : tidak adanya lembaga secara khusus untuk menangani dan menyiapkan guru seperti IKIP pada masa lalu. Kemudian profesi guru belum menjadi pilihan utama bagi lulusan sekolah menengah, sehingga kualitas masukan (input) nya rendah. Bagi guru yang kurang memanfaatkan waktunya dengan baik, maka tidak akan banyak prestasi yang ia boleh  raih dalam hidupnya. Dia akan terbunuh oleh waktu yang ia sia-siakan. Karena itu guru harus sensitif terhadap waktu. Terjaga dari sesuatu yang kurang bermanfaat. Setiap saat kita memuliakan waktu, maka waktu akan menjadikan kita orang mulia. Karena itu, kualiti seorang guru terlihat dari cara ia memperlakukan waktu dengan baik. Guru yang berjaya dalam hidupnya adalah yang pandai urus waktu dengan baik. Waktunya benar-benar sangat berharga dan berkualiti. Setiap waktunya diurus dengan baik.  Guru harus pandai mengatur rutin harian kerjayanya. Jangan sampai guru terjebak sendiri dengan rutinnya yang tidak menjadi dia menjadi seorang guru dapat dicontohi oleh pelajarnya. Guru harus pandai dalam membahagikan waktu kerjanya. Buatlah jadual yang berencana. Buang kebiasan-kebiasaan yang membawa guru untuk tidak terjebak di dalam rutin kerja, misalnya : membuat diari atau catatan harian yang ditulis dalam buku guru. Rutin kerja harian tanpa disadar membuat guru terjerumus menjadi guru yang kurang berkualitas. Hari-harinya diisi hanya untuk mengajar saja. Dia tidak mendidik pelajarnya dengan hati yang bersungguh-sungguh. Waktunya di sekolah hanya terbatas sebagai tugas rutin mengajar yang tidak mempunya nilai apa-apa. Guru hanya melakukan pemindahan ilmu. Dia mengganggap pekerjaan itu adalah kerja sahaja, karena itu dia berusaha kuat untuk diperlihatkan baik oleh pentas di sekolah. Tak ada upaya untuk keluar dari rutin kerjanya yang sudah membosankan. Bahkan sampai saatnya ia pensiun.
Berikan contoh yang baik pada anak didik, datang tepat waktu, masuk kelas tepat waktu, mengajar dengan hati yang ikhlas, memiliki rasa saying dan cinta terhadap anak didikmerupakan salah satu factor agar dapat menghindari rasa amarah. Sudah seharusnya setiap orang mengakui bahwa dirinya adalah seorang guru/pendidik, bagaimana tidak, setiap sisi kehidupan rasanya kita tidak pernah lepas dari sebuah ungkapan "TAKE AND GIVE". Pada prosesnya hal ini menempatkan kita sebagai seorang guru atau pendidik. Seluruh jiwa guru itu harus diabdikan kepada usaha mendorong muridnya untuk giat dan maju. Ia harus merupakanseorang pribadi yang ulung, yang berkompentensi bersama rekan-rekannya dalam menunaikan tugasnya.
12. Guru Matre






Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk ‘cuci tangan’. Bukan berarti guru bersikap seenaknya dalam memungut biaya pada siswa tanpa ada alas an khusus.
Setiap saat anda membantu orang lain untuk melakukan langkah maju dalam belajar atau melakukan sesuatu, maka anda adalah seorang guru. Tentu saja ada guru yang dinamis, ada yang melempem, ada yang berjiwa kreatif dan mendorong semangat anak-anak didiknya untuk memanfaatkan segala tenaga yang ada untuk maju. Seluruh jiwa guru itu harus diabdikan kepada usaha mendorong muridnya untuk giat dan maju. Ia harus merupakanseorang pribadi yang ulung, yang berkompentensi bersama rekan-rekannya dalam menunaikan tugasnya. Untuk bisa merangsang orang yang malas, menanggulangi kesulitan, mendorong yang lamban, dan membimbing mereka semua.

Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Pada umumnya, pendidikan diakui sebagai suatu investasi sumber daya manusia. Pendidikan ini memberi sumbangan terhadap pembangunan sosial ekonomi melalui cara-cara meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap, dan produktivitas. Bagi masyarakat secara umum, pendidikan bermanfaat untuk teknologi demi kemajuan di bidang sosial dan ekonomi, karena manfaatnya luas dan dapat meresap ke berbagai bidang, maka pembangunan pendidikan seyogyanya harus menjadi perhatian utama bagi semua kehidupan bangsa[21]. Pembiayaan pendidikan adalah sebagai nilai rupiah dari seluruh sumber daya (input) dan berbagai efisiensi yang digunakan dan dilakukan untuk suatu kegiatan pendidik[22].
Guru pekerja merupakan guru yang yang bekerja tanpa adanya adanya tanggungjawab sebagai seorang guru, tetapi lebih cenderung kepengajar. Dalam bahasa jawa disebutkan bahwa yang namanya guru adalah “diGUgu dan ditiRU”. Tetapi untuk guru pekerja, tanggungjawab kepada akhlak tidak begitu dipentingkan, yang penting, tugas menyampaikan materi selesai, berarti selesai sudah tanggungjawabnya.
Guru komersil – Mungkin mirip dengan tipe yang di atas tetapi dia mengajar di banyak lembaga pendidikan dan sekolah, orientasinya adalah uang, jadi mengapa disebut sebagai guru komersil. Selain itu, banyak juga guru yang mempunyai pekerja sampingan diluar, dan menomor duakan pekerjaan guru tersebut. Guru ini biasanya juga tidak bisa dijadikan guru teladan, walaupun beberapa guru teta pada yang masuk kekriteria pertama.
Guru matre adalah guru yang memandang nilai dari segi uang. Mau nilai tinggi tergantung dari besar kecilnya uang yang diberikan. Anak-anak disuruh membeli buku, LKS atau modul yang terkadang buku-buku tersebut tidak lah disentuh oleh guru tersebut saat melakukan interaksi pembelajaran. Untuk anak yang nilai rendah, biasanya disekolah selalu di adakan remedial untuk memperbaiki nilai-nilai siswa didik agar bisa sesuai dengan standar nilai yang diberikan oleg guru mata pelajaran. Guru sering meminta sesuatu hal yang tidak masuk akal untuk bisa mendongkrak nilai siswa yang rendah tersebut, misalkan si anak diwajibkan untuk bisa membeli buku mata pelajaran dengan penerbit yang telah ditentukan atau siswa diwajibkan untuk mengikutiles privat pada guru yang bersangkutan. Sebagai seorang guru, seharusnya tahu apa yang di inginkan dan apa yang ada pada anak didiknya. Tidak semua orang tua anak didik memiliki keuangan yang memadai. Banyak orangtua yang menyekolahkan anak-anaknya dengan membanting tulang siang malam tanpa mengenal waktu hanya untuk mewujudkan cita-cita agar merubah nasib anaknya menjadi lebih baik dari apa yang orangtua nya rasakan. Terkadang banyak orangtua yang mengharapkan bantuan atau bea siswa dari sekolah-sekolah. Memberikan les bimbingan terkadang juga hanya akal-akal an si guru saja untuk menambah pengetahuan,padahal tujuan utamanya adalah untuk bisa mengumpulkan dan menambah penghasilan guru tersebut di luar gajinya. Anak-anak pasti lah merasa harus ikut les tambahan tersebut, karena biasanya guru sering memberikan nilai tembak alias nilai tinggi bagi anak yang ikut les tambahan padanya dan nilai standar rata untuk anak yang tidak mengikuti les tambahan tersebut. Jika ini adalah gambaran bagi para guru-guru yang ada, alangkah rendahnya moral dan derajad seorang guru. Padahal guru adalah panutan bagi siswa disekolah, oarngtua yang mendidik dan memperhatikan siswa dikala disekolah.
Jadi lah guru yang dinamis, bersikap sungguh-sungguh dan curahkan minat anda sepenuhnya dalam apa yang anda ajarkan itu. Rangsanglah anak didik anda , buatlah bahan yang diajarkan itu sesuatu yang mereka rasakan, mereka membutuhkannya. Bangkitkan semangat sesama para pendidik yang bertugas sebagai pengajar. Dorong mereka berusaha sekuat mereka bisa.  Dekatilah anak didik anda dengan kepribadian anda, dan bukannya sekedar berdasarkan kewibawaan anda sebagai pengajar.
Pergunakanlah setiap segi pribadi anda yang dinamis untuk membangkitkan minat, rasa keterlibatan, dan kasih sayang terhadap mereka. Rangsanglah mereka dengan mengajarkan sesuatu yang baru atau berbeda dengan apa yang mereka ketahui. Peliharalah mereka dari suasana kebosanan dengan jalan menciptakan segala macam variasi. Pakailah pribadi anda yang baru, teknik dan metode yang baru, alat yang baru. Anda dapat mengajarkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang baru, bukan hanya memaksakan sesuatu pada anak didiknya.

13. Guru Ngajar Modal Marah- Marah








Menurut istilah, marah adalah perubahan internal atau emosional yang menimbulkan penyerangan dan penyiksaan guna mengobati apa yang ada di dalam hati. Peubahan yang keras di sebut “ al Ghaizh” sebagai kemarahan yang hebat. Marah merupakan kekuatan setan yang disimpa oleh Allah swt didalam diri manusia. Al Ghszali (Najar,2001 ) mengatakan adanya marah didalam didirinya manusia untuk menjaga dari kerusakan dan untuk menolak kehancuran. Dalam pandangan ilmu psokologi manusia adalah makhluk yang mempunyai emosi. Emosi adalah keadaan jiwa yang menampakan diri dengan sesuatu perubahan yang jelas pada tubuh (the state of mind that manifest it self by a perceptible change in the body). Psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dalam lingkungannya. Emosi manusia dapat dibedakan dalam dua macam: pertama emosi yang halus, misalnya kasih sayang, kedua emosi yang kasar seperti marah , ini akan menghambat dalam mencapai kesuksesan.
Psikologi pendidikan mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan. Pendidikan memang tidak bisa lepas dari psikologi, sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangat lah besar. Kegiatan pendidikan khususnya pada pendidikan formal seperti pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, proses evaluasi dan layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa lepas dari psikologi
Kerja guru adalah profesional yang sangat mulia. Para guru hendaknya menyadari profesion yang mulia ini. Guru harus dapat memahami peranan dan fungsi guru di sekolah. Guru sekarang bukan hanya guru yang mampu memindahkan ilmunya dengan baik, tetapi juga mampu ditiru untuk memberikan contoh tauladan yang tidak hanya terbatas ucapan tapi juga tindakan. Kerja  guru adalah profesional  yang bukan hanya mulia dimata manusia, tetapi juga di mata Illahi. Karena itu guru harus dapat mengajar dan mendidik dengan hatinya agar dapat menjadi mulia. Hati yang bersih dan suci akan terpancar dari wajahnya yang selalu ceria, senang, dan selalu menerapkan 5S dalam kerja hariannya ( Salam, Sapa, Sopan, Senyum, dan Sabar).
Kemarahan atau tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan oleh seorang guru tanpa menyakiti orang lain akan memberikan kegelapan pada siswa dan akan menimbulkan masalah, frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagalnya mencapai tujuan yang tidak relistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Agrasif adalah prilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. Ngamuk juga merupakan perasaan marah dan permusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol. Efektifitas komunikasi guru dengan peserta didik merupakan keharusan, agar berkomunikasi kepada siswa-siswa dalam bahasa yang mudah dicerna, dimengerti, dan terhadap orang dewasa jangan berkomunikasi seperti komunikasi terhadap anak-anak[23]. Pebelajar harus pandai berkomunikasi secara verbal dengan berbicara yang cermat dan dimengerti, dituntut pula untuk pandai menggunakan komunikasi non verbal. Sulit dibayangkan bagaimana kita bisa berkomunikasi dalam cara yang benar-benar manusiawi
Adapun proses respons terhadap kemarahan dapat diungkap melalui tiga cara, yang pertama mengungkap secara perbal, kedua, menekan, ketiga, menentang. Sistem syaraf otonam bereaksi terhadap sekresi epinerpin sehingga tekanan darah meningkat, takidarki ( frekuensi denyut jantung meningkat ) wajah memerah, pupil membengkak, frekuensi pembuangan urin meningkat. Sering kali guru merasa tidak berdaya, putus asa, frustasi, ngamuk, ingin berkelahi, dendam, bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan menuntut. Keyakinan, nilai dan moral mempengaruhi terhadap ungkapan lingkungan dengan tidak mempedulikan moral. Kelelahan yang berlebihan, permasalahan yang menumpuk pada seorang guru, menilai dirinya rendah dari yang sebenarnya.atau menilai dirinya melebihi dari yang sebenarnya. Pada saat marah akal seorang guru seolah-olah tertutup dan terhalang, maka manusia menjadi tidak mampu untuk mengendalikan diri. Padahal guru memiliki pengetahuan dan wawasan luas, mengetahui apa yang seharusnya dia lakukan untuk menghindari rasa marah.
Orang marah suka melakukan apa yang tidak diketahui dan tidak didasarinya. Nabi Muhammad saw melarang pelaksanaan setiap perkara yang menjerumuskan kedalam alasan yang hina, sabda beliau, “ Jauhkanlah dirimu dari setiap perkara yan menuntut pemberian alasan”. Amarah akan menimbulkan banyak kesalahan serta membawa seseorang terjerumus kedakam berbagai kemaksiatan dan keburukan, maka ia akan mendapatkan azab yang berat baik di dunia maupun di akhirat.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa seorang guru harus mempunyai sebuah jiwa yang  “harusnya” cukup berbeda dengan karakteristik yang lainnya. Guru teladan merupakan sosok seorang guru yang memang benar-benar seorang guru. Guru disini maksudnya adalah semua sifat yang dimiliki oleh guru tersebut memang bisa diteladani oleh semua unsur yang ada disekolah. Hal tersebut karena sifat dari guru yang bersangkutan memang bisa dijadikan contoh dan teladan bagi setiap orang, baik itu akhlak maupun budi pekertinya.
Jadilah guru yang dinamis, pakailah alat yang termasyur saat ini, sesuaikan metode anda dengan kebutuhan dan lingkungan sosial orang-orang disekitar anda (masyarakat dan anak didik) yang anda ajar. Alih-pindahkan gagasan bagus kepada mereka, yang dapat anda timba dari pengetahuan dan pengalaman anda. 
Hendaklah anda bersikap luwes. Kalau cara lama tidak mempan lagi, rubahlah dan ganti dengan cara yang lain. Tinjaulah kembali kemungkinan itu. Bertindaklah cekatan dalam menyesuaikan keadaan. Sebab tidak ada sesuatu halpun yang tetap sama keadaannya, termasuk juga rencana pelajaran, lay out ruang kelas dan lain-lain. Doronglah anak didik anda untuk merasa senang dalam menggunakan pikiran mereka secara aktif dan kreatif, lalu bantulah mereka untuk memecahkan masalah secara memuaskan sebagai akibat dari tindakan melaksanakan jalan pikiran mereka itu.
Gunakanlah daya cipta itu didalam diri anda sendiri dan rangsanglah dari diri orang lain. Bangkitkan rasa ingin tahu anak didik anda, hidupkan daya ekspresi, buka jalan pikiran mereka, libatkan mereka dengan ide-ide kreatif anda bisa menelorkan hasil kreatif peserta didik anda. Anda sendiri harus menjadi seorang pendidik kreatif, maka anda akan dapat memupuk pelajar yang kreatif pula.
Mengajar yang dinamis membutuhkan daya eksperimen, serba giat dan kemampuan menyesuaikan diri dengan teori keilmuan dan metode yang berkembang, selain itu pula dapat ditunjang dengan senantiasa berpikir positif dan mengasah pisau kreatifitas anda serta jadikan pula pikir anda motor untuk berjalan terus maju ke arah perubahan yang dinamis. Camkanlah bahwa Segala sesuatu yang dikerjakannya tak perlu selalu di awali dan di akhiri dengan amarah, Segala yang dikerjakan tak perlu langsung harus berhasil,Segala yang diperbuatnya tak perlu mesti sempurna.

14. Guru Tidak tau Kebersihan





Seringkali kita mendengar slogan-slogan di berbagai tempat terutama di sekolah, yang isinya mengajak kita untuk menjaga kebersihan lingkungan. Akan tetapi slogan tadi tidak kita pedulikan, slogan tadi fungsinya hanya seperti hiasan belaka tanpa ada isinya, padahal isi dari sebuah slogan sangat penting bagi kita. Banyak slogan yang mengajak kita untuk menjaga kebersihan, tapi apa kenyataannya? Siswa masih membuang sampah sembarangan, selain ini siswa juga merobek-robek kertas dalam kelas dan bila memakan jajan di tempat A bungkusnya dibuangnya juga di tempat A, padahal di tempat-tempat tersebut telah disediakan tempat sampah. Masih seputaran mengenai sampah, selain siswa dilingkungan sekolah, seorang guru pun mampu untuk memberikan contoh yang tidak baik pada siswa nya. Banyak para guru yang cenderung hidup keaarah kotor alias jorok, contoh nyata sering guru membuang sampah bukan pada tempatnya.
Dari contoh sederhana, misalkan seseorang terbiasa membuang sampah sembarangan, maka hal itu akan menjadi kebiasaan (habit). Pada saat makan permen, bungkus permen tersebut dibuang begitu saja. Bisa jadi tidak jauh dari orang tersebut membuang bungkus permen terdapat tempat sampah, tapi lebih memilih praktisnya saja, “Dibuang disini saja lah, toh juga banyak yang begitu”. Yah, simple memang sih, tapi bayangkan saja kalau di tempat yang sama ada 10 orang saja yang mempunyai perilaku serupa, di tempat tersebut tercecer bungkus-bungkus permen yang pastinya merusak pemandangan. Itu baru bungkus permen, belum lagi botol minuman mineral, dan sampah-sampah lain yang sering kita temui di jalan.
Kebersihan sebagian dari iman, jika guru memiliki iman dan kepercayaan pasti lah dia tahu dan mengerti arti dari kebersihan. Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Louis Pasteur menemukan proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia berbahaya.
Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higiene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi, menyikat gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih. Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain[24]. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang[25].
Kebersihan lingkungan merupakan keadaan bebas dari kotoran, termasuk di dalamnya, debu, sampah, dan bau. Di Indonesia, masalah kebersihan lingkungan selalu menjadi perdebatan dan masalah yang berkembang. Kasus-kasus yang menyangkut masalah kebersihan lingkungan setiap tahunnya terus meningkat.
Problem tentang kebersihan lingkungan yang tidak kondusif dikarenakan guru selalu tidak sadar akah hal kebersihan lingkungan. Tempat pembuangan kotoran tidak dipergunakan dan dirawat dengan baik. Akibatnya masalah diare, penyakit kulit, penyakit usus, penyakit pernafasan dan penyakit lain yang disebabkan air dan udara sering menyerang golongan keluarga ekonomi lemah.
Berikut Tips dan trik menjaga kebersihan lingkungan untuk sang guru:
  1. Dimulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada anak didik bagaimana menjaga kebersihan lingkungan.
  2. Selalu Libatkan tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk memberikan pengarahan kepada siswa akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
  3. Sertkan para siswa untuk ikut aktif menjaga kebersihan lingkungan.
  4. Perbanyak tempat sampah di sekitar lingkungan anda
  5. Sosialisakan kepada guru-guru untuk terbiasa memilah sampah rumah tangga menjadi sampah organik dan non organik.
  6. Pelajari teknologi pembuatan kompos dari sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali untuk pupuk
  7. Kreatif, Dengan membuat souvenir atau kerajinan tangan dengan memanfaatkan sampah.
  8. Atur  jadwal untuk kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan.

Seorang guru sering menganggap remeh hal-hal kecil yang dilakukannya, tapi apabila itu dilakukan terus-menerus, maka akan menjadi kebiasaan. Kalau hal yang menjadi kebiasaan tersebut adalah hal yang baik no problem, kalau merupakan hal yang buruk? Terlebih lagi hal yang sudah menjadi kebiasaan, akan sulit untuk diubah, tetapi bukan berarti tidak mungkin untuk mengubahnya.
Kembali ke masalah kebiasaan, contoh yang lain yaitu meludah sembarangan. efeknya luar biasa. Banyak penyakit yang menular melalui ludah, salah satunya TBC. Misalkan seorang guru membuang ludah sembarangan (seandainya orang tersebut menderita penyakit yang dapat menular melalui ludah), ketika ludah yang guru buang tadi mengering, kemudian basil penyakit tersebut diterbangkan oleh angin dan terhirup oleh orang lain, maka orang tersebut dapat tertular penyakit yang bersangkutan. Selain itu, terlalu sering membuang ludah akan membuat seseorang kehilangan alat pertahanan tubuh. Jadi, kenapa orang-orang malah hobi meludah sembarangan? Padahal, selain tak sedap dipandang, kebiasaan tersebut merugikan.
Lepas dari masalah kesehatan, meludah di sembarang tempat jadi salah satu tanda masyarakat tak beradab. Tapi, siapa yang peduli? Berbeda sekali dengan Singapura yang menghadiahi orang yang meludah di sembarang tempat dengan denda. Penduduk Siangapura sadar betul kalau meludah itu menjijikkan dan dapat menularkan penyakit. Sikap sadar diri itu sepertinya juga harus ditanamkan ke masyarakat kita. So, kembali lagi,  faktor kebiasaan, tapi mempunyai efek luar biasa. Bagaimana kalau kita memulainya dari diri sendiri?
Mendidik itu tidak mudah. Mendidik memerlukan banyak strategi karena anak didik berasal dari keluarga yang heterogen. Janganlah guru disumpah serapah jika melakukan sesuatu yang memang diperlukan. Dan langkah itu adalah tindakan keras alias disiplin. Dalam proses pembelajaran sikap tanggung jawab dalam diri seseorang perlu ditekankan. Dalam budaya lingkungan sekolah harus selalu menekankan kepada anak-anak bahwa mereka harus membuang sampah sesuai dengan tempatnya,



15. Guru yang Suka Memukul

Miris. Satu kata yang spontan membuat saya tersentak, terhenyak, dan manajamkan pandangan tak percaya. Barangkali pembaca menanggapi gambar peristiwa di atas sebagai sesuatu yang tak pantas dieksplore, silahkan. Namun, bagi saya sebuah kemirisan yang jelas tercermin dari satu slide penangkapan panca indera itu bukanlah kesiaan belaka. Inilah salah satu potret karakter bangsa kita yang selayaknya disudahi. Terlebih, jika pelakunya adalah para praktisi dan akademisi di bidang pendidikan. Panutan dan suri tauladan generasi penerus bangsa, cerminan didikan mereka sangat berpengaruh terhadap masa depan dan kehormatan negara kita tercinta ini. Karena dari tangan-tangan merekalah awal mula kemajuan peradaban bangsa bisa seperti sekarang.
 Pernah dikagetkan dengan sikap-sikap kasar dan jorok yang meluncur begitu saja dari sang guru? Padahal kita merasa di sekolah merupakan tempat mendidik. Apa yang mesti dilakukan oleh kita selaku orang tua untuk menghadapi hal semacam ini? Ada banyak alasan mengapa guru kita bersikap kasar. Faktor yang mempengaruhi guru bersikap kasar, yang paling umum adalah kesal terhadap anak didiknya yang tidak mau patuh pada aturan si guru. Selain itu ada juga faktor lainnya, yaitu adanya perasaan guru yang ingin menjadi superior, dalam arti biar siswa merasa takut dan segan pada si guru. Pendapat lain menyatakan bahwa beberapa guru bersikap kasar ternyata untuk meredakan ketegangannya sendiri serta dilandasi rasa ingin tahu dari lingkungannya. Perilaku negatif ini jangan sampai dibiarkan berlarut-larut karena lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam mengatasi masalah ini adalah mencari tahu penyebab atau faktor-faktor yang mempengaruhi  si guru bersikap kasar.  
Miskinnya interaksi antara guru dengan anak didik telah membuat mereka tidak mengidolakan gurunya, malah cukup banyak anak didik yang juga tidak mengenal nama guru-guru mereka dan mereka hanya menyebut, “oh itu ibu sejarah, itu bapak olah raga, itu itu ibu PKN, dan itu bapak matematika.” Akhirnya, siswa disalahkan sebagai generasi yang kurang santun karena tidak pandai menghargai dan bertegur sapa karena nama gurunya saja tidak kenal, padahal situasi ini tercipta karena gaya hidup guru itu sendiri. Karakter fundamental (mendasar) yang menyebabkan terjadinya pembodohan pada anak didik adalah karena kebisaaan atau kesenangan guru untuk menerapkan metode mengajar tradisionil atau konvensional.
Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang. Istilah “kekerasan” juga mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak. Kerusakan harta benda biasanya dianggap masalah kecil dibandingkan dengan kekerasan terhadap orang.
Perilaku sosial guru yang lazim terjadi di sekolah , walaupun tentu saja tidak semua guru yang demikian, adalah duduk berkelompok di seputar sekolah, berbagi gossip, mengepulkan asap rokok bagi guru perokok, masuk kelas diperlambat saat lonceng berdering, masuk kelas dengan lesu karena membayangkan wajah siswa yang pemalas, marah-marah, memberi segudang nasehat, mendiktekan pelajaran sebagai strategi CBSA (catat buku sampai habis), berceramah, atau menyuruh siswa menjadi mesin fotokopi- mencatat dan meringkas isi buku sampai pegal tangan siswa, dan mungkin keluar kelas agak cepat. Tentu saja masih ada banyak guru yang melaksanakan tugas sebagai guru yang profesional.
Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber daya insani. Kebesaran suatu bangsa seringkali diukur dari sejauhmana masyarakatnya mengenyam pendidikan. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh suatu masyarakat, maka semakin majulah bangsa tersebut. Kualitas pendidikan tidak saja dilihat dari kemegahan fasilitas pendidikan yang dimiliki, tetapi sejauhmana output (lulusan) yang dihasilkan oleh suatu lembaga pendidikan dapat memenuhi harapan, baik itu harapan peserta didik, harapan orang tua, harapan masyarakat, maupun harapan bangsa.
Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuan dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku peserta didik. Sebagai upaya yang bukan saja membuahkan manfaat yang besar, pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sering dirasakan belum memenuhi harapan. Hal ini dirasakan banyak lulusan pendidikan formal yang belum dapat memenuhi kriteria tuntutan lapangan kerja yang tersedia, apalagi menciptakan lapangan kerja baru sebagai presentase penguasaan ilmu yang diperolehnya dari lembaga pendidikan. Kondisi ini merupakan gambaran rendahnya kualitas pendidikan kita.
Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa. Menyadari akan hal ini, pemerintah melakukan perubahan dan penyempurnaan pengelolaan pendidikan yang salah satunya dikenal dengan istilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Guru Gableg – Merupakan guru yang paling parah. Tipe ini jelas masuk kedalam kategori yang kedua, tetapi beberapa sifat guru tersebut malah sangat jauh melenceng dari sifat seorang guru. Sebagai contoh guru mengajarkan kesiswa agar menjauhi kekerasan, tetapi diluar sekolah, guru tersebut malah suka berantem, guru mengajarkan agar siswanya rajin sholat, tetapi gurunya sendiri tidak pernah sholat.
Guru baik itu biasa, guru jahat itu terlaknat. Guru jujur itu harus, guru malas harus diberantas. Begitulah ungkapan-ungkapan sadis yang sering terdengar. Guru dianggap sebagai makhluk bak malaikat yang mesti baik dan tidak boleh nakal. Jika berperilaku sedikit galak alias tegas, sontak caci maki dan umpatan diterima. Dan guru lagi-lagi mesti menanggung malu jika ia diberi hukuman masyarakat dan atau atasannya.
Mendidik itu tidak mudah. Mendidik memerlukan banyak strategi karena anak didik berasal dari keluarga yang heterogen. Janganlah guru disumpah serapah jika melakukan sesuatu yang memang diperlukan. Dan langkah itu adalah tindakan keras alias disiplin.
Ketika guru dihadapi situasi pendidik, guru dituntut untuk menyelesaikan beragam pekerjaan. Sebagai pendidik, jiwanya terpanggil untuk mengatasi problema yang dihadapinya. Jika masalah itu bisa diselesaikan secara baik-baik, guru pun bersikap bijak. Anak didiknya langsung dibina. Namun, guru terpaksa menggunakan cara keras jika anak didiknya memang sulit diatur.  Mendidik anak memerlukan strategi: dipaksa, terpaksa, terbiasa, dan terbudaya. Anak-anak memang perlu dipaksa untuk menaati peraturan dan atau tata tertib. Guru adalah teladan bagi murid-muridnya, guru adalah inspirasi bagi murid baik dari hal yang kecil hingga hal yang besar. Salah satu dari peran guru disekolah adalah memotivasi dan memberikan inspirasi bagi muridnya serta memberikan contoh yang baik dan selalu menanamkan hidup jujur, jadi hendaknya pemaksaan itu tidak diartikan sebagai tindakan kekerasan kepada anak. Ibarat orang sakit, obat memang terasa pahit. Namun, obat itu justru akan memberikan kesembuhan.
16. Guru Mengobrol Jam Ngajar




Nggak konsentrasi Mengajar di kelas menjadi factor penyebab utama guru tidak nyambung dan semangat dalam menyampaikan materi. So, akhirnya membuat guru sering mencari kesibukan lain supaya nggak bete, misalnya dengan ngobrol bareng guru yang lain.
Ngobrol atau kata lain dari berbincang-bincang alias cakap-cakap, terkadang merupakan sesuatu yang menyenangkan. Apalagi bila topik yang dibicarakan itu sesuatu yang menarik. Namun tentu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisinya, tidak harus di kelas saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.
Perbuatan tidak baik sering dilalukan seorang guru, salah satunya mengobrol di dalam kelas atau di luar kelas pada saat jam mengajar  Memang, banyak topik menarik yang bisa diobrolin di kelas, umumnya seperti dunia olahraga seperti sepakbola atau basket. Bisa juga seputar fashion, otomotif  atau malah tentang asmara. Namun bukan tempatnya ngomongin hal itu di kelas saat tugas guru mengajar atau dosen menyampaikan materi pelajaran. Tetapi fenomena itulah yang kerap kali terjadi di ruang kelas atau di luar kelas jam pelajaran. Biasanya seorang guru mengobrol bila sedang malas atau tidak ada pelajaran yang siap di sampaikan untuk hari itu, bahkan ketika sekolah lagi lengah, contohnya Kepala Sekolah sedang ke luar sekolah karena ada urusan kantor. Kesempatan itu dimanfaatkan sebaik menungkin untuk memperbincangkan sesuatu dengan guru yang lain..
Bagaimana dengan guru-guru yang mengajar seenaknya sendiri. Datang ke sekolah terlambat. Tidak segera masuk kelas malah ngobrol di kantor?. Bagaimana guru yang mengajar dengan bahasa yang mengancam, menghina serta melaknat?. Bagimana dengan guru yang mengajar dengan loyo dan tidak bersemangat, sekedar memberi soal dan ditinggal tidur?. Bagaimana dengan guru-guru yang asik merokok di lingkungan sekolah, atau bahkan yang merokok di depan kelas saat mengajar?. Di lain sisi kita menghimbau anak-anak hidup teratur, hidup sehat namun di sisi lain kita malah menampilkan kenikmatan merokok di depan hidung mereka. Kita menghimbau mereka ramah dan sopan, tetapi sikap dan tingkah laku kita mengancam..
Sebagai guru yang baik, yang merupakan pembimbing anak didiknya, seharusnya bias memberikan motivasi dan inspirasi bagi siswa-siswanya. Mengajar adalah tugas guru, oleh sebab itu guru harus bias memberikan sesuatu yang terbaik dan menciptakan suasana kelas yang harmonis agar siswa merasa nyaman. Pengelolaan kelas berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran.  Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas. Tolak ukur keberhasilan seorang guru dapat ditentukan berdasarkan sikap dan perilaku anak-anak didiknya.  Sebagai pendidik, seorang guru akan merasa berhasil apabila anak-nak didiknya mau bekerjasama dalam proses belajar mengajar.  Makna kerjasama adalah bersama-sama melakukan tugas dalam rangka proses pembelajaran.  Tetapi adakalanya sikap dan perilaku anak-anak didik menyebabkan seorang guru tidak tahan dan ingin cepat-cepat menyelesaikan sesi pembelajarannya.  Guna berbagai metode sehingga pembelajaran bias berjalan aktif dan menyenangkan. Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.
Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok babasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode ceramah, kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab. Di sini bukan hanya guru yang aktif berbicara, melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi. Seorang guru yang pandai berpidato dengan segala humor dan variasinya, mungkin tidak mengalami kesulitan dalam berbicara, ia dapat memukau siswa dan awal sampai akhir pengajaran. Akan tetapi bagi seorang guru bicara, uraiannya akan terasa kering, untuk itu ia dapat mengatasi dengan uraian sedikit saja, diselingi tanya jawab, pemberian tugas, kerja kelompok atau diskusi sehingga kelemahan dalam berbicara dapat ditutup dengan metoda lain.
Bosan dengan metode ceramah, yang cenderung guru selalu mengoceh dan aktif dalam kelas, banyak metode lain nya yang bisa digunakan sehingga guru tidak merasa bosan dalam kelas dan anak pun akan merasa nyaman.  Contoh metode diskusi, Metode diskusi adalah cara penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Dalam kehidupan modern ini banyak sekali masalah yang dihadapi oleh manusia; sedemikian kompleksnya masalah tersebut, sehingga tak mungkin hanya dipecahkan dengan satu jawaban saja, melainkan harus menggunakan segala pengetahuan yang kita miliki untuk mencari pemecahan yang terbaik. Ada kemungkinan terdapat lebih dari satu jawaban yang benar sehingga kita harus menemukan jawaban yang paling tepat diantara sekian banyak jawaban tersebut. Kecakapan untuk rnemecahkan masalah tersebut dapat dipelajari. Untuk itu siswa harus dilatih sejak kecil. Persoalan yang kompleks sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar kerjasama. Dalarn hal ini diskusi merupakan jalan yang banyak membeni kemungkinan pemecahan terbaik. Selain membeni kesempatan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, juga dalam kehidupan yang demokratis, kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari keputusan keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak, latihan untuk peranan kepemimpinan serta peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat.
Namun disadari atau tidak, hobi mengobrol di kelas atau di luar kelas jam mengajar itu bisa merugikan Anda dan siswa lainnya. Siswa yang serius mengikuti pelajaran bisa terganggu konsentrasinya gara-gara kebiasaan mengobrol si guru. Meski berusaha tetap fokus pada pelajaran, bukan berarti siswa anda akan nyaman dengan obrolan kita. Intinya, ngobrol di kelas itu memang asyik saat kita sedang bete dengan pelajaran. Namun keasyikan itu tidak sebanding dengan dampak negatif yang harus kita terima. Selain bisa nggak nyambung dengan pelajaran, juga mengganggu privasi siswa yang sedang kosentrasi buat belajar. Jadi, lebih baik hindari ngobrol di kelas saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Bukan begitu?
17. Guru yang Suka Tidur




Guru pada gambar di atas menghabiskan sebagain besar waktunya dengan tidur. Empat sampai lima kursi dengan tekun ia susun berjejer memanjang. Mengantuk, di mata saya, adalah fenomena yang sama-sama menarik. Tanpa bermaksud membenarkan atau menyalahkan, hal itu bisa dilihat dalam persepsi dan makna berbeda. Bagi saya situasi itu menggambarkan tentang bagaimana ketidakmauan seseorang terlibat atau berpartisipasi secara penuh dalam suatu kegiatan atau hal tertentu.
Beberapa buku sekolah ia tumpuk di kursi yang berada di baris paling depan, untuk nantinya ia gunakan sebagai bantal. Dan singgasana ini akan segera mengantarnya ke alam mimpi pada waktu jam mengajar atau istirahat, bahkan lebih seringnya ketika ia sedang tidak ada jam mengajar. Nanti, begitu jam mengajarnya selesai, ia bangun, merapikan baju dan dengan segera membawa buku untuk kemudian masuk ke kantor. Begitu jam mengajar habis, maka kembalilah ia ke ruang guru dan segera menuju tempat tidurnya yang unik. Berulang-ulang rutinitas ini di lakukan oleh sang guru bahkan tiap harinya. Sehingga seluruh kepala sekolah, guru, bahkan murid-murid hafal dengan kebiasaan ini.
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 1997). Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Kebutuhan tidur dan istirahat yang sesuai sama pentingnya dengan kebutuhan nutrisi dan olahraga yang cukup bagi kesehatan. Menurut Hodgson (1991) dalam Potter & Perry (2005), kegunaan tidur masih belum jelas, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan.
Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin, tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel khusus seperti sel otak. Sintesa protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsung tulang, mukosa lambung terjadi juga selama tidur dan istirahat Oswold (1984) dalam Potter & Perry (2005) kegunaan tidur yang lain adalah selama tidur tubuh akan menyimpan energi. Ketika tidur terjadi perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin, sehingga membantu penyimpanan memori dan pembelajaran maka tidur REM penting untuk pemulihan kognitif. Tanpa kebutuhan tidur dan istirahat yang cukup, konsentrasi dan pengambilan keputusan akan menurun. (Potter & Perry, 2005). Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal Robinson (1993), dalam Potter & Perry (2005).
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun (Alimul, 2006).
Didalam proses pembelajaran, terkadang kita menjumpai beberapa hambatan yang dirasa cukup mengganggu. Hambatan-hambatan tersebut secara umum dapat dibedakan menjadi tiga yaitu yang datang dari kita sebagai siswa, yang datang dari guru, dan yang datang dari lingkungan sekitar. Hambatan yang datang dari siswa biasanya disebabkan oleh kesalahan siswa itu sendiri sehingga ia tidak bisa untuk menerima pelajaran dengan baik. Hambatan yang ke dua ialah yang datangnya dari guru. Hambatan ini biasanya terjadi karena guru menganggap dirinya sebagai sumber ilmu sehingga terkadang mereka memandang siswa sebelah mata (meremehkan kemampuan siswa). Hal ini sangat berpengaruh terhadap cara atau sikap ia mengajar di kelas, contohnya ada guru yang sering tidur saat jam mengajar. Aspek ketiga yang turut menghambat pross pembelajaran ialah lingkungan. Baik disadari maupun tidak, lingkungan dapat mempengaruhi kelancaran suatu proses pembelajaran. Lingkungan yang kondusif dapat membantu kelancaran proses belajar, dan begitu pula sebaliknya.
Semakin menjamurnya pendidikan yang ada di penjuru negeri ini ternyata tidak semuanya berdampak terhadap kualitas manusia seutuhnya. Kalau dilihat dari segi kemampuan akademik terjadi kenaikan dan perbaikan kualitas. Tapi jika ditinjau dari segi ahlaq ternyata banyak terjadi kemerosotan yang signifikan. Banyak faktor sebenarnya yang mempengaruhi kenapa terjadi penuruan kualitas kecerdasan emosional (ahlaq). Namun menurut saya faktor yang paling utama adalah kualitas guru yang paling akurat dalam mewarnai dunia pendidikan.
Saya tidak bisa membayangkan seperti apakah wajah murid yang nantinya akan ia bimbing. Saya pun berdoa bahwa suatu hari guru yang memiliki sifat penidur ini akan berubah. Mampukah guru penidur membimbing murid-muridnya untuk lulus atau naik kelas dengan nilai baik? Dan bisakah ia tidak tidur ketika mengajar? Harapan itu lah yang diberikan untuk guru yang hobi tidur.


18. guru yang Tidak Adil Dalam Menilai





Gaya berhubungan disini adalah gaya berhubungan pada cara guru berkomunikasi dan menjalin kerja sama dengan siswanya. Sebagai anak didik, tentunya Anda pernah merasakan bagaimana jadi anak emas Bapak/Ibu Guru kan? Atau merasakan bagaimana jadi bahan omelan? Semua itu pengalaman yang menarik dan banyak pelajaran yang dapat diambil dari sikap Bapak/Ibu Guru tersebut. Tahukah Anda, bahwa sikap yang seperi itu ialah cara mereka menjalin sebuah gaya berhubunga dengan siswanya. Siswa yang menjadi anak emas pasti akan merasakan pengalaman yang luar biasa menyenangkan dan membanggakan. Begitu pula sebaliknya.
Hubungan baik atau buruk antara siswa dan Guru akan menciptakan sebuah pengalaman yang selamanya menjadi kenangan dan cerita yang tak lekang dimakan zaman. Gaya berhubungan siswa dengan Guru bentuknya bermacam-macam. Masih ingat tulisan yang berjudul “Kriteria Guru Nyebelin di Mata Siswa”. Beberapa kriteria yang disebutkan dalam tulisan itu ialah buah dari gaya berhubungan Guru dan siswa yang. Kurang baik dan menyenangkan. Lalu, bagaimana dengan gaya berhubungan Guru dengan siswa yang menyenangkan.
Lihat beberapa contoh berikut ini.
1.    Guru yang tidak pernah membeda-bedakan siswa mana yang lebih unggul dan tidak akan memberikan kesan kepada siswa bahwa Guru tersebut berlaku adil. Ini salah satu gaya berhubungan Guru dengan siswanya supaya siswanya ketika belajar tidak merasa dikotak-kotakkan. Dengan begitu guru dengan gaya berhubungan semacam ini akan menjadi pengajar yang banyak mendapatkan perhatian dari siswa.
2.    Guru yang suka memberikan penghargaan setiap kali siswanya melakukan suatu hal yang baik dan menghasilkan prdikat memuaskan. Misalnya Guru yang memberikan permen atau minuman secara cuma-cuma kepada siswanya ketika semua siswa di kelas yang dia ajar tidak ada yang remidi. Gaya berhubungan semacan ini menjadikan Guru dan siswa saling menghargai. Guru menghargai jerih payah siswanya dengan memberikan hadiah karena hasil belajar yang memuaskan. Begitu pula sebaliknya siswa akan belajar giat setiap kali ada tes dengan pertimbangan hadiah kecil namun berarti dari Guru mereka menjadi penghargaan yanng luar biasa.
3.    Guru yang selalu menemani siswanya ketika ada pertandingan. Biasanya hal semacam ini dilakukan oleh wali kelas. Gaya berhubungan Guru dengan siswa yang satu ini dapat mempengaruhi siswa secara mental. Karena siswa yang berkompetisi merasa mendapatkan dukungan yang lebih. Sekalipun siswanya kalah dalam kompetisi tersebut, rasa kecewa yang dibawa tidak begitu membebani.
4.    Guru yang selalu memasukkan permainan disela-sela mengajar. Gaya berhubungan semacam ini akan membantu siswa mengatasi kejenuhan selama kegiatan belajar mengajar. Dengan begitu Guru akan lebih dapat mengontrol siswa, begitu pula dengan siswa, ketika mengetahui Guru yang berada dihadapan mereka sik dan menyenangkan mereka tidak akan sungkan untuk mengutarakan keinginan mereka ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Semua yang tersebut di atas merupakan gaya berhunbungan Guru dengan Siswa. Semua gaya tersebut belum punya nama yang mearik memang. Namun, tujuannya menciptakan situasi dan kondisi yang baik selama pembelajaran berlangsung. Sementara yang bisa dicantumkan adalah gaya nomor 1 sampai nomor 4, kalau ada yang mau nambahin ya tidak masalah, komentar saja hehehe…
Keterlibatan dan partisipasi seseorang yang rendah dalam suatu kegiatan tentunya dapa diakibatkan oleh beragam faktor, baik yang sifatnya internal maupun ekternal. Faktor internal terkait dengat minat atau motivasi seseorang terhadap kegiatan tersebut. Misalnya, sejauh mana seseorang memiliki ketertarikan atau kebutuhan atas kegiatan tersebut. Sebaliknya faktor eksternal ditentukan sejauh mana, misalnya, situasi yang ada mendukung pencapaian tujuan kegiatan. Sebagai misal apakah sarana dan waktu yang dipergunakan tepat atau tidak. Model kegiatanya relevan atau tidak, dan seterusnya. Sesungguhnya fenomena ini merupakan bentuk keterlibatan atau partisipasi yang rendah dalam pembelajaran (learning). Ia bisa muncul dalam rupa dan bentuk yang beragam.
Keterlibatan dan partisipasi anak (student engagement) di kelas juga telah menjadi perhatian cukup lama para peneliti. Rendahnya kualitas keterlibatan dan pengalaman anak didik dalam pembelajaran akan berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka. Ia menjadi bagian yang sangat penting dalam proses pencapaian prestasi belajar siswa
Seorang guru yang mengajar hanya menggunakan satu model pendekatan mengajar, misal ceramah saja, pada hakekatnya mengabaikan bahwa setiap anak didik sesungguhnya adalah unik. Sekelompok anak didik mudah belajar dengan mendengar (auditif), kelompok lain dengan gambar (visual), lainnya mungkin dengan cara kinestetik. Atau juga, seperti dikatakan Gardner, kecerdasan anak sejatinya multi ragam mulai dari yang menonjol aspek logika-matematikanya, bahasa dan linguistiknya, atau kemampuanya berurusan dengan nada atau musik, interpesonal dan intrapersonalnya, dan beragam kemampuan lain.
Aktifitas dan perilaku anak didik yang teramati misalnya, sejauh mana mereka mengangkat tangan mau bertanya atau bahkan mendebat pandangan rekan atau guru, menanyakan persoalan, mengikuti instruksi guru, “dekat” dengan guru, aktif mendengar dan memperhatikan, mudah kerjasama dalam kelompok atau tidak, atau justru lebih sering jadi “penggangu” kelompok. Semakin tinggi atau besar perilaku atau aktifitas itu teramati di dalam kelas, semakin mengindikasikan semakin kondusif dan positif suasana di kelas itu. Dengan demikian juga akan semakin meningkatkan kualitas partisipasi individu atau kelompok di dalam pembelajaran.



19. Guru Tidak Berpengalaman





Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian. Sebab orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus mengusai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.
Harus disadari bahwa antara guru dan dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, pendidikan akan hidup ketika guru mampu menciptakan suasana belajar(learning situation) yang humanis dan demokratis dengan orientasi visi yang jelas. Guru pun akan memberikan performa yang baik dan akan menjalankan proses instruksional yang optimal ketika eksistensinya betul-betul ‘dihargai’ dalam institusi pendidikan. Sebab,bagaimana pun guru merupakan salah satu pilar utama keberhasilan dunia pendidikan yang bakal melahirkan out put yang berkualitas, bahkan guru pula-lah yang dapat menentukan maju dan hancurnya sebuah Negara.
Di banyak tempat, saya sering menjumpai kebiasaan buruk guru yang lain, yaitu kemalasan membaca. Heran dan teramat mengherankan, seorang guru kok bisa malas membaca. Jelas ilmu pengetahuan itu berkembang pesat seiring dengan ketersediaan fasilitas internet. Seharusnya guru selalu meng-up date keilmuannya seraya gemar membaca: buku, media, dan internet. Jika gurunya gemar membaca, tentunya kegemaran itu akan diikuti oleh anak didiknya. Tanpa disuruh pun, anak didik itu akan mengikuti pendidikan melalui kebiasaan gurunya. Namun, jelas itu berbahaya jika anak didik justru meniru kebiasaan buruk sang oknum guru.
Tak henti-hentinya saya mengajak rekan-rekan guru untuk berubah menjadi lebih baik. Di banyak tempat, saya suka menunjukkan beberapa contoh nyata dari karyaku. Saya jelas bertujuan untuk memotivasi rekan-rekan guru. Namun, saya belum mendapatkan kabar gembira dari rekan-rekan guru. Entahlah, mereka memang tidak mau berubah atau malu bertanya untuk berubah. Jika oknum guru berperilaku begitu, saya tak yakin bahwa kualitas pendidikan bangsa kita akan meningkat. Mudah-mudahan dugaanku meleset.
Masih banyak guru yang malas membaca. Padahal dari membaca itulah membuka wawasan yang luas dari para guru. Kesibukan-kesibukan mengajar membuat guru merasa kurang sekali masa untuk membaca. Bukan hanya di sekolah, di rumah pun guru malas membaca. Guru harus dapat melawan kebiasaan malas membaca. Ingatlah dengan membaca kita dapat membuka jendela dunia.
Pengalaman mengatakan siapa yang rajin membaca, maka ia akan kaya dengan ilmu, namun bila kita malas membaca, maka kemiskinan ilmu akan terasa. Guru yang rajin membaca, otaknya seperti ibarat mesin pencari google di internet. Bila ada pelajar yang bertanya, minda otaknya langsung bekerja mencari dan menjawab pertanyaan para pelajar nya dengan cepat dan benar. Sudah terbiasa  bila guru malas membaca, maka akan malas pula untuk menulis. Menulis dan membaca tidak dapat dipisahkan. Guru yang terbiasa membaca, maka ia akan terbiasa menulis. Dari membaca itulah guru mampu membuat kesimpulan dari apa yang dibacanya, kemudian kesimpulan itu ia tuliskan kembali dalam gaya bahasanya sendiri. Menulis itu ibarat pisau yang harus selalu diasah. Guru yang rajin menulis, maka ia mempunyai kekuatan tulisan yang sangat tajam, seperti sebilah pisau. Tulisannya sangat menyentuh hati, dan bermakna.
Agar pembelajaran berjalan aktif, perlu di adakan suatu metode. Ada banyak metode yang ada bisa menginspirasi cara menyusun suatu strategi belajar sehingga berjalan dengan asyik dan menyenangkan. Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok babasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode ceramah, kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab. Di sini bukan hanya guru yang aktif berbicara, melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi. Seorang guru yang pandai berpidato dengan segala humor dan variasinya, mungkin tidak mengalami kesulitan dalam berbicara, ia dapat memukau siswa dan awal sampai akhir pengajaran. Akan tetapi bagi seorang guru bicara, uraiannya akan terasa kering, untuk itu ia dapat mengatasi dengan uraian sedikit saja, diselingi tanya jawab, pemberian tugas, kerja kelompok atau diskusi sehingga kelemahan dalam berbicara dapat ditutup dengan metoda lain.
20. Guru Berpakaian Tidak Sopan




Guru adalah orang yang bewenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun secara klasik di sekolah maupun di luar sekolah. Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri kepribadian mereka masing-masing. Kepribadian merupakan masalah  yang abstrak hanya dapat di lihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan menghadapi setiap personal.  Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia, karena di samping guru berperan sebagai pembimbing dan pembantu, guru juga berperan sebagai anutan. Kepribadian akan menentukan, apakah dia menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didiknya.
Dalam perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa seseorang itu memiliki kepribadian yang baik atau akhlak yang mulia. Sebaliknya bila seseorang melakukan sikap atau perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan orang itu tidak mempunyai kepribadian yang baik atau tidak memiliki akhlak yang mulia. Oleh karena itu masalah kepribadian adalah hal yang menentukan tunggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik dan masyarakat.
Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh/tempat tinggal (rumah). Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutup dirinya. Namun seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya. Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada adat-istiadat, kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas masing-masing. Pakaian juga meningkatkan keamanan selama kegiatan berbahaya seperti hiking dan memasak, dengan memberikan penghalang antara kulit dan lingkungan. Pakaian juga memberikan penghalang higienis, menjaga toksin dari badan dan membatasi penularan kuman. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pakaian adalah sesuatu yang dipakai.
Salah satu tujuan utama dari pakaian adalah untuk menjaga pemakainya merasa nyaman. Dalam iklim panas busana menyediakan perlindungan dari terbakar sinar matahari atau berbagai dampak lainnya, sedangkan di iklim dingin sifat insulasi termal umumnya lebih penting. Pakaian melindungi bagian tubuh yang tidak terlihat. Pakaian bertindak sebagai perlindungan dari unsur-unsur yang merusak, termasuk hujan, salju dan angin atau kondisi cuaca lainnya, serta dari matahari. Pakaian juga mengurangi tingkat risiko selama kegiatan, seperti bekerja atau olahraga. Pakaian kadang-kadang dipakai sebagai perlindungan dari bahaya lingkungan tertentu, seperti serangga, bahan kimia berbahaya, senjata, dan kontak dengan zat abrasif. Sebaliknya, pakaian dapat melindungi lingkungan dari pemakai pakaian, seperti memakai masker. Di sebagian masyarakat, pakaian dapat digunakan untuk menunjukkan peringkat atau status.
Begitu hebatnya pengaruh budaya dan mode dalam berpakaian membuat manusia lupa memahami hakikat dari fungsi adanya pakaian. Dalam kehidupan social pakaian menjadi salah satu tolak ukur derajad seseorang. Dari caranya berpakaian lah seseorang pertama kali dinilai. Pakaian yang pantas dan sopan, tentu mencerminkan kebaikan dan kesantunan. Dalam ajaran islam, pakain bukan lah hanya soal budaya dan mode, islam menetapkan batasan – batasan tertentu dalam kriteria berpakaian.
Proses terjadinya sikap (attitude) seseorang dimulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil. Misalnya, pola bicara dan penampilan dari liar. Bila seorang anak biasa mendengar bagaimana anggota keluarganya menjawab telpon dengan nada yang halus dan juga ketika saling menyapa anggota keluarga atau bersikap semua, maka kebiasaan yang terlihat dari luar ini lah yang akan direkam anak menjadi kebiasaan di dalam caranya berbicara dan bersikap, dan digunakan setiap saat dalam berbagai kondisi sehingga kebiasaan itu menjadi sifat, hal itu juga lah yang harus selalu di perhatikan dan diberikan contoh oleh para guru-guru disekolah, Termasuk dari cara penampilan berpakaian. Di mana seorang guru memberikan contoh cara berpenampilan berpakaian sesuai dengan situasi dan kondisi, berpakaian yang sopan. Bila hal itu dilakukan terus-menerus, akhirnya secara spontan anak akan meniru dan menerapkan cara berpakaian yang sopan tersebut dalam kehidupan sehari- hari, Ini sudah menjadi bagian kepribadian anak dan tanggung jawab guru untuk mendidik siswanya di sekolah, sehingga tanpa berpikir lagi, secara otomatis dia menampilkan perilaku sopan dengan cara busana yang santun dan rapi pula kapan dan di mana saja.
Guru adalah mitra anak didik, oleh karena itu seorang guru harus bisa memahami karakteristik kepribadian yang ada pada dirinya. Upaya untuk mencapai keberhasilan belajar mengajar di sekolah ditunjang oleh banyak faktor. Salah satunya adalah kewibawaan. Guru diharapkan memiliki kewibawaan agar mampu membimbing siswa kepada pencapaian tujuan belajar yang sesungguhnya ingin direalisasikan. Guru hendaknya memiliki kepribadian Pancasila dan UUD 1945, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki keahlian dalam mengajar. guru diharapkan dapat menampilkan prilaku yang dapat dijadikan sebagai contoh, panutan dan keteladanan bertingkahlaku bagi siswa dalam kehidupan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Posisi guru faktor penting/utama dalam proses pembelajaran. guru secara umum tetap memegang sentral utama dalam proses pendidikan persekolahan, walaupun dalam proses pendidikan
modern siswa lebih banyak belajar mandiri. Kehadiran guru sebagai tokoh, panutan dan keteladanan serta pembimbing tidak dapat diganti dengan sumber-sumber belajar lainnya.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat di atas, adalah bahwa keteladan guru dalam pendidikan/proses pembelajaran, merupakan hal yang mutlak adanya ditinjau dari segi penampilan, cara berpakaian, bersikap, tutur bahasa atau perkataannya, kedisiplinan dan tanggungjawab. Dalam arti menyangkut perkataan, perbuatan dan tingkah
laku guru dalam keseharian, terutama tentunya dalam proses pendidikan.




















21. Gambar Guru Tidak Tegas Pada Siswa







Guru memiliki berbagai tugas selain sebagai pengajar juga sebagai pembimbing, pelatih, pembina, teman dan orang tua. Tugas yang dilakukan guru tersebut secara umum sering dikatakan sebagai pengajar dan pendidik saja. Tugas mendidik ini merupakan hal yang berat bagi guru, karena ia berkaitan dengan penanaman nilai, etika dan moral bagi anak/siswa. guru juga menggunakan alat pendidikan dalam proses pembelajaran, yang akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan peserta didik sehingga memungkinkan peserta didik tercegah dari berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran. Setiap sekolah pasti  sudah mengatur waktu, kapan waktu istirahat, dan kapan waktunya belajar. Tapi pada kenyataannya, masih ada saja siswa yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan peraturan tersebut. Siswa kurang ajar biasanya siswa yang tidak mempunyai hubungan baik dengan guru tersebut. Hubungan baik dengan orang lain termasuk guru sangat penting, dan dampak positifnya sangat banyak, salah satunya untuk menghindari rasa sakit hati akibat merasa terasingkan. Contohnya jika kamu kutang ajar terhadap guru, seperti menyinggungnya karena keluar kelas saat ia sedang mengajar. Lalu guru tersebut membencimu karena kamu sering melakukan itu. Otomatis kamu akan merasa terasingkan, dan bila sudah begitu, kamu pasti tidak bisa aktif lagi di dalam kelas. Alhasil nilaimu akan menurun. Dan kalau kamu kelas 9, kemungkinan kamu bisa juga  tidak lulus.  Jadi sebelum melakukan sesuatu cobalah pikirkan masak-masak. Sesuatu yang kecil bisa juga berdampak besar, lebih dari yang kita bayangkan.
Menjaga hubungan baik dengan orang lain menurut Richard Nelson, ada cara-caranya, antara lain dibawah ini:
1. kontak mata: saat bicara dengan guru, lihatlah matanya.
2. ekspresi wajah: tersenyumlah untuk memberi indikasi suka.
3. jarak: berbicara dengan berdiri atau duduk, dekat tetapi  tidak terlalu dekat.
            Dan bila kita bicara masalah tingkah laku. Allah berfirman dalam surah yunus (10:41) tentang tanggung jawab terhadap diri kita sendiri. Firmannya sebagai berikut ini:
“ bagiku amalku, dan bagmu amalmu, kamu tidak beranggung jawab atas apa yang kau lakukan, dan aku tiada bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan.” Maksudnya kita jangan pernah mengkambing hitamkan orang lain. Apa yang kita lakukan harus kita tanggung akibatnya. Bila kita nakal janganlah pernah membawa-bawa nama orang lain yang sebenarnya tidak bersalah. Sebenarnya tanpa kita sadari, guru yang tidak memarahi kita saat keluar kelas bukan tidak peduli tetapi guru sudah capek menegur siswa itu. Dan biasanya yang berbuat kurang ajar tersebut orang itu-itu saja. Sesungguhnya guru sangat kecil hati bila kita keluar saat jam pelajarannya, ia merasa seperti tidak dihargai, tidak berguna dan tidak dipetingkan. Dan bila yang kita temui adalah guru yangmudah tersinggung dan pendendam, bisa saja ia tidak mau lagi mengajar di kelas kita.dan tentunya lagi-lagi yang menjadi korbannya kita sendiri. Nilai siswa mengecil atau menurun, bahkan sangat memungkinkan orang yang tidak bersalah ikut menjadi korban.
Program  pembelajaran  bisa dimulai dari perancangan guru. Tentu saja program pembelajaran yang baik di sekolah akan lebih baik dan lebih berhasil apabila menggunakan metode-metode dan strategi pembelajaran yang menarik. Maka, kerjasama kinerja antara guru-guru dan siswa sangat dibutuhkan untuk membentuk strategi pembelajaran bagi siswa-siswa sehingga terbentuk lah suatu pembelajaran yang aktif dan rasa tenggang rasa terhadap guru dan anak didik. Memang sikap-sikap yang sudah terbentuk dari masa kanak-kanak, usia 0 – 10 tahun menjadi semacam sikap dasar kepribadian seseorang. Lebih-lebih sikap disiplin dan tanggung jawab serta sikap menghargai (respect) terhadap orang lain. Sikap-sikap ini dibentuk bukan melalui kata-kata (nasihat), melainkan melalui pengalaman langsung yang dialami oleh seseorang..
Wibawa dan citra guru harus ditegakkan, namun tidaklah dapat dipungkiri bahwa kenyataan citra guru berubah sesuai perubahan sosiokultural masyarakat, sehingga citra guru larut dalam perubahan. Tentu yang perlu dipikirkan bahwa perubahan sosiokultural akan terus berlanjut, gurupun perlu mengambil hikmahnya dan menerima perubahan tersebut dari segi-segi positifnya, agar citra guru berubah kearah yang lebih baik sehingga tidak merusak citra dan wibawa guru.  Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kewibawaan adalah merupakan tonggak utama yang harus dimiliki seorang guru sebagai pendidik dan pembimbing.  Dengan kewibawaan yang dipunyai guru berarti memiliki kemampuan lebih, berpenampilan menarik, mempunyai kekuatan dan keahlian yang berhubungan dengan pembelajaran yang meliputi: penguasaan materi pelajaran, kemampuan mengelola kelas, kedekatan dengan siswa, bertanggungjawab dan sungguh-sungguh, sehingga dengan demikian guru akan dijadikan sebagai panutan, contoh, bapak, dan teman yang disegani oleh siswa. Maka guru yang memiliki wibawa dalam pembelajaran akan mengutamakan pembelajarannya lebih
bersifat sosial-psikologis-akademik; bukan material-ekonomis-fisik; intensitas pembela-jaran disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik, tidak terkesan memanjakan (karena terlalu banyak) atau mengabaikan (karena terlalu sedikit).
Interaksi dalam proses pembelajaran merupakan suatu hubungan interpersonal yang untuk mengembangkannya menjadi suatu pola kerjasama yang baik diperlukan syarat sebagai berikut: (1) sikap percaya, (2) sikap sportif, dan (3) sikap terbuka. Dengan adanya sikap percaya, sportif dan terbuka akan mengarah kepada hubungan atau interaksi
pembelajaran yang menumbuhkan sikap saling menghargai, menghormati yang pada akhirnya akan bermuara pada timbulnya rasa kasih sayang antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. guru diharapkan mewarnai proses pembelajaran dengan menyenangkan, sifat rasa kasih
sayang, kelembutan, dan suasana menyejukkan dalam hubungan antara pendidik dan peserta didik. kasih sayang dan sikap lemah lembut,
dan ramah yang dimiliki guru, akan membuat peserta didik mendapatkan rasa aman, nyaman dan tenteram dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pelanggaran dan kesalahan yang dilakukan peserta didik tidak selayaknya diabaikan atau dibiarkan, melainkan diperhatikan dan ditangani atau diberikan tindakan tegas secara proporsional. tindakan tegas mendidik dapat berupa teguran dan hukuman. Teguran digunakan untuk mengoreksi tingkah laku yang tidak sesuai dengan perintah atau larangan, yang bertujuan menyadarkan anak didik dari tingkah laku kurang tepat serta akibatnya. Tindakan tegas guru terhadap pelanggaran atau kesalahan terhadap peserta didik (siswa) perlu dilaksanakan. dengan pendekatan yang bermuatan pendidikan agar dapat mendorong si pelanggar untuk menyadari kesalahannya dan memiliki komitmen untuk memperbaiki diri sehingga pelanggaran atau kesalahan itu tidak terulang lagi. Penggunaan tindakan tegas yang mendidik terhadap siswa, dapat menyadarkan siswa akan kesalahannya, mengembangkan hubungan yang harmonis dengan siswa, dan mampu membentuk budi pekerti yang baik pada siswa, serta tetap menghargai dan menghormati guru, sehingga kewibawaan guru tetap terpelihara.


22. Gambar Guru Tidak Sopan Saat Mengajar






Menurut UUD 1945 pasal 1 berbunyi “tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”. Berdasarkan pasal ini jelas bahwa semua warga negara tanpa terkecuali berhak mendapatkan pendidikan. Tujuan utamanya agar generasi muda penerus bangsa dapat memajukan negara Indonesia ini. Untuk mewujudkan visi ini dibutuhkan dana memadai(aspek kuantitatif) dan tenaga pendidik yang profesional (aspek kualitatif).Ditinjau dari aspek kuantitatif, Mendiknas lebih lanjut mewacanakan guru akan makin dimanusiawikan dengan menaikkan gaji untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional. Dengan kesejahteraan yang terjamin, para guru akan bangga dengan profesinya, mampu membeli buku, dan mempunyai waktu luang untuk belajar. Pada prinsipnya, menaikkan anggaran pendidikan selalu disebut sebagai conditio sine qua non (syarat mutlak).
Namun, pembangunan dalam pendidikan seharusnya tidak dipahami dari aspek kuantitatif saja, akan tetapi aspek kualitatif juga perlu diperhatikan. Dalam konteks ini guru adalah jantungnya. Tanpa guru yang profesional meskipun kebijakan pembaharuan secanggih apapun akan berakhir sia-sia.
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu kata “ethos” yang berarti suatu kehendak atau kebiasaan baik yang tetap. Yang pertama kali menggunakan kata-kata itu adalah seorang filosof Yunani yang bernama Aris Toteles ( 384 – 322 SM ). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika / moral adalah ajaran tentang baik dan buruk mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya. Menurut K. Bertenes, Etika adalah nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang dalam mengatur tingkah lakunya.
Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dalam membimbing anak didiknya Ki Hajar Dewantara mengemukakan tiga kalimat padat yang terkenal yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Dari ketiga kalimat tersebut, etika guru terhadap peserta didik tercermin. Kalimat-kalimat tersebut mempunyai makna yang sesuai dalam konteks ini.
Pertama, guru hendaknya memberi contoh yang baik bagi anak didiknya. Ada pepatah Sunda yang akrab ditelinga kita yaitu “Guru digugu dan Ditiru” (diikuti dan diteladani). Pepatah ini harus diperhatikan oleh guru sebagai tenaga pendidik. Guru adalah contoh nyata bagi anak didiknya. Semua tingkah laku guru hendaknya jadi teladan. Menurut Nurzaman (2005:3), keteladanan seorang guru merupakan perwujudan realisasi kegiatan belajr mengajar, serta menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa. Seorang guru berpenampilan baik dan sopan akan sangat mempengaruhi sikap siswa. Sebaliknya, seorang guru yang bersikap premanisme akan berpengaruh buruk terhadap sikap dan moral siswa. Disamping itu, dalam memberikan contoh kepada peserta didik guru harus dapat mencontohkan bagaimana bersifat objektif, terbuka akan kritikan, dan menghargai pendapat orang lain.
Kedua, guru harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak didiknya. Dalam hal ini, prilaku dan pribadi guru akan menjadi instrumen ampuh untuk mengubah prilaku peserta didik. Sekarang, guru bukanlah sebagai orang yang harus ditakuti, tetapi hendaknya menjadi ‘teman’ bagi peserta didik tanpa menghilangkan kewibawaan sebagai seorang guru. Dengan hal itu guru dapat mempengaruhi dan mampu mengendalikan peserta didik.
Ketiga, hendaknya guru menghargai potensi yang ada dalam keberagaman siswa. Bagi seorang guru, keberagaman siswa yang dihadapinya adalah sebuah wahana layanan profesional yang diembannya. Layanan profesional guru akan tampil dalam kemahiran memahami keberagaman potensi dan perkembangan peserta didik, kemahiran mengintervensi perkembangan peserta didik dan kemahiran mengakses perkembangan peserta didik (Kartadinata, 2004:4).
Semua kemahiran tersebut perlu dipelajari dengan sungguh-sungguh dan sistematis, secara akademik, tidak bisa secara alamiah, dan semua harus terinternalisasi dan teraktualisasi dalam perilaku mendidik.
Sementara itu, prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani. Peserta didik tidak hanya dituntut berlimu pengetahuan tinggi, tetapi harus bermoral tinggi juga. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan di masa depan. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata yang harus patuh pada kehendak dan kemauan guru.
Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang mulia. Sebagai seorang yang profesional , guru harus melayani masyarakat dalam bidang pendidikan dengan profesional juga. Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus dapat menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat. Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh sebab itu, guru selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir keenam dalam Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi “Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya”.
Secara profesional, guru tidak boleh dilanda wabah completisme, merasa diri sudah sempurna dengan ilmu yang dimilikinya, melainkan harus belajar terus menerus (Kartadinata, 2004:1). Bagi seorang guru, belajar terus menerus adalah hal yang mutlak. Hal ini karena yang dihadapi adalah peserta didik yang sedang berkembang dengan segala dinamikanya yang memerlukan pemahaman dan kearifan dalam bertindak dan menanganinya. Untuk meningkatkan mutu profesinya, menurut Soejipto dan kosasi ada dua cara yaitu cara formal dan cara informal. Secara formal artinya guru mengikuti pendidikan lanjutan dan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya. Secara informal dapat dilakukan melalui televisi, radio, koran, dan sebagainya.
Etika Guru Profesional Terhadap Tempat kerja, sudah diketahui bersama bahwa suasana yang baik ditempat kerja akan meningkatkan produktivitas. Ketidakoptimalan kinerja guru antara lain disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak menjamin pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara optimal. Dalam UU No. 20/2003 pasal 1 bahwa pemerintah berkewajiban menyiapkan lingkungan dan fasilitas sekolah yang memadai secara merata dan bermutu diseluruh jenjang pendidikan. Jika ini terpenuhi, guru yang profesional harus mampu memanfaatkan fasilitas yang ada dalam rangka terwujudnya manusia seutuhnya sesuai dengan Visi Pendidikan Nasional. Disisi lain, jika kita dihadapkan dengan tempat kerja yang tidak mempunyai fasilitas yang memadai bahkan buku pelajaran saja sangat minim. Bagaimana sikap kita sebagai seorang guru? Ternyata, keprofesionalan guru sangat diuji disini. Tanpa fasilitas yang memadai guru dituntut untuk tetap profesional dalam membimbing anak didik. Kreatifitas guru harus dikembangkan dalam situasi seperti ini.
Berkaitan dengan ini, pendekatan pembelajaran kontekstual dapat menjadi pemikiran para guru untuk lebih kreatif. Dalam pendekatan ini, diartikan strategi belajar yang membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya drngan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, sikap profesional guru terhadap tempat kerja juga dengan cara menciptakan hubungan harmonis di lingkungan tempat kerja, baik di lingkungan sekolah, masyarakat maupun dengan orang tua peserta didik.


























C.   KESIMPULAN

kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Menurut Muhaimin, kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Menurut Muhibbin Syah kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan.
Kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Guru yang kompeten dan profesional adalah guru piawai dalam melaksanakan profesinya. Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru. Guru sebagai agen pembelajaran diharapkan memiliki empat jenis kompetensi guru. Empat kompetensi tersebut yakni kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan kompetensi profesional.
D.  SARAN
Penulis menyadari dalam penulisan makalah tentu masih banyak terdapat kesalahan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun kalimat yang tidak semestinya, oleh karena harapan penulis kritik dan saran yang membangun saran penulis butuhkan untuk kesempurnaan dalam penulisan makalah yang akan datang.




DAFTAR PUSTAKA

Jauhari, Abas Al. 2005. Paradigma Tingkah Laku Islam.   Bekasi: Tsaqafah.

Martinis yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru (Jakarta : Gaung Persada Press, Cet. I, 2010).

Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Jakarta : Gaung Persada Press, Cet. I,  2009)
.
Nanang Fattah, Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, Cet. 4,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009

Nelson, Richard dan Jones. 1992. Cara Membina Hubungan Baik dengan Orang Lain. Jakarta: Bumi Aksara.

Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat.

Ruswandi, Uus. 2010. Pengembangan Kepribadian Guru. Bandung : CV. Insan Mandiri



[1] Kunandar, Guru Profesional, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2007) hal. 50
[2] Ibid, hal 51
[3] Kunandar, Guru Profesional, hal. 54
[4] [4] Kunandar, Guru Profesional, hal. 60
[5] Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kenerja Guru. (Jakarta : Gaung Persada, 2010) hal 11
[6] Ibid
[7] Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kenerja Guru,  hal 133
[8] Ibid
[9] Marno, Strategi dan Metode Pengajaran,( Jakarta : Ar-Ruzz Media, 2008) hal 30
[10] Martinis Yamin,  Kiat Membelajarkan Siswa, ( Jakarta : Gaung Persada, 2007) hal 171-172
[11] Ibid hal 172
[12] Martinis Yamin,  Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta : Gaung Persada, 2009) hal 1
[13] Ibid
[14] Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kenerja Guru,  hal 133
[15] Ibid
[16] Mulyasa , 2005 hal 20
[17] Martinis Yamin,  Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan,  hal 58
[18] Mukhtar dan Iskandar, Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), hlm. 131
[19] Ibid
[20] Ibid 138
[21]Nanang Fattah, Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, Cet. 4,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, hal.78.
[22] Muktar, hal 144
[23] Ibid
[24] Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat. Hal.126-127

[25] Ibid

1 komentar: