TUGAS MID SEMESTER
Desain Instruksional
KARIKATUR
PENYIMPANGAN PADA
KOMPETENSI GURU
Dosen Pengampu :
Prof. Dr.
H. Mukthar, M. Pd
Oleh
:
R I N I
Nim :
P.p.211.1.1388
Teknologi Pendidikan Islam (TPI)
PROGRAM PASCA SARJANA
IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah, bahwa atas ridho dan karunia-Nya lah , maka saya masih dapat
menyelesaikan tugas-tugas menyusun Makalah dalam rangka tugas Desain
Instruksional, meskipun di tengah-tengan kesibukan dan dalam waktu yang sangat
singkat. Hal ini dikarenakan kami merasa mempunyai kewajiban dan tanggung jawab
sebagai mahasiswa program pascasarjana IAIN STS Jambi sekaligus akan melatih
diri kami dalam menyampaikan pemikiran-pemikiran guna membangun pengetahuan mengenai
kompetensi yang terdapat pada seorang guru.
Tentu saja
dengan terbatasnya pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, tulisan ini
masih jauh dari sempurna, Namun walaupun demikian penulis berharap tulisan
ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. .Kritik dan saran yang bermasud
membangun sangatlah diharapkan, apa lagi mengembangkan pemikiran tulisan ini,
kiranya masih terbuka bagi siapa saja. Betapa kecilnya bantuan yang diberikan
namun apabila disertai niat yang baik, akan terasa besar juga manfaatnya.
Semoga
bermanfaat..
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.........................................................................................
i
DAFTAR
ISI.........................................................................................................
ii
A.
PENDAHULUAN............................................................................... 1
B.
PEMBAHASAN.................................................................................. 2
1.
CBSA .............................................................................................. 2
2.Bertengkar........................................................................................ 6
3.Pemalu............................................................................................. 10
4.Gaptek............................................................................... 14
5.
Sikap Kasar..................................................................... 18
6.
Merokok di Kelas............................................................ 22
7.
Mulut Kasar...................................................................... 26
8.
Sombong......................................................................... 30
9.
Suka Chatting saat Ngajar............................................. 34
10.Memberi
Jawaban Ujian............................................... 38
11.Terlambat
datang........................................................... 45
12.Matre 49
13.Pemarah..........................................................................53
14.
Jorok...............................................................................57
15.Memukul..........................................................................61
16.Ngobrol............................................................................65
17.Tidur
Jam Mengajar........................................................69
18.Tidak
AdilDalam Menilai................................................72
19.Tidak
Berpengalaman....................................................76
20.Berpakaian......................................................................79
21.Tidak
Tegas.....................................................................83
22.
Tidak Sopan...................................................................87
C. PENUTUP............................................................................ 92
1.
Kesimpulan................................................................... 35
2. Saran 35
DAFTAR PUSTAKA
KOMPETENSI GURU
Oleh. RINI
A. PENDAHULUAN
Globalisasi telah mengubah
cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan sebagai warga
bangsa. Tugas dan guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seorang guru yang professional
dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal. Dengan professional guru, maka
guru masa depan tidak tampil lagi sebagai pengajar, tetapi beralih sebagai
pelatih, pembimbing, dan manajer belajar[1]
Kompetensi menurut Usman
dalam Kunandar adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan
sesorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitaif.[2]. Sedangkan guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah[3]
Dari pembahasan diatas,
dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan
yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat
dan efektif. Standar kompetensi guru meliputi : Pengelolaan pembelajaran,
pengembangan potensi, penguasaan akademik, sikap kepribadian, penyusunan
rencana pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar mengajar, penilaian
prestasi belajar peserta didik, pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian
prestasi belajar peserta difik, pengembangan profesi, pemahaman wawasan
pendidikan, penguasaan bahan kajian akademik.
[1]
Kunandar, Guru Profesional, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada, 2007) hal. 50
[1] Ibid, hal 51
[1]
Kunandar, Guru Profesional, hal. 54
B. PEMBAHASAN
PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN
YANG ADA PADA
GURU
1.
Guru Catat Buku Sampai Habis
Gambar 1.1 CBSA
Saya memberi
gelar pada guru gambar 1.1 di atas adalah si Kutu Buku yang selalu menyalin isi
buku sampai habis. Bagaimana Indonesia
bisa maju kalau guru disekolahnya cuma menyuruh murid-muridnya mencatat isi papan
tulis sampai habis. Bagaimana Indonesia
bisa maju jika guru disekolahnya cuma menyuruh murid-muridnya mencatat isi buku
sampai habis. Bagaimana Indonesia
bisa maju jika guru disekolahnya
cuma menyuruh murid-muridnya mengisi LKS sampai habis. Bagaimana Indonesia bisa maju jika guru disekolahnya cuma menyuruh murid-muridnya membeli buku. Bagaimana Indonesia bisa maju jika guru nya disekolah cuma menyuruh murid-muridnya Menghafal dan terus MENGHAFAL..! Itu lah sekilas potret para guru disekolah mengajarkan siswa-siswinya belajar. Guru seperti ini suka duduk manis di depan, sambil mendiktekan materi pembelajaran, dan siswa/ siswi nya mencatat. Setelah selesai, para siswa didiktekan soal-soal…….kerjakan, kumpul lalu pulang.
cuma menyuruh murid-muridnya mengisi LKS sampai habis. Bagaimana Indonesia bisa maju jika guru disekolahnya cuma menyuruh murid-muridnya membeli buku. Bagaimana Indonesia bisa maju jika guru nya disekolah cuma menyuruh murid-muridnya Menghafal dan terus MENGHAFAL..! Itu lah sekilas potret para guru disekolah mengajarkan siswa-siswinya belajar. Guru seperti ini suka duduk manis di depan, sambil mendiktekan materi pembelajaran, dan siswa/ siswi nya mencatat. Setelah selesai, para siswa didiktekan soal-soal…….kerjakan, kumpul lalu pulang.
Belajar adalah suatu
proses yang dilakukan oleh seorang secara sadar untuk mencapai suatu perubahan
yang sebelumnya belum mengerti menjadi mengerti. Perubahan yang dicapai karena
adanya proses belajar yang disebut dengan perubahan hasil belajar tersebut
seperti penambahan pengetahuan baru. Penambahan pengalaman dan keterampilan dan
sejenisnya yang mencakup kepada aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.
Menyimak dan mencatat
materi pelajaran yang diberikan guru tidak cukup untuk menjawab tantangan
kerja. Dibutuhkan kemampuan bersosialisasi, berorganisasi dan ajang praktik.. Guru adalah gudang ilmu, begitu lah
para pepatah mengatakan. Realitas menunjukkan bahwa mutu guru di Indonesia
dinilai masih memprihatinkan. Guru harus tahu batas-batas materi yang harus
disajikan dalam kegiatan belajar mengajar, baik keluasan materi, konsep, maupun
tingkat kesulitannya sesuai dengan yang digariskan dalam kurikulum[4]. Sebagai seseorang yang dijuluki
sebagai gudang ilmu, guru dituntut untuk menguasai substansi materi yang
diajarkannya, selain itu guru juga harus menguasai dan menghayati secara
mendalam semua materi yang akan diajarkan.
Seharusnya seorang guru
memiliki kompetensi professional, yaitu penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
terhadap struktur dan methodology keilmuan[5] Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri
tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai
sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti
perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.
Menurut Martinis Yamin dan
Maisah, setiap sub kompetensi memiliki indicator esensial sebagai berikut [6]:
- Sub kompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi, memilki indicator esensial, memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
- Sub kompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indicator esensial, menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/ materi bidang studi secara professional dalam konteks global.
Secara ringkas kompetensi
professional guru dapat digambarkan sebagai berikut :
a.
Konsep
struktur dan metode keilmuan/ teknologi/ seni yang menaungi/ koheren dengan
materi ajar
b.
Materi
ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
c.
Hubungan
konsep antar mata pelajaran terkait
d.
Penerapan
konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari
e.
Kompetensi
secara professional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan
budaya nasional.
Guru yang kompeten, harus
juga mampu mengelola program belajar- mengajar. Untuk mengajar suatu kelas guru
pun dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi kelas dan
menggunakan suatu metode- metode pembelajaran. Dalam kegiatan proses pembelajaran sering timbul
masalah-masalah yang tidak dikehendaki. Misalnya itu datang dari diri siswa
yang dalam proses belajar yang tidak disukai dah kejenuhan pada siswa itu
sendiri. Guru mengajar dengan metode ceramah mengharapkan duduk, diam, dengar,
hafal dan catat buku sampai habis sehingga proses pembel;ajaran dikelas menjadi
menonton atau kurang menarik bagi perhatian siswa. Kondisi seperti ini tidak
akan meningkatkan prestasi yang dimiliki peserta didik dalam memahami mata
pelajaran Sains. Akibatnya nilai akhir yang dicapai siswa tidak akan memuaskan
atau jauh dari yang diharapkan. Dapat terlihat dalam ulangan harian bulanan
yang hanya mencapai angka rata-rata.
Proses belajar mengajar
akan berlangsung dalam situasi yang sadar dan direncanakan serta dengan tujuan
yang jelas. Proses belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan dibenak siswa mereka sendiri. Proses tersebut
melibatkan interaksi antara guru dengan siswa secara emosional. Ikatan
emosional yang terjalin baik akan sangat mendukung kepada tercapainya hasil
belajar yang baik pula. Oleh sebab itu proses pembelajaran peran guru sebagai
fasilator, Administrator, motivator sangat ditentukan.
Sistem CBSA (Catat Buku
Sampai Habis), merupakan pola belajar dan mengajar yang sudah usang. Jika itu,
masih diterima dulu ketika para pengajar masih menuntut ilmu, janganlah hal
ini, terwariskan pada siswa didiknya sekarang. Pesatnya perkembangan teknologi
membuat para pengajar pun harus mampu melihat teknologi. Bukan berarti hal-hal
konvensional itu lantas ditinggalkan. Tetap dipakai, dengan model inovasi baru.
Buku merupakan media yang kerap digunakan dalam hal pengajaran. Walaupun,
dewasa ini sudah berkembang buku elektronik atau ebook. Namun buku secara
bentuk fisik, masih merupakan bahan ajar yang sering digunakan. Bentuknya pun
bermacam-macam, mulai dari buku panduan, LKS (Lembar Kerja Siswa), sampai ke
buku pop up. Dalam hal ini, buku pun harus mengalami metamorfosa. Karena,
tingkat minat baca anak sekarang yang kurang, menjadi salah satu kendala
dari media ini. Proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Proses
pembelajaran menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang baik dan
menarik dan pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan
menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber belajar yang
relevan. program yang dirancang oleh guru harus benar-benar terencana dan
dikerjakan oleh siswa secara bersama.
2. Guru Bertengkar Depan Murid
Gambar 1.2 Bertengkar Depan Murid
Pantas kah seorang guru
memiliki sifat yang arogan? Memang harus kita akui ada diantara (oknum)
generasi muda saat ini yang mudah emosi dan lebih mengutamakan otot dari pada
akal pikiran. Kita lihat saja, tawuran bukan lagi milik pelajar SMP dan SLTA
tapi sudah merambah dunia kampus (masih ingat kematian seorang mahasiswa di
Universitas Jambi, awal tahun 2002 akibat perkelahian didalam kampus). Atau
kita jarang (atau belum pernah) melihat demonstrasi yang santun dan tidak
menggangu orang lain baik kata-kata yang diucapkan dan prilaku yang ditampilkan.
Kita juga kadang-kadang jadi ragu apakah demonstrasi yang dilakukan mahasiswa
murni untuk kepentingan rakyat atau pesanan sang pejabat.
Semua orang yakin bahwa
guru memilki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran dan
keberhasilan dalam mendidik moral siswa. Masyarakat melihat guru sebagai figur
guru sebagai manusia serba bisa tanpa cela dan nista. Mereka melihat figur guru
sebagai figure yang kharismatik, yang memiliki tingkah dan prilaku yang sopan.
Kemuliaan seorang guru tercermin dari kepribadian sebagai manifestasi dari
sikap dan perilaku dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sedikit cela dan
nista dari pribadi guru maka masyarakat mencaci makinya habis-habisan dan
hilanglah wibawa guru itu.
Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam
perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain. Minat, bakat, kemampuan dan
potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara
optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini seorang guru perlu memperhatikan
sikap dan prilakunya didepan siswa seta memperhatikan peserta didik secara
individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memilki perbedaan.
Guru lah yang memberikan dorongan agar peserta didik berani berbuat benar dan
membiaakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya.
Setiap profesi sebenarnya
mengandung nilai filsafat di dalamnya. Karyawan berarti orang yang berkarya dan
atau dikaryakan. Pekerja adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan. Pegawai
negeri adalah pegawai untuk melayani anak negeri. Dan guru adalah profesi yang
mesti layak digugu dan ditiru atau dipercaya dan
diteladani. Satu hal yang menjadi keistimewaan guru dibandingkan profesi lain
adalah objek pekerjaan, tak lain adalah benda hidup yang biasanya disebut murid
atau siswa atau peserta didik. Itulah kehebatan dan keistimewaan guru. Karena
peserta didik adalah manusia yang berakal dan bernaluri, mestinya guru pun
memberlakukan setiap peserta didik dengan baik dan bijaksana. Guru mesti
menjadikan dirinya sebagai pribadi yang layak diteladani dan layak dipercayai.
Namun, saya mesti mengelus dada karena masih sering menjumpai perilaku guru
yang tidak menjiwai profesinya. Setidak-tidaknya, saya mencatat lima perilaku buruk sang
guru.
Menurut Skiner dalam
Martinis Yamin dan Maisah, prilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon[7]. Toeri ini dapat dipahami bahwa yang
dimaksud dengan perlaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung[8]
Perilaku manusia juga
dilatar belakangi oleh sikap. Sikap sendiri memeiliki pengertian sebagai
“organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi relatif yang
disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada organisme untuk
membuat respon atau perilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya”. Atau dalam
bahasa sederhana sikap adalah kesediaan
beraksi terhadap suatu hal.
Kepribadian guru merupakan
faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. kepribadian akan
menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya,
ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya
terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang
sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Karakteristik kepribadian
yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah
meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas
kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti
dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang
fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan
beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap
ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.
Guru yang profesional
menjadi kekuatan bagi bangsa untuk mencetak ribuan generasi yang tangguh
dan berkualitas guna membangun suatu bangsa dan negara, sebaliknya jika gurunya
bobrok maka tunggulah kehancuran bangsa dan negara tersebut. Guru adalah energi, bukan materi. Guru
senantiasa memotivasi dan memberi semangat untuk murid-muridnya. dalam konteks
ini bukan dalam pengertian destruktif, melainkan konstruktif.berarti keberanian,
Guru harus berani mengatakan tidak kalau itu tidak benar, dan sebaliknya
mengatakan benar terhadap yang ia lihat dan ia kerjakan Guru harus selalu
mengalir dinamis dan memiliki watak rendah hati, andhap asor dan santun, tidak sombong, tidak arogan. Guru
harus mampu menjadi orientasi (panutan) sekaligus mampu menyelami perasaan
murid-muridnya. Seorang
Guru mesti memiliki watak yang baik, tidak pilih kasih. Dengan watak ini guru
pun harus memiliki keluasan hati, perasaan, dan pikiran dalam menghadapi berbagai
persoalan . Tidak sempit pandangan, emosional, temperamental, gegabah,
melainkan harus jembar hati-pikiran, sabar dan bening dalam memberi pelayanan
kepada siswanya.
Melalui pendidikan
nasional yang bermoral (saya tidak ingin mengatakan bahwa pendidikan kita saat
ini tidak bermoral, namun kenyataanya demikian di masyarakat). Pendidikan pada
hakikatnya adalah alat untuk menyiapkan sumber daya manusia yang bermoral dan
berkualitas unggul. Dan sumber daya manusia tersebut merupakan refleksi nyata
dari apa yang telah pendidikan sumbangankan untuk kemajuan atau kemunduran
suatu bangsa. Apa yang telah terjadi pada Bangsa Indonesia saat ini adalah sebagai
sumbangan pendidikan nasional kita selama ini. Pendidik selama ini telah
mengeyampingkan banyak hal. Seharusnya pendidikan nasional kita mampu
menciptakan pribadi (generasi penerus) yang bermoral, mandiri, matang dan
dewasa, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, tahu
malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau
kelompok.Tapi kenyataanya bisa kita lihat saat ini. Pejabat yang melakukan
korupsi, kolusi dan nepotisme baik di legislative, ekskutif dan yudikatif
semuanya orang-orang yang berpendidikan bahkan tidak tanggung-tanggung, mereka
bergelar dari S1 sampai Prof. Dr. Contoh lainnya, dalam bidang politik lebih
parah lagi, ada partai kembar , anggota dewan terlibat narkoba, bertengkar
ketika sidang, gontok-gontokan dalam tubuh partai karena memperebutkan posisi
tertentu (Bagaimana mau memperjuangkan aspirasi rakyat kalau dalam diri partai
saja belum kompak).
3.
Guru yang Pemalu
Gambar 1.3 Pemalu
Guru yang baik
adalah guru yang berpengalaman, peribahasa mengatakan ”Pengalaman adalah guru
yang baik”, hal ini diakui di lembaga pendidikan. Dengan demikian guru harus memahami
seluk-beluk persekolahan. Rasa percaya diri perlu ditanamkan pada seorang guru,
hal ini sangat lah penting agar bisa terjadi saling komunikasi dan transfer
pelajaran pun dapat terjalin dengan baik. Pada umumnya guru tahu apa yang harus
dilakukan, tetapi merasa kecemasan serius ketika harus berbicara di depan
siswa. Guru yang telah memiliki rasa percaya diri akan lebih mudah untuk
melakukan pendekatan pada siswa nya. Belajar merupakan berbuat, memperoleh
pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu strategi
pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan
hanya terbatas pada aktifitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas
yang bersifat psikis atau aktivitas mental.
Pemalu tidak
selalu dianggap sebagai perkembangan yang positif , tetapi setiap peserta didik
tentu saja membawa sifat bawaan yang tidak sama. Banyak para ahli beranggapan
bahwa lingkunganlah yang bertanggung jawab pada pembentukan karakter seorang
guru, tetapi akhir-akhir ini dipercayai bahwa pola perilaku a\guru juga
dipengaruhi oleh dua hal, yaitu pengaruh gen dan lingkungan. Dengan demikian
mungkin temperamen guru akan lain dalam menghadapi lingkungan yang baru dan
cenderung lambat berinteraksi terhadap kondisi yang tidak familiar.
Pemalu adalah
suatu sifat bawaan atau karakter yang didapat sejak lahir. Ada para ahli yang mengatakan bahwa pemalu
adalah perilaku yang merupakan hasil belajar atau respon terhadap suatu kondisi
tertentu. Peribahasa malu bertanya sesat dijalan , menggambarkan secara tepat
masalah yang akan muncul jika seorang guru memiliki rasa malu dalam hatinya.
Pemalu juga dapat menjadi masalah jika sifat ini terus- menerus berkelanjutan,
yaitu berdampak kompetensi guru akan terkubur dan tidak akan berkembang seperti
yang diharapkan. Dampak sifat dari guru pemalu adalah tidak mau mengambil
resiko. Padahal hampir semua orang yang sukses memiliki riwayat hidup berani
mengambil resiko. Takut salah dalam menyampaikan materi dan salah dalam mengatur
strategi pembelajaran, yang akhirnya tidak dapat meraih kesuksesan. Selama ini
kegagalan sering diartikan sebagai hal yang negative, yaitu sering menganggap
tidak berdaya, pasrah, tidak popular dan tidak menarik dalam segi penyampaian
materi. Penggambaran yang seperti ini lah cenderung membuat para guru merasa
minder
Strata
pendidikan yang tinggi bukan menjadi jaminan utama dalam keberhasilan belajar
akan tetapi pengalaman yang menentukan, umpamanya guru peka terhadap masalah,
memecahkan masalah, memilih metode yang tepat, merumuskan tujuan instruksional,
memotivasi siswa, mengelola siswa, mendapat umpan balik dalam proses belajar
mengajar. Jabatan guru adalah jabatan profesi, membutuhkan pengalaman yang
panjang sehingga kelak menjadi profesional, akan tetapi professional guru belum
terakui seperti profesional lainnya terutama dalam upah (payment), pengakuan
(recognize). Sementara guru diminta memiliki pengetahuan menambah pengetahuan
(knowledge esspecialy dan skill) pelayanan (service) tanggung jawab
(responsbility)dan persatuan (unity).
Kompetensi
kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Kewibawaan merupakan syarat mutlak
yang bersifat abstrak bagi guru karena guru harus berhadapan dan mengelola
siswa yang berbeda latar belakang akademik dan sosial, guru merupakan sosok
tokoh yang disegani bukan ditakuti oleh anak-anak didiknya. Kewibawaan ada pada
orang dewasa, ia tumbuh berkembang mengikuti kedewasaan, ia perlu dijaga dan
dirawat, kewibawaan mudah luntur oleh perbuatan-perbuatan yang tercela pada
diri sendiri masing-masing. Jabatan guru adalah jabatan profesi terhomat,
tempat orang-orang bertanya, berkonsultasi, meminta pendapat, menjadi suri
tauladan dan sebagainya, ia mengayomi semua lapisan masyarakat.dan Degree
(kualitas dan kuantÃtas hasil belajar).
Proses
pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara guru dan siswa, siswa
dengan siswa atau antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi
memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.
Seorang guru dapat mengatur strategi pembelajaran untuk mengaktifkan suasana
dikelas. Proses pembelajaran menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan
yang menarik dan pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni
dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber belajar
yang relevan. Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal.
Kemampuan itu dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa
melalui kegiatan mencoba- coba, berpikir intuitif atau bereksplorasi.
Yang
terpenting bagi anda sebagai seorang pendidik adalah, jangan pernah beranggapan
malu sebagai
masalah penghambat perkembangan interaksi pembelajaran, karena sebagian besar
orang pemalu pada akhirnya dapat terbiasa dengan lingkungannya. Tetapi
yang terpenting adalah, bagaimana anda memberikan cukup stimulasi demi menumbuhkan
kepercayaan diri pada diri anda. Jadi, ketimbang merubah pribadi, mungkin yang
bisa anda lakukan, dengan cara bertahap persiapkan diri anda di situasi yang
biasanya sulit berinteraksi, misalnya di pesta atau dalam keramaian, cobalah
anda ciptakan suasana yang sedemikian rupa dalam kehidupan.
Keberhasilan
pendidikan tidak hanya tercermin pada kualitas dan mutu pembelajaran, tetapi
juga pada SDM yang ada. Hal ini harus lah dijadikan acuan, karena keberhasilan
tersebut terletak pada berbagai komponen dalam proses pendidikan di lembaga
pendidikan. Untuk memperoleh guru yang profesional, menurut Marno bahwa
peningkatn professional guru dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
pendidikan dalam jabatan, inservice training, pembentukan wadah-wadah
peningkatan kualitas guru seperti pemnatapan kinerja guru (PKG), dan musyawarah
guru mata pelajaran (MGMP)[9]
Guru akan
belajar untuk mengembangkan rencana pelajaran sendiri. Ini bukan akting, tapi
cara untuk melihat kepribadian guru berkembang menjadi seorang guru yang
percaya diri. Bahasa merupakan alat utama dalam berinteraksi adukatif antara
guru dengan siswa, dan bahaa memiliki sifat tersendiri yang perlu disadari
dalam berkomunikasi[10]. Guru sebagai komunikator dalam
penyampaian pesan kepada komunikannya dengan menggunakan bahasa lisan, untuk
menyampaikan pesan (materi pelajaran)[11]. Jika guru pemalu dalam menyampaikan
materi pelajaran, otomatis interaksi komunikasi antara guru dan peserta
didiknya tidak akan berjalan seperti yang diharapkan, dan transfer pengetahuan
pun tidak akan sampai kepada peserta didik secara efisien. Bayangan volusi
kepribadian pendidikan ini tidak mengenal batas ketentuan, kebanyakan guru
sangat percaya diri dan membuat yang terbaik dari menikmati hidup sepenuhnya
potensi setiap hari.
Gambar 1.5 Gaptek
Banyak para siswa yang telah menjadikan internet
sebagai bagian dari kehidupan kesehariannya. Lalu bagaimana dengan gurunya sendiri? bagaimana penguasaan teknologi
informasi yang ada pada seorang pendidik? Dan bagaimana para guru menghadapi
opini bahwa banyak guru gagap teknologi?
Pendidikan merupakan
kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah lantaran mengikuti
perkembangan zaman, teknologi, dan budaya masyarakat[12]. Pendidikan dari masa ke masa
mengalami kemajuan yang sangat pesat, demikian juga piranti pendidikan yang
canggih, oleh sebab itu perubahan yang
terjadi di tengah masyarakat adalah diakibatkan oleh majunya dunia pendidikan[13].
Pengertian Teknologi
sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu “La Teknique“ yang dapat
diartikan dengan ”Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan
sesuatu secara rasional”.. Teknologi
adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari
sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. teknologi mengandung dua dimensi,
yaitu science dan
engineering yang
saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang
dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang,
tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya. Perubahan
teknologis konsisten dalam mendesain dan memproduksi sistem teknik yang baru
dan dalam pengembangan yang berkaitan dengan efisiensi. Sedangkan kemajuan
teknologis dapat diinterpretasikan sebagai kenaikan kekuasaan manusia dalam
mengendalikan realitas. Sistem teknisnya yang baru dan lebih efisien
diaplikasikan pada bagian yang baru dan lebih luas dari realitas yang berarti
kapasitas tertinggi untuk melakukan adaptasi realitas bagi kepuasan manusia.
Ditengah didengungkannya pembelajaran interaktif
(e-learning) yang juga harus melibatkan guru-gurunya dalam bidang studi apapun,
alangkah ironis kalau gurunya sendiri tidak pernah sedikitpun menjamah
teknologi informasi tersebut. Pembelajaran interaktif adalah ketika siswa sudah
tidak lagi berasumsi guru sebagai satu-satunya sumber informasi (dan memang
demikian). Karena siswa tersebut bisa belajar dengan beberapa modul yang
ditawarkan untuk belajar mandiri di internet.
Kegagapan para guru dalam teknologi
informasi, nampaknya harus dibentuk satu kesepakatan yang diagendakan untuk
sama-sama saling mengisi antara orang yang berkecimpung dalam dunia TI (guru
KKPI) dan guru mata diklat lainnya dalam mengemas media pendidikan yang telah
beralih formatnya kedalam media e-learning (komputerisasi). Beberapa kendala
yang terjadi baik internal (karena kesibukan jam mengajar di berbagai tempat)
maupun eksternal (seperti ketersediaan akses internet dan waktu pelatihannya
sendiri). Namun demikian keharusan mendorong siswa kearah kreatif harus didukung
oleh guru-gurunya sendiri. Untuk itu peranan para guru sangat dibutuhkan demi
keseimbangan penguasaan dan pengemasan informasi yang bakal dihadapkan pada
siswanya. Karena ada kemungkinan siswa telah memahami lebih jauh satu persoalan
dari pada gurunya. Cukup
banyak guru-guru mengaminkan alias mengatakan “ya” pada kenyataan bahwa setelah
menjadi guru, ilmu mereka sudah karatan, terjadi kristalisasi fikiran,
pembekuan fikiran, karena mereka terhenti untuk belajar dan puas dengan ijazah
keguruan yang telah mereka sandang. Cukup banyak guru-guru yang terbiasa tidak
mengkonsumsi buku lagi, begitu juga dalam membaca koran, majalah dan jurnal.
Andaikata animo membaca guru tetap tinggi maka tentu sirkulasi penerbitan lebih
bergairah lagi dan perpusatakaan serta toko buku akan tetap ramai dikunjungi.
Pada umumnya para guru
mengajar hanya dengan mengandalkan buku-buku teks yang dipinjam dari
perpustakaan sekolah dan buku catatan usang yang digunakan selama
bertahun-tahun tanpa tertarik untuk melebarkan dan meluaskan wawasan keilmuan.
Malah dalam menyambut kehadiran teknologi seperti internet, e-mail, blogspot,
atau menggunakan komputer, laptop, LCD (Laser
Dish Cristal), dan teknologi informasi modern lainnya banyak guru
kurang bergairah dan kurang tertarik untuk ikut mengaplikasikannya. Mereka
bersembunyi dibalik kata-kata “sibuk dan tidak sempat” sehingga pada akhirnya
mereka menjadi guru-guru yang "gaptek" (gagap teknologi). Karakter
sebagai guru yang gaptek
akan memberi citra negatif (negative image) pada diri anak didik. Ketertarikan
anak didik pada guru dan profesi guru bisa menjadi sirna, “Wah Pak guru dan Ibu
guru itu ketinggalan zaman, hidupin komputer saja tidak ngerti,” gerutu seorang
siswa dalam hatinya.
Penggunaan teknologi oleh
manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana.
Teknologi telah memengaruhi masyarakat
dan sekelilingnya dalam banyak cara.. Ilmu pengetahuan begitu pesat berkembang
karena dibantu kecanggihan teknologi. Oleh karena itu, hendaknya kita berusaha
mengikuti perkembangan itu, terlebih bagi seorang guru. Seharusnya guru
berusaha meng-up date keilmuannya
agar tidak disalip oleh murid-muridnya. Dan itu hanya dapat dilakukan jika guru
gemar membaca dan menulis. Dengan membaca berita dan atau buku, guru akan
mendapat banyak informasi baru. Lalu, guru pun berusaha belajar menuangkan
gagasannya ke bentuk tulisan. Apakah guru itu akan mengirimkan tulisan itu ke
media cetak atau mungkin guru itu suka mem-publish-nya
di sini? Silakan saja karena di sini pun banyak guru belajar membaca dan
menulis. Guru yang profesional menjadi kekuatan bagi bangsa untuk
mencetak ribuan generasi yang tangguh dan berkualitas guna membangun suatu
bangsa dan negara, sebaliknya jika gurunya bobrok maka tunggulah kehancuran
bangsa dan negara tersebut. Guru ialah mendorong dirinya untuk selalu
memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada murid-muridnya. Ini berdasarkan
analog bahwa bumi merupakan tempat untuk tumbuh berbagai tumbuhan yang berbuah
dan berguna bagi umat manusia dan hewan.
Membiarkan diri jadi bodoh
dengan tidak mengikuti perkembangan sains dan tekhnologi, bisa dikatakan
menjadi karakter sebagian guru yang statis. Karakter negatif lain yang juga ada
pada sebagian oknum guru adalah “hilangnya idealisme sebagai guru”.
Praktek-praktek seperti mengajarkan atau membiarkan siswa mencontek saat UAN-
ujian akhir nasional, sengaja pura-pura tidak melihat siswa mencontek dan
saling mencontek dengan harapan agar nilai ujian akhirnya tinggi, atau bisa
membantu mereka untuk lulus. Ada
sebagian guru yang terbiasa untuk malas mengajar/datang ke sekolah lebih cepat,
atau datang hanya bila ada jam mengajar. Budaya ini bisa jadi karena
terinspirasi oleh gaya
mengajar dan prilaku dosen di Perguruan Tinggi yang memberi kuliah sesuai
jadwalnya, dan telah membuat banyak guru menjadi enggan untuk berlama-lama
berada di sekolah. Bila perilaku ini sudah menjadi budaya, maka kapan peran
guru sebagai konselor dan memberi pandangan hidup pada anak didik lewat
interaksi di luar jam PBM bisa terlaksana. Sedemikian jauh penerapan
perkembangan pembelajaran yang ada telah disejajarkan dengan perkembangan
teknologi itu sendiri. Kita perlu untuk
mengoreksi sejumlah pengetahuan yang kita kembangkan dalam suatu kawasan
teknologi pembelajaran, agar kedepan tidak ada lagi guru- guru yang digelar
sebagau guru gaptek
5.
Guru Kasar
Gambar 1.5 Guru Kasar
Guru pada gambar 1.5, saya
gelar sebagai guru yang ringan segala-galanya alias guru kasar. Guru memiliki
pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar
pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Seharusnya seorang guru
dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak,
bukan mengajarkan cara-cara berbicara kasar atau bersifat yang arogan. Selain
itu, Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi
anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta
menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.
Proses komunikasi yang
berlangsung terus - menerus, yang dilaksanakan kemitraan, antara seorang guru
dengan siswa. Dengan terjalinnya proses komunikasi yang baik antara siswa dan
guru dalam proses pembelajaran dapat lebih mempercepat pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan oleh guru, dan ini merupakan suatu system kinerja yang
memberikan nilai tambah bagi sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas siswa
dalam belajar. Semua perilaku guru mestilah santun. Guru pastilah menjadi sorotan
publik di mana pun berada. Di masyarakat, profesi guru selalu disebut dan
dimuliakan. Maka, semestinya guru berlaku arif, termasuk ketika berbicara.
Hendaknya guru tidak suka berkata jorok, kotor, porno, bohong, dan gossip.
Semestinya guru lebih suka menjadi pendengar daripada menjadi pembicara. Ketika
guru sudah gemar berkata kotor, sesungguhnya ia telah mengotori profesinya.
Mohon rekan-rekan guru menjaga lisan dengan tidak suka berkata kotor.
Menurut Skiner dalam
Martinis Yamin dan Maisah, prilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon[14]. Toeri ini dapat dipahami bahwa yang
dimaksud dengan perlaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung[15]. sikap adalah gambaran kepribadian
seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap
suatu keadaan atau suatu objek”. Juga kutipan dari pendapat Berkowitz, “ sikap
seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah
reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap
selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang
(dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.
Berbagai upaya dilakukan
untuk meningkatkan sikap dan perilaku guru yang Profesional, antara lain
melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkam melalui pendidikan formal
bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun
dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun
paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang yang menunjukkan bahwa sebagian
guru memiliki ijazah perguruan tinggi. Pada prinsipnya seorang guru adalah
figur dan titik sentral dalam proses pembelajaran baik hal itu dilakukan
didalam kelas ataupun di luar kelas, oleh karena itulah setiap guru harus
mempunyai kepribadian yang baik sebagai suatu bekal dalam menghadapi siswanya,
baik dalam hal kemampuan kogniif, avektif, dan psikomotorik.
Latar belakang pendidikan
ini mestinya berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan, bersamaan dengan
faktor lain yang mempengaruhi. Walaupun dalam kenyataannya banyak guru yang
melakukan kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak
disadari oleh guru dalam pembelajaran ada tujuh kesalahan. Kesalahan-kesalahan
itu antara lain:
- mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,
- menunggu peserta didik berperilaku negatif,
- menggunakan destruktif discipline,
- mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik,
- merasa diri paling pandai di kelasnya,
- tidak adil (diskriminatif), serta
- memaksakan hak peserta didik[16]
Seorang guru
harus bias memberikan hak hidup kepada manusia, tidak pilih kasih. memberi
kebebasan kepada murid-muridnya untuk berkreasi, berpendapat dan mengembangkan
idenya. Guru yang bijak selalu memberikan rasa tenteram dan menjadi sinar dalam
kegelapan. Ia mempunyai kearifan sekaligus visioner (memiliki pandangan jauh ke
depan), bukan memimpin dengan gaya
seorang tiran (otoriter) dan berfi-kiran dangkal. Pendidik yang bermoral (yang
saya maksud adalah pendidikan yang bisa mencetak generasi muda dari SD sampai
PT yang bermoral. Dimana proses pendidikan harus bisa membawa peserta didik
kearah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab, tahu malu, tidak
plin-plan, jujur, santun, berahklak mulia, berbudi pekerti luhur sehingga
mereka tidak lagi bergantung kepada keluarga, masyarakat atau bangsa setelah
menyelesaikan pendidikannya. Tetapi sebaliknya, mereka bisa membangun bangsa
ini dengan kekayaan yang kita miliki dan dihargai didunia internasional. Kalau
perlu bangsa ini tidak lagi mengandalkan utang untuk pembangunan. Proses
transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik harus dilakukan dengan gaya dan cara yang
bermoral pula. Dimana ketika berlangsung proses tranformasi ilmu pengetahuan di
SD sampai PT sang pendidik harus memiliki moralitas yang bisa dijadikan panutan
oleh peserta didik. Seorang pendidik harus jujur, bertakwa, berahklak mulia,
tidak curang, tidak memaksakan kehendak, berperilaku santun, displin, tidak
arogan, ada rasa malu, tidak plin plan, berlaku adil dan ramah di dalam kelas,
keluarga dan masyarakat. Kalau pendidik mulai dari guru SD sampai PT memiliki
sifat-sifat seperti diatas. Negara kita belum tentu morat-marit seperti ini. Perubahan
dalam pendidikan jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan
anggaran pendidikan, perbaikan fasilitas. Misalkan kurikulum sudah dirubah,
anggaran pendidikan sudah ditingkatkan dan fasilitas sudah dilengkapi dan gaji
guru/dosen sudah dinaikkan, Namun kalau pendidik (guru atau dosen) dan birokrat
pendidikan serta para pembuat kebijakan belum memiliki sifat-sifat seperti
diatas, rasanya perubahan-perubahan tersebut akan sia-sia. Implementasi di
lapangan akan jauh dari yang diharapkan Dan akibat yang ditimbulkan oleh proses
pendidikan pada generasi muda akan sama seperti sekarang ini. Dalam hal ini
saya tidak berpretensi menyudutkan guru atau dosen dan birokrat pendidikan
serta pembuat kebijakan sebagai penyebab terpuruknya proses pendidikan di Indonesia
saat ini. Tapi adanya oknum yang berperilaku menyimpang dan tidak bermoral
harus segera mengubah diri sedini mungkin kalau menginginkan generasi seperti
diatas.
Selain itu berlaku
adil dan Hilangkan perbedaan, posisikan semua siswa pada jajaran yang sama. Banyak
yang mengatakan Apakah hanya yang pintar atau anak orang kaya saja yang pantas
mendapat perlakuan seperti itu.? Apakah pendidikan hanya untuk orang yang
pintar dan kaya? Bisakah saya jadi orang pintar dengan cara yang demikian?
Kalau mau membuat perbedaan, buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta
didik yang mandiri, bermoral. dewasa dan bertanggungjawab. Jangan hanya
mengadopsi sistem bangsa lain yang belum tentu cocok dengan karakter bangsa
kita. Jdi lah guru yang bias menjadi panutan para pesert didik.
6. Guru Merokok di Kelas
Gambar 1.6 Merokok dikelas
Kegiatan belajar mengajar
di kelas dilakukan oleh seorang guru sesuai dengan gaya mengajarnya[17], dalam arti sebagian guru membuka
buku pelajaran dan menjelaskan materi yang terdapat dalam buku tersebut,
sebagian guru yang lain menanyakan kepada siswa atau peserta didik tentang
penguasaan materi yang akan dipelajari, kemudian dilanjutkan dengan Tanya
jawab, diskusi, tugas dan lain-lain. Bukan berarti dengan gaya yang bersifat positif seperti merokok di
kelad di depan siswa-siswa nya. Karena sikap yang seperti ini dapat membuat moral anak didik menjadi bobrok.
Merokok
merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh sebagian guru, walaupun
sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang
menyatakan bahaya merokok. Bagi pecandunya, mereka dengan bangga
menghisap rokok di tempat-tempat umum,
kantor, rumah, jalan-jalan, dan bahkan di dalam kelas
dihadapan siswa-siswa nya. Anak-anak sekolah yang masih berpakaian
seragam sekolah juga ada yang melakukan kegiatan merokok. Kecanduan
rokok atau bisa disebut kecanduan nikotin yang terdapat dalam
rokok, memiliki banyak faktor penyebab. Jika seorang guru memiliki keinginan
untuk menghentikan kebiasaan merokok, ada beberapa hal yang perlu diketahui faktor-faktor
penyebab kecanduan rokok, yaitu :
1.
Faktor
Sosial
2.
Kebutuhan
Menghisap Dan Mengunyah
3.
Respon
Mengulang Otomatis
Faktor
terbesar dari kebiasaan merokok seorang guru dipengaruhi oleh faktor sosial
atau lingkungan, dimana karakter seseorang banyak dibentuk oleh lingkungan
sekitar, baik dari keluarga, tetangga, ataupun teman pergaulannya.
Bersosialisasi merupakan cara utama seseorang atau pun guru untuk mencari jati
diri mereka. Namun sangat disayangkan, tidak hanya kebiasaan-kebiasaan yang
baik saja yang ditiru melainkan juga kebiasaan-kebiasaan buruk, termasuk
kebiasaan merokok.
Jika
siswa yang bukan perokok, hidup atau melihat guru perokok di depan mata nya,
apa lagi saat jam mengajar, secara otomatis salah satunya akan terpengaruh. Mungkin siswa yang bukan perokok mulai mencoba
merokok, mungkin juga sebaliknya siswa yang perokok mengurangi konsumsi rokok.
Baik disadari maupun tidak disadari, adaptasi tersebut dilakukan untuk berusaha
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan berusaha untuk diterima di lingkungan
sosial-nya.
Setiap
orang memiliki kebutuhan untuk mengisap dan mengunyah. Kebutuhan ini mulai ada
sejak kita lahir yaitu kebutuhan untuk minum susu, dan secara berangsur-angsur
berkurang dan hilang, tetapi pada beberapa orang masih ada sampai dewasa.
Beberapa orang (guru) menggunakan rokok atau perangkat merokok dan asap sebagai
sarana untuk memenuhi kebutuhan.
Jika
anda seorang guru,yang di guguh dan ditiru, maka berhenti lah merokok, maka
ganti kebutuhan menghisap rokok dengan cara lain. Misal, diganti dengan permen,
atau makanan-makanan ringan untuk dikunyah, ketika keingin merokok muncul.
Memang, terlalu banyak mengkonsumsi makanan ringan merupakan salah satu
penyebab obesitas. Namun
untuk proses awal, cara ini dinilai efektif. Ketika seseorang telah melakukan
sesuatu berkali-kali dan cukup sering, maka akan tercipta pola pengulangan
perilaku tertentu secara otomatis. Hal ini terutama berlaku jika tindakan
tertentu dilakukan dalam situasi yang tidak menyenangkan, yang memberikan efek
membuat seseorang merasa lebih aman dalam kehidupan sehari-hari dan rutinitas. Seperti
pola pengulangan otomatis selalu menjadi komponen dalam kebiasaan merokok.
Kalau anda ingin berhenti merokok, anda harus mencari tahu di mana situasi dan
lingkungan anda yang biasanya mengambil sebatang rokok. Kemudian cobalah untuk
menghindari situasi-situasi atau lingkungan tersebut.
Jika ditanyakan masalah
kemuliaan sebuah profesi, guru merupakan profesi yang dianggap mulia. Ini
disebabkan guru yang bertugas menyampaikan pendidikan kepada murid. Guru tentu
harus dimaknai sebagai orang yang menyampaikan nilai-nilai keluhuran budi dan
ilmu pengetahuan. Dalam diri profesi guru, terkandung makna yang teramat luhur:
digugu lan ditiru (dipercaya
dan diteladani). Namun, saya masih menemukan banyak oknum guru yang bermental
bobrok. Perilaku merokok di kalangan guru-guru Indonesia semakin hari, kian
memprihatinkan. Bagaimana tidak, hal itu kini menjadi sorotan publik, tak hanya
di dalam negeri, namun media massa
internasional
Memang guru
memiliki gaji atau uang. Dengan uangnya, guru boleh membeli semua barang yang
dikehendaki. Namun, hendaknya guru mesti berpikir jika ingin membeli rokok.
Mengapa? Karena kebiasaan merokok termasuk kebiasaan buruk. Selain menyakiti
dirinya, merokok juga menyakiti orang lain di sekitarnya. Kebiasaan hidup
bersih dan sehat yang menjdi kebutuhan dasar yang patut diberikan contoh pada
seorang pendidik kepada pendidiknya. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak
orang. Efek – efek yang merigikan pun akibat merokok pun sudah diketahui dengan
jelas. Sebagai guru yang perokok, berarti guru tersebut telah menyebarkan penyakit kepada murid-muridnya.
Maka, alangkah bijaksananya jika guru tidak lagi merokok, baik di hadapan murid
maupun di rumah. Racun utama pada rokok adalah
tar,nikotin,dan karbon monoksida. Tar adalah hirokarbon yang
bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Secara teori, ribuan
senyawa keluar bersama asap rokok, dan diantaranya mempunyai jenis berbahaya
bagi tubuh manusia. Otak secara normal memiliki substansi-substansi yang
memberikan efek penenang dan efek rangsangan pada sel-sel saraf, dimana
substansi-substansi tersebut bekerja dengan cara menempel pada
reseptor-reseptor sel-sel saraf. Dan nikotin memiliki efek yang sama dengan
substansi-substansi tersebut terhadap saraf, ketika nikotin menempel pada
reseptor-reseptor di sel-sel saraf.
Perilaku merokok sering dipengaruhi oleh
perasaan negatif. Banyak guru yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan
negatif. Misalnya bila ia marah, cemas, gelisah ketika menghadapi masalah pada
siswanya, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila
perasaan tidak enak terjadi sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak
enak.
Tanggung jawab
guru dalam menuntut anak-anak belajar yang terpenting adalah merencanakan dan
melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan
yang diinginkan. Kegiatan belajar yang baik bagi seorang guru dan sekelompok
siswa bisa saja tidak memuaskan dalam situasi lain. Guru yang baik harus
memiliki sikap dan perlu menyiapkan hal-hal yang bersifat tekhnis linnya
sebagai penunjang untuk mencapai sasaran belajar yang telah ditetapkan. Masalah inilah yang diharapkan ibu bapa dan
masyarakat untuk dilaksanakan oleh guru. Ibu bapa dan masyarakat
mengharapkan anak mereka cemerlang dalam pelajaran dan bermoral dalam kehidupan.
Tugas ini sepertinya memang sulit untuk dilakukan guru.
7.
Guru Mulut Kasar
Gambar 1.7 Guru Mulut Kasar
Pernahkah Kita mendapati
atau mendengar kata-kata kasar dan kotor meluncur begitu saja dari para guru?
Kemudian Anda berpikir, padahal guru adalah orang yang seharusnya memberikan
contoh bagi para siswa, baik di rumah maupun di sekitar rumah. Apa yang harus
Anda lakukan untuk menghadapinya? Banyak guru yang merasa
sudah memerhatikan perkembangan dan lingkungan dengan seksama, tapi tiba-tiba menemukan dan melontarkan
kata-kata yang kasar dan jorok di hadapan siswa. Hal ini tentu sangat mengejutkan
karena Anda merasa di sekolah seharusnya tak ada yang berlaku seperti itu,
apalagi bagi seorang guru. Orangtua pun akan khawatir jika siswal akan mendapat
pengaruh buruk dari lingkungan yang lain dan mulai mencari solusi agar siswa
tak terkontaminasi lebih parah.
Mengapa seorang guru bisa mengatakan kata-kata kasar?
a.
Karena secara tidak langsung guru menikmati
reaksi di sekitarnya, seperti ia ditertawakan seolah-olah itu lucu dan
menghibur, atau diperhatikan dengan rasa kaget dan ingin tahu dari
lingkungannya.
b.
Guru
berkata kasar karena ia merasa ada masalah, marah dan emosi, mengetahui
bahwa kata tadi bisa memancing kekesalan orang lain..
Otoriter lebih berkonotasi
negatif, termasuk dalam proses pembelajaran. Gaya mengajar otoriter biasanya membuat siswa
bosan. Lebih dari itu, mengajar dengan cara memaksa, jelas tidak membangun
kesadaran. Penyampaiannya tidak argumentatif, logika dan rasionalitas tidak
jelas. ?Karenanya, konsep teoritik mengenai etika mengajar harus memenuhi
beberapa persyaratan. Pertama mengajar menyampaikan sebuah kebenaran,
keterbukaan, dan terdapat argumentasi. Kedua mengajar mengandung ada logika.
Terakhir, mengajar tidak memaksa, namun membangun kesadaran. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah
sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang
besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan kurikulum, sistem
pembelajaran dan sistem penilaian.
Perilaku manusia juga
dilatar belakangi oleh sikap. Sikap sendiri memeiliki pengertian sebagai
“organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi relatif
yang relatif ajeg yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar
kepada organisme untuk membuat respon atau perilaku dalam cara tertentu yang
dipilihnya”. Atau dalam bahasa sederhana sikap adalah kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Mengajar adalah menyampaikan
sesuatu yang benar, sistem mengajarnya jelas; dan guru menunjukkan aktualisasi
profesionalismenya. Misalnya, pertama mengajar itu menyampaikan sesuatu yang
benar, dan harus ada persiapan-persiapan. Ia bisa terwujud dalam kurikulum dan
logika kurikulum kemudian dituangkan dalam silabus, maupun satuan acara perkuliahan,
mulai dari awal sampai akhir dengan logika jelas, argumentatif, dan terbuka.
Selain itu, menjadikan siswa bukan sebagai objek melainkan subjek. Mereka
diberi kesempatan berbeda pendapat, berfikir positif, menanggapi atau bahkan
adu argumentasi. Hal-hal seperti ini mestinya dibuat terlebih dulu melalui
sebuah sistem.
Kalau standar di atas bisa
dilaksanakan, maka tujuan mengajar akan
tercapai. Mengajar tidak lagi bersifat indoktrinatif atau doktriner atau
imperatif, melainkan menjadi kegiatan yang sungguh-sungguh membangun otonomi,
membangun kesadaran subyek yang diajar. Jadi kalau nanti salah satu tujuan
tercapai, katakanlah siswanya lebih pintar dari gurunya, itu jauh lebih bagus.
Sebaliknya, kalau mengajar membuat siswa membebek pada gurunya, siswa tidak
punya kemauan yang otonom. Ia tidak membangun kesadaran, sebaliknya malah
membelenggu. Lebih dari itu, tujuan pendidikan tidak tercapai. Di beberapa sekolah masih terdapat
guru yang menerapkan gaya
mengajar indoktrinatif. Kalaupun secara kelembagaan tidak ada, secara individu
masih ada guru yang menerapkannya. Oleh karena itu, konsep etika mengajar masih
dalam tataran nilai, belum secara normatif. Sedangkan normatif hanya bisa
dilihat, dilaksanakan kalau ada sistem atau institusionalisasi dari nilai-nilai
itu. Sistem atau institusionalisasinya sendiri tidak akan bermakna bila tidak
ada orang-orang yang mau melaksanakannya. Upaya-upaya untuk membangun sistem
itu memang masih dalam proses. Tetapi usaha-usaha yang telah dilakukan lembaga
pendidikan dinilai sebagai upaya positif. Lihatlah apa yang dilakukan oleh
seorang guru yang memberikan motivasi bagi pembelajaran maupun yang inovatif
dan guru yang bisa dinilai positif dalam rangka membangun sistem dan institusi
menurut etika mengajar. Guru juga sudah mendorong terciptanya evaluasi
pembelajaran yang sehat.
Profesion
perguruan atau bekerja sebagai guru adalah antara beberapa jenis pekerjaan
yang penting dalam proses pembangunan
manusia,masyarakat dan negara. Profesion
perguruan merupakan profesion paling utama di dalam
proses penyerapan ilmu pengetahuan kepada individudan masyarakat. Dalam era globalisasi
sekarang, peranan guru menjadi semakin
kompleks dan mencabar. Golongan guru hendaklah memastikan martabat
perguruan sentiasa dipertingkatkan
dari masa ke semasa ketahap
yang lebih tinggi dan dihormati seterusnya Guru itu bertugas mendidik dan tidak sekadar mengajar.
Itu berarti bahwa tujuan pembelajaran adalah mengubah perilaku: kasar menjadi
halus, jorok menjadi santun, bodoh menjadi pintar. Jadi, guru seharusnya tidak
mengeluh jika mendapati anak didiknya bodoh dan juga nakal. Guru seharusnya
menjadikan anak tersebut sebagai pusat perhatiannya. Jika guru sudah gemar
mengeluhkan perilaku anak, bagaimana guru tersebut akan mendidik? Mendidik
paling baik adalah memberikan keteladanan sikap dan keilmuan.. Para oknum-oknum guru yang suka mengumpat atau berkata
kasar. Jika itu dilakukan sebagai budaya setempat, mungkin itu tak menjadi
masalah karena budaya memang berbeda-beda. Namun, jelas umpatan itu terasa
kasar karena diucapkan di tempat yang menempatkan ucapan itu sebagai ucapan
kasar alias tabu. Mulut guru jelas melanggar etika, baik budaya maupun profesi.
Guru perlu memiliki kod etikanya sendiri demi memartabatkan
profesion perguruan. Peranan dan
tanggungjawab guru memang memberi dampak yang besar
dan mendalam dalam diri setiap individu itu. Dari kecil hinggalah dewasa,
semua itu adalah hasil ajaran dan didikan guru
di sekolah, walaupun begitu, perputaran kehidupan dari hari ke hari semakin
maju dan bergerak seiring dengan era globalisasi.
Nilai krisis
moral merupakan hal yang sering dijadikan masalah dalam dunia pendidikan. Anehnya
krisis moral tersebut sering dilakukan oleh para pendidik terhadap anak
didiknya. Padahal, tanpa bimbingan dan
asuhandari guru, pelajar mudah memilih
dan mengamalkan nilai yang bertentangan dengan
agama, budaya, sopan, moral dan disiplin sekolah. Arus teknologi yang semakin menggila memudahkan
pelajar terjebak dengan nilai negatif.
Di sinilah kita memerlukan
pendidikan akhlak yaitu pendidikan
yang dapat membina keyakinan, kefahaman, penghayatan dan
pengamalan nilai murni yang terkandung dalam ilmu
wahyu iaitu Al –Quran dan
As-sunnah. Dalam mengajar seharusnya guru berpedoman pada nilai
positif. Apabila guru berhasil dalam
melaksanakan pendidikan akhlak
pada
tingkat dasar,
maka akan lahirlah pelajar yang cemerlang dalam aspek akademik
dan keagamaan.
8. Guru Sombong
Gambar 1. 8 Guru Sombong
Seorang
guru ketika masuk ke dalam kelas hendaknya menenjukkan sikap yang baik, sopan
santun, mengucapkan salam pada siswa siswinya, bersifat lemah lembut dan
perhatian. Seorang guru tidak pantas membahas atau menunjukkan sikap yang buruk
pada siswanya. Sifat kekaguman dan membangga-banggakan diri dapat menimbulkan
kesombongan dan keangkuhan terhadap orang lain. Sifat
ini adalah salah satu penyakit hati yang sangat mencelakakan dan sulit
dihindari. Dalam al-Qur’an sudah tertera larangan dan ancaman serta bahaya yang
akan ditimbulkan dari sifat takabur ini. Jika
seseorang sudah melekat pada sifat ini, maka segeralah mungkin untuk
mengobatinya dan menghindarinya, karena sifat ini sangat merugikan diri sendiri
maupun orang lain serta merugikan di dunia dan di akhirat.
Sombong adalah penyakit yang sering
menginggapi kita semua, yang benih-benihnya kerap selalu muncul tanpa kita
sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh factor materi. Kita merasa
lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat dari pada orang lain. Ditingkat
kedua, sombong disebabkan karena factor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar,
lebih kompetendan lebih berwawasan dibandingkan orang lain. Semakin tinggi
sifat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Akar dari kesombongan adalah ego yang
berlebihan. Menghargai diri secara berlebihan; congkak; pongah: tabiatnya agak aneh, sebentar -sebentar
rendah hati; berkata secara berlebihan, itu lah exspresi yang ada pada tabiat
sombong. Perjalanan hidup terkadang membuat kita bersifat ego.
Sukses bisa membuat kita
jadi arogan. Saat kita arogan, kita berhenti mendengarkan. Ketika kita berhenti
mendengarkan, kita berhenti berubah. Dan di dunia yang terus berubah dengan
begitu cepatnya seperti sekarang, kalau kita berhenti berubah, maka kita akan
gagal. Itulah sisi negatif dari kesuksesan, yakni arogansi. Arogansi muncul
saat seseorang merasa diri paling hebat, paling luar biasa, dan paling baik
dibandingkan dengan yang lainnya. Penyakit mental ini bisa menjangkiti apa dan
siapa saja, mulai dari organisasi, produk, pemimpin, sampai orang biasa.
Rasulullah s.a.w bersabda:
‘Tidak akan masuk ke dalam surga
seseorang yang dalam hatinya ada kesombongan barang seberat
debu.’ Seorang
laki-laki bertanya : ‘sesungguhnya ada seseorang yang menyukai supaya bajunya
bagus dan terompahnya bagus.’ Nabi menjawab: ‘Sesungguhnya Allah itu indah, Dia
menyukai keindahan. Kesombongan itu ialah menolak kebenaran dan memandang rendah orang lain. Orang
sukses lalu bersombong ria sebenarnya patut disayangkan. Bayangkan saja, saat
berjuang keras menggapai kesuksesan, mereka begitu terbuka untuk belajar.
Mereka mau mendengarkan. Mereka mau berjerih payah, berani hidup susah, dan
mengorbankan diri. Bahkan, mereka tampak sangat 'merakyat' hidupnya. Akan
tetapi, itu dulu. Sayang sekali, saat kesuksesan datang, mereka lupa diri.
Mungkin dia akan berkata, "Saya
sudah berhasil mencapai yang terbaik. Sekarang, Andalah yang harus mendengarkan
saya. Saya tidak perlu lagi mendengarkan Anda."
Arogansi bisa menghampiri
siapa saja. Termasuk seorang pendidik, guru, dosen, yang tiap hari memberi
suatu bagi orang lain. Seorang guru seharusnya bisa belajar banyak untuk selalu
berhati-hati. Kesuksesan jangan membuat kita arogan dan cenderung self centered
serta tidak mau mendengarkan orang lain. Dunia begitu mengenal sosok Mao,
Hitler, ataupun Stalin. Mereka berjuang dari basis bawah menuju pucuk
kepemimpinan. Mereka pun berjuang untuk perubahan di masyarakatnya. Idealisme
mereka sangat luar biasa. Orang pun dibuatnya kagum. Namun, mereka lupa daratan
ketika sukses. Mereka memonopoli kebenaran tunggal alias antikritik dan anti pembaruan.
Mereka memimpin dengan tangan besi. Korban pun bergelimpangan dari tangannya.
Begitu juga dalam sejarah bisnis. IBM yang begitu besar dan terkenal pernah
mengalami kemerosotan saat arogansi membekap sikap dan pikiran para pemimpin
mereka. Namun, itulah yang terjadi apabila orang berhenti belajar dan merasa
diri sudah selesai. Tanpa dia sadari, lingkungannya terus belajar, berinovasi,
dan berkembang.
Guru harus selalu mengalir
dinamis dan memiliki watak rendah hati, terhadap asor dan santun. Tidak
sombong. Tidak arogan. Interaksi harus terjalin secara baik, ilmu yang ada pada
guru belum lah seberapa jika ilmu tersebut tidak terus digali dan diasah. Ada hal yang bias
dilakukan seorang guru dalam menjauhkan rasa sombong pada dirinya yaitu :
a.). Langkah
ilmiah adalah dengan cara mengenali diri sendiri dengan kehinaannya, serta
mengenali Tuhan dengan keagungan dan kebesaran-Nya. Pada dasarnya dengan cara
ini sudah cukup bagi seseorang untuk menghilangkan sifat takabur pada dirinya.
b) Langkah amaliah
adalah merupakan bentuk praktis dalam menanggulangi sifat sombong, yakni
tawadhu’ kepada Allah melalui amal perbuatan dan kepada semua makhluk-Nya
dengan senantiasa berperilaku sebagaimana lazimnya orang-orang yang suka
merendahkan diri.
Kecerdasan intelektual
atau biasa disebut Intelligence Quotient adalah kemampuan
potensial untuk mempelajari segala sesuatu dengan alat-alat berpikir.
Kecerdasan intelektual ini bisa diukur dari sisi kekuatan verbal dan logika
seseorang. Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan yang tampaknya menjadi
primadona dan dikembangkan dengan porsi lebih besar di hampir seluruh sekolah
formal di dunia, termasuk di Indonesia.
Seorang guru mendapatkan nilai baik atau tidak, layak atau tidak sebagai
seorang tenaga pengajar dapat dinilai dari kecerdasan intelektualnya. Di sinilah
seorang guru diharapkan mampu mengembangkan kecerdasan intelektual dengan baik,
di samping juga mengembangkan kecerdasan yang lainnya. kecerdasan yang ada pada
diri guru sangat perlu untuk diperhatikan, sehingga kecerdasan anak-anak secara
keseluruhan pun dapat berkembang dengan baik. Inilah tugas dan tanggung jawab
seorang dalam mendidik murid-muridnya. Sebuah tugas dan tanggung jawab yang
tidak ringan, namun sangat penting dan mulia, demi generasi masa depan yang
cerdas dan berakhlak mulia. Semua kelebihan yang
dititipkan oleh para guru itu bukan untuk di jadikan bahan untuk
bersombong-sombong, “seluruh manusia sama dihadapan
Allah, yang membedakan itu taqwa saja”. Memang setiap manusia di beri
kelebihan, mungkin seorang guru diberik kelebihan ilmu pengetahuan yang
bertujuan untuk mentransformasikan ilmu tersebut di dalam suatu wadah
pembelajaran. Makin banyak kelebihan yang diberikan makin banyak pula ujian di
segi kebesaran diri jadi ingatkan bahwa apapun yang ada pada kita berupa :
pangkat kedudukan, harta, ilmu, bentuk fisik dan lain sebagainya itu semua
adalah pinjamandari Allah SWT yang sewaktu-waktu nanti akan dipertanggung
jawabkan. Apabila anda adalah seorang guru yang banyak diberikan kelebihan maka
hendaklah kita semakin bersifat tawadhu, lebih baik kita menganggap diri ini
paling hina karena sesungguhnya kita tidak mempunyai apa-apa, semua ini hanya
titipan semata.
9.
Guru Chatting Ketika Mengajar
Gambar 1.9 Guru Chatting Ketika Ngajar
Proses
pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengajaran diharapkan mengembangkan
kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara
penuh. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa
ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara
belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses
pembelajaran itu sendiri Teknologi sebenarnya sejak dulu teknologi sudah ada.
Seseorang menggunakan teknologi karena manusia berakal. Perkembangan teknologi
terjadi karena seseorang menggunakan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah
yang dihadapinya. Pada dasarnya teknologi dibangun untuk memudahkan manusia.
Tapi kadang teknologi yang di bangun manusia tidak semuanya membantu, ambat
laun akan menjadi bom waktu yang siap meledak. Pada satu sisi, perkembangan
teknologi telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban
manusia, pekerjaan yang sebelumnya menuntut kekuatan dan kemampuan fisik , kini
sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis.
Di era
globalisasi, teknologi informasi berperan sangat penting. Dengan menguasai
teknologi dan informasi, kita memiliki modal yang cukup untuk menjadi pemenang
dalam persaingan global. Di era globalisasi, tidak menguasai teknologi
informasi identik dengan buta huruf.
Teknologi Informasi (TI) dan
multimedia telah memungkinkan diwujudkannya pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan, yang melibatkan siswa secara aktif. Kemampuan TI dan multimedia
dalam menyampaikan pesan dinilai sangat besar. Dalam bidang pendidikan, TI dan
multimedia telah mengubah paradigma penyampaian materi pelajaran kepada peserta
didik.
Computer
Assisted Instruction (CAI) bukan saja dapat membantu guru dalam mengajar,
melainkan sudah dapat bersifat stand alone dalam memfasilitasi proses belajar.
Penekanan penting akan memaksimumkan sumber daya manusia di semua sektor,
berarti kita akan membutuhkan sistem komunikasi yang sangat efektif. Apabila
kita merespons pada kebutuhan fokus awal seharusnya lebih berdasarkan
penerimaan informasi daripada penyebaran informasi. Hal ini hampir memutar balikan
peran jika dibandingkan dengan peran komunikasi administrasi pendidikan yang
dulu. Di era globalisasi dan informasi ini penguasaan terhadap informasi tidak
cukup harnya sekedar menguasai, diperlukan kecepatan dan ketepatan. Sebab
hampir tidak ada guna menguasai informasi yang telah usang, padahal perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat mengakibatkan usia informasi
menjadi sangat pendek, dengan kata lain, informasi lama akan diabaikan dengan
adanya informasi yang lebih baru.
Tantangan
tersebut lah yang mewajibkan seorang guru untuk bisa menguasai teknologi,
seperti yang diterangkan di atas bahwa teknologi bertujuan untuk
mentransformasi informasi dan menyediakan penampilan pembelajaran menjadi lebih
menarik. Tapi kalau gurunya hanya sibuk chatting an sendiri di jam ngajar tanpa
memperdulikan siswa nya apa kata dunia?
Percakapan interaktif antar
sesama pengguna komputer yang terhubung
dalam suatu jaringan.
Percakapan ini bisa dilakukan dengan saling berinteraktif melalui teks, maupun suara. lihat juga chat. Chatting adalah suatu program
untuk para pengguna internet dimana saja berada agar
bisa mengenal satu sama lain walaupun dia berada jauh dari kita.Dengan Chatting
kita juga bisa melihat wajah orang yang baru kita kenal tersebut jika di
komputer kita ada satu alat yang disebut WEBCAM.
Seharusnya
guru bisa melibatkan anak didiknya ke dalam dunia maya tersebut, dengan
menciptakan suatu metode pembelajaran melalui rangkaian – rangkaian strategi
pembelajaran yang menarik. Jika seorang
guru di dalam kelas hanya sibuk ber chatting an secara individu, maka pesan
pembelajaran yang ingin disampaikan tidak akan sampai pada siswa didik. Seperti
yang dikemukakan oleh Mukhtar dan Iskandar bahwa Proses pembelajaran tidak akan berjalan tanpa ada
komunikasi[18]. Efektifitas komunikasi guru dengan
peserta didik merupakan keharusan, agar berkomunikasi kepada siswa-siswa dalam
bahasa yang mudah dicerna, dimengerti, dan terhadap orang dewasa jangan
berkomunikasi seperti komunikasi terhadap anak-anak[19].
Proses pembelajaran terjadi
interaksi dan komunikasi antara guru dengan siswa jika adanya suatu motivasi
belajar. Interaksi pembelajaran merupakan suatu kegiatan komunikasi yang
dilakukan secara timbal balik. Interaksi dalam kelas bagi seorang guru sering
menemui kendala yang disebabkan komunikasi. Tidak semua siswa di dalam kelas
dalam melakukan interaksi.Guru
menyampaikan pesan, siswa bertanya dan sebaliknya. Interaksi memilki
unsur-unsur komunikator, komunikan, pesan dan media. Komunikasi terjadi bila
terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang
dipergunakan dalam percakapan belum tentu menimbulkan kesamaan makna[20]. Dengan kata lain, seseorang yang mengerti bahasa belum tentu mengerti
makna. Jadi yang dikatakan komunikatif adalah apabila terjadi kesamaan bahasa
dan kesamaan makna antara komunikator dan komunikan.
Secara positif
guru bisa memanfaatkan teknologi internet untuk menambah pengetahuan dan
wawasan, karena internet dimanfaatkan untuk orang yang membutuhkan akses,
bukan untuk mengakses informasi yang tidak bermanfaat terutama bagi anak-anak
didik. Terkadang sebagian guru memandang sebelah mata terhadap adanya internet,
karena hanya melihat satu sudut pandang saja, dikarenakan masih minimnya
pengetahuan serta penguasaan mereka terhadap internet, sehingga masih banyak
guru yang gaptek dan tidak mau belajar dan mengetahui pemanfaatan internet bagi
pengembangan pengetahuan dan kecakapan mengajarnya di kelas.
Pengenalan dan
penggunaan internet di lingkungan pendidikan yang salah akan melahirkan budaya
baru dalam lingkungan siswa. Sebagai contoh efek negatif yang sering siswa
lakukan yaitu maraknya game online yang kebanyakan dimainkan oleh anak-anak dan
pornografi. Internet juga dapat dijadikan sarana komunikasi dan wadah
pengembangan kerja sama antar guru dan sekolah. Melalui internet, dapat
terjalinnya kolaborasi yang baik antara pihak-pihak yang terlibat dalam bidang
pendidikan. Dapat akses yang lebih mudah, efisien, dan lebih murah, para guru
dapat bertukar informasi mengenai proses pembelajaran, bentuk-bentuk
penelitian, beasiswa guru atau siswa, pendanaan suatu program tertentu, dan
acara sosial. Misalnya, sekolah akan mengadakan “program kegiatan sekolah”.
Sekolah dapat melayangkan kerja sama melalui email kepada berbagai pihak. Pada
web sekolah, juga dapat ditampilkan iklan program tersebut dilengkapi dengan
berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan. Melalui internet, semua pihak dari
berbagai belahan dunia akan dengan mudah mengakses informasi program sekolah
yang sedang atau akan dilaksanakan tersebut.
10.
Guru Membocorkan Kunci Jawaban
Gambar 1. 10 Membocorkan Jawaban
Tugas dan
tanggung jawab seorang guru sesungguhnya sangat berat. Di pundaknyalah tujuan
pendidikan secara umum dapat tercapai atau tidak. Mengapa di pundak seorang
guru dan bagaimana dengan tugas dan tanggung jawab orangtua anak didik yang
mendapatkan amanat langsung dari Tuhan? Pertanyaan penting ini harus dijawab
terlebih dulu sebelum membahas persoalan ini lebih jauh.
Orangtua
memang mendapatkan amanat langsung dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Di
hadapan Tuhan kelak para orangtua juga akan dimintai pertanggungjawaban tentang
bagaimana cara mereka mendidik anak-anaknya. Namun, karena kemampuan,
pengetahuan, dan waktu yang dimiliki oleh orangtua terbatas, sebagian besar
orangtua memercayakan pendidikan anak-anaknya kepada guru-gurunya di sekolah.
Tugas dan
tanggung jawab seorang guru di sekolah semakin berat karena tidak sedikit dari
orangtua yang seakan memercayakan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya di
sekolah. Mereka beranggapan bahwa tugas dan tanggung jawab orangtua adalah
bekerja dan bekerja, sehingga mempunyai uang yang banyak untuk memenuhi kebutuhan
anak-anaknya, termasuk biaya sekolah. Bahkan, tidak sedikit orangtua yang
berusaha dengan sekuat tenaga agar anak-anaknya dapat sekolah di tempat yang
favorit, meskipun biayanya mahal.
Orangtua yang
demikian biasanya telah merasa bahwa tugas dan tanggung jawabnya di bidang
pendidikan anak-anaknya telah selesai. Mereka percaya sepenuhnya bahwa pihak
sekolah telah mendidiknya dengan baik, sehingga merasa tak perlu lagi
mengontrol pendidikan anaknya ketika di rumah. Sungguh, anggapan yang seperti itu
tidaklah benar. Orangtua tetap bertanggung jawab terhadap pendidikan
anak-anaknya secara keseluruhan. Sedangkan guru bertanggung jawab karena
mendapatkan amanat dari orangtua untuk mendidik anak-anak mereka, di samping
merupakan tanggung jawab kemanusiaan.
Di sinilah
sesungguhnya tugas dan tanggung jawab guru menjadi tidak main-main. Amanat dari
para orangtua untuk mendidik anak-anaknya mesti ditunaikan dengan baik. Tidak
sekadar mengajar, akan tetapi juga mendidiknya. Dengan demikian, seorang guru
bisa dikatakan sebagai orangtua kedua bagi anak didiknya. Sebagai orangtua
kedua, sudah tentu dibutuhkan kedekatan dengan anak didiknya agar berhasil
dalam menjalankan tugas penting dan mulia ini. Kedekatan dengan anak didik
adalah kunci penting bagi seorang guru bila ingin sukses dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya. Tanpa kedekatan, tugas dan tanggung jawab itu akan
sulit dapat terlaksana dengan baik, karena anak didik bukanlah robot yang siap
menerima program apa pun dari orang yang membuat atau mengoperasikannya. Anak
didik adalah pribadi yang mempunyai jiwa. Sudah tentu, menghadapi pribadi yang
mempunyai jiwa dibutuhkan kedekatan di antara dua jiwa agar komunikasi dalam
proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Secara garis besar, tugas dan
tanggung jawab seorang guru adalah mengembangkan kecerdasan yang ada dalam diri
setiap anak didiknya. Kecerdasan ini harus dikembangkan agar anak didik dapat
tumbuh dan besar menjadi manusia yang cerdas dan siap menghadapi segala
tantangan di masa depan.
Di antara
kecerdasan yang perlu dikembangkan oleh seorang guru adalah sebagai berikut:
a. Kecerdasan
Intelektual
Kecerdasan
intelektual atau biasa disebut Intelligence
Quotient (IQ) adalah kemampuan potensial seseorang untuk
mempelajari segala sesuatu dengan alat-alat berpikir. Kecerdasan intelektual
ini bisa diukur dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang. Secara teknis,
kecerdasan ini pertama kali digagas dan ditemukan oleh Alfred Binet, seorang
tokoh psikologi dari Prancis. Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan yang
tampaknya menjadi primadona dan dikembangkan dengan porsi lebih besar di hampir
seluruh sekolah formal di dunia, termasuk di Indonesia. Seorang anak didik
mendapatkan nilai baik atau tidak, naik kelas atau lulus sekolah, sangat
ditentukan oleh nilai dari kecerdasan intelektualnya. Di sinilah seorang guru
diharapkan mampu mengembangkan kecerdasan intelektual dengan baik, di samping
juga mengembangkan kecerdasan yang lainnya.
b. Kecerdasan
Emosional
Kecerdasan
emosional biasa disebut Emotional
Quotient (EQ). Kecerdasan ini setidaknya terdiri dari lima komponen pokok, yakni
kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati, dan mengatur sebuah hubungan
sosial. Kecerdasan ini juga dikembangkan pada sekolah-sekolah formal, namun
porsinya jauh di bawah kecerdasan intelektual. Di sinilah dibutuhkan seorang
guru yang bisa mengembangkan kecerdasan emosional murid-muridnya.
c.
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan
spiritual atau yang biasa juga disebut sebagai Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan
yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri, sehingga seseorang
memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik sebuah
kenyataan atau kejadian tertentu. Secara teknis, kecerdasan ini pertama kali
digagas dan ditemukan oleh Danah Zohar.
Dalam beberapa
penelitian di bidang kecerdasan dan psikologi, kecerdasan spiritual dikatakan
sebagai kecerdasan yang paling penting. Hal ini karena terkait erat dengan
kebahagiaan hidup seseorang. Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang
baik akan mampu memaknai secara positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan
penderitaan yang dialaminya. Dengan demikian seseorang akan lebih mudah meraih
kebahagiaan. Di sinilah sesungguhnya sangat penting bagi seorang guru untuk
bisa mengembangkan kecerdasan spiritual anak didiknya.
Ketiga macam
jenis kecerdasan yang ada pada diri anak tersebut sangat perlu untuk
diperhatikan oleh seorang guru, sehingga kecerdasan anak-anak secara
keseluruhan pun dapat berkembang dengan baik. Secara garis besar, inilah tugas
dan tanggung jawab seorang dalam mendidik murid-muridnya. Sebuah tugas dan
tanggung jawab yang tidak ringan, namun sangat penting dan mulia, demi generasi
masa depan yang cerdas dan berakhlak mulia.
Profesi guru adalah
profesi yang sudah tua, sama halnya dengan profesi berdagang, bertani, menjadi
nelayan, bertukang, dan lain-lain. Profesi guru memegang peranan yang sangat
penting untuk mencerdaskan generasi muda bangsa ini agar bisa memiliki sumber
daya manusia (SDM) yang handal. Apalagi untuk negara yang cukup luas dan kaya
dengan sumberdaya alam seperti Indonesia
tentunya memerlukan banyak manusia terampil dengan SDM berkualitas tinggi untuk
mengelolanya. Membiarkan diri jadi bodoh dengan tidak mengikuti perkembangan
sains dan tekhnologi, bisa dikatakan menjadi karakter sebagian guru yang
statis. Karakter negatif lain yang juga ada pada sebagian oknum guru adalah
“hilangnya idealisme sebagai guru”. Praktek-praktek seperti mengajarkan atau
membiarkan siswa mencontek saat UAN- ujian akhir nasional, sengaja pura-pura
tidak melihat siswa mencontek dan saling mencontek dengan harapan agar nilai
ujian akhirnya tinggi, atau bisa membantu mereka untuk lulus.
Saat ini masyarakat di dunia sedang menghadapi globalisasi, tidak
terkecuali dengan masyarakat Inonesia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat berpengaruh terhadap globalisi.yang membuat seakan-akan
tidak ada batas yang jelas antara 1 negara dengan Negara lainnya. Globalisasi
saat ini pun juga dapat mempengaruhi terhadap bidang pendidikan di Indonesia.
Pasalnya sekolah-sekolah yang ada di Indonesia sudah banyak yang
mendaftarkan diri untuk menjadi Sekolah Berstandar Internasional yang memiliki
fasilitas teknologi yang modern dan juga menggunakan bahasa internasional yaitu
bahasa Inggris. Dengan adanya globalisasi sekarang ini, maka Negara-negara di
dunia baik itu Negara maju ataupun berkembang berlomba-lomba untuk meningkatkan
prestasi pendidikan di Negara mereka untuk mencetak generasi yang penerus
bangsa yang lebih baik. Begitu pula di Indonesia. Jika kita perhatikan,
pemerintah Indonesia selalu
berusaha sebisa mungkin untuk mengurangi tingkat kebodohan di Indonesia.
Ada
beberapa sekolah yang di pandang telah memenuhi kriteria sebagai sekolah
berstandar internasional, dalam penerimaan siswa baru selalu melakukan seleksi
tes dalam memilih siswa-siswa yang memenuhi syarat dan berkompetensi. Tapi pada
kenyatannya hal ini bertolak belakang dengan kenyataan para siswa di lapangan,
seakan-akan program yang diberikan pemerintah sia-sia untuk dilaksanakan.
Pasalnya mereka lebih memilih masuk pada sekolah favorit dengan melakukan
berbagai cara, terkadang orang tua memberikan uang pelicin (sogokan) pada
panitia di sekolah agar sang anak dapat lulus di sekolah favorit tersebut.
Pergi ke sekolah bagi siswa
merupakan suatu hak sekaligus kewajiban sebagai sarana mengenyam pendidikan
dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Sayang, kenyataannya
banyak remaja yang enggan melakukannya tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Sampai disekolah melakukan interaksi pembelajaran, siswa tersebut ternyata
tidak memenuhi standar kompeten yang di ingin kan. Hal hasil, untuk dapat terus bertahan
disekolah favorit dengan memiliki nilai yang tinggi, tidak segan-segan orang
tua selaku pendidik dirumah membeli kunci jawaban ketika ujian, bahkan sang
guru pun dengan senang hati menerima tawaran dan melakukan tawaran tersebut
tanpa ada rasa beban.
Banyak guru yang beralasan dengan cara tersebut, maka anak didik akan
memdapatkan nilai yang tinggi, dengan itu si guru pun akan mendapatkan predikat
keberhasilan mengajar sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh si guru tadi.
Padahal dengan membocorkan kunci jawaban tersebut, bukan lah hal satu- satu nya
yang harus dilakukan untuk mendapatkan predikat kesuksesan dalam mengajar.
Entah apa yang ada dalam
fikiran seorang Guru ketika mereka memberikan beberapa jawaban dari soal ujian
yang telah dikerjakan oleh murid-murid di sekolah mereka saat ujian itu
berlangsung. Faktor lain guru beranggapan untuk menjaga nama baik itu para
oknum guru “membantu” para siswanya dengan memberikan kunci jawaban dari
beberapa soal yang di ujikan saat ujian berangsung.
Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan
kepada guru untuk muridnya, atas makna dari pembocoran kunci jawaban saat dilangsungkannya
ujian :
1. Oknum-oknum Guru yang memberikan
kunci jawaban kepada siswa-siswa didiknya
Berarti perbuatan tersebut sama dengan
mengajarkan korupsi kepada murid-muridnya. Karena mendapatkan jawaban yang
bukan hak siswa (atas usaha jujurnya mengerjakan soal-soal ujian) adalah
perbuatkan korupsi, yakni mengambil sesuatu yang bukan haknya untuk diambil
tanpa usaha jujur dari dirinya sendiri. Tindakan itu tak lebih dari perbuatan
sogok-menyogok antara oknum guru dan siswa; penyogok adalah Guru, dan yang
disogok adalah para siswa, dengan imbalan nilai-nilai siswa bisa bagus, nama
baik sekolah bisa terangkat dan terkenal bagus, serta pihak guru menjadi “aman”
dalam statusnya menjaga nama baik sekolahnya.
2. Kalau kejadian itu terulang
kembali, dimana saat ujian masih ada oknum guru yang memberikan jawaban saat
ujian berlangsung, saya katakan kepada siswa untuk mengatakan kepada gurunya
“Ibu Guru memberikan jawaban soal ujian kepada kami sama saja mengajarkan kami
KORUPSI!”.
3. Saya pesankan kepada murid-murid
didik saya di tempat les untuk jangan pernah mencontek, meminta jawaban, atau
menerima jawaban selama proses ujian berlangsung, karena tindakan itu tindakan
yang berdosa dan tidak disenangi Tuhan. Tindakan curang itu sama saja dengan
korupsi, mengambil sesuatu atau menerima sesuatu, atau memberi sesuatu yang
bukan haknya untuk diterima orang lain tanpa usaha jujur orang yang diberinya.
Banyaknya oknum guru yang
memberikan bocoran kepada anak didiknya membuat anak didiknya menjadi malas
berlajar terutama anak yang bandel yang kesehariannya main saja. Saya pribadi
sangat heran terhadap mereka-mereka yang katanya “Guru” yang memiliki tugas
atas amanah yang di berikan kepadanya untuk mendidik generasi penerus ini
menjadi manusia yang berbudi pekerti yang luhur dan berilmu pengetahuan yang
luas, tetapi mengapa “lakon”-nya seperti itu. Apakah mereka tidak berfikir
bahwa tindakan curang itu sama saja membunuh karakter diri mereka sendiri dan
status yang mereka sandang sebagai pendidik? Harusnya oknum-oknum guru itu
dipertahankan sebagai pendidik? Perbuatan itu sama saja merusak nilai-nilai
kebenaran dan keadilan. Sebenarnya dalam urusan pendidikan yang harus
diperbaiki sudah terlalu komplek untuk dijabarkan, dari mulai sistem
pendidikan, pelaku pendidikan, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan dan sebagainya. tapi yang paling intinya bisa
mulai dari diri kita sendiri, yaitu dengan menanamkan pola pikir yang postif,
dengan percaya pada diri anda sendiri, andalah yang membawa diri anda sendiri,
akui kemampuan anda sampai dimana, uji kemampuan pendidikan anda sampai dimana
dengan tidak pernah nyontek, bersemangatlah dengan kemampuan anda, percayalah
pada diri anda sendiri.
Gambar 1.11 Guru Telat Ngajar
Guru yang
tidak perlu dipertahankan dalam sekolah adalah guru yang pemalas. Tugas seorang
guru adalah mengajar dan menyampaikan materi kesiswa, tetapi tipe guru ini suka
meninggalkan jam pelajaran, oleh karena itu disebut sebagai guru pemalas,
maksudnya malas mengajar. Kalau ditanya ada saja alasannya, ya adanya
kepentingan keluarga, ya sakitlah, dan alasan ini itu lainnya.
Dari beberapa faktor
penunjang keberhasilan pendidikan sehingga mampu melahirkan siswa yang
berprestasi , faktor guru sangat dominan adanya. Peran guru sangat penting
terhadap baik buruknya mutu pendidikan. Ungkapan “guru kencing berdiri
murid kencing berlari” rasanya masih belum usang. Bila sampai sangat
ini mutu pendidikan di Indonesia
dinilai oleh berbagai pihak masih relatif rendah, maka perlu diakui salah satu
penyebab utamanya adalah kualitas kompetensi guru relatif rendah, di samping
faktor-faktor lain yang menjadi penyebabnya. Misalnya, sarana prasarana
pendidikan yang kurang refresentatif, manajemen pendidikan yang masih carut
marut.
Penyebab guru
sering terlambat saat ke sekolah terjadi karena beberapa hal. Bisa jadi factor keluarga,
Lingkungan, dan kebiasaan pada guru itu sendiri. Keterlambatan ini menyebabkan
guru sering mendapatkan teguran dari sekolah. Dampaknya, siswa didik akan
cenderung meniru kebiasaan dari sang guru. Berikut ada beberapa factor yang
menyebabkan guru cenderung sering terlambat saat mengajar :
1. Faktor Lingkungan
Pergaulan
adalah hal yang paling cepat mempengaruhi. Terutama dengan siapa si guru
berteman. Misalnya, lingkungan seorang guru berada ditengah masyarakat yang
terbiasa disiplin mengatur waktu. Mulai pagi hingga malam, semuanya telah
terjadwal dengan baik. Termasuk dalam mengatur waktu kerjanya.Lingkungan yang
seperti ini biasanya mempengaruhi aktifitas seorang guru Sebelum subuh sudah
bangun dan melalukan aktifitas akan
melatih diri untuk bangun lebih awal. Jika sudah terbiasa seperti ini, cerita
keterlambatan akan mungkin sudah tidak terdengar lagi.
Jika kita
sebagai guru, tidak hidup pada lingkungan seperti itu. Maka kita bisa
menciptakan lingkungan seperti itu dalam lingkungan sekolah. Kerjasama antar
angggota sekolah sangat dibutuhkan. anggap saja bekerja dalam tim. awalnya
memang susah, seiring kebiasaan segalanya akan terlampaui dengan baik.
2. Faktor Pribadi
Rasa malas
ialah penyakit yang hanya bisa disembuhkan oleh diri kita sendiri. Bagaimana
pun guru merupakan wadah bentuk motivasi dan contoh yang diberikan kepada siswa
untuk tidak terlambat masuk sekolah, tidak akan ada gunanya jika guru tidak
menginginkan perubahan itu. Namun, sebagai seorang guru kita harus belajar
memahami alasan kenapa diri kita tidak mau berubah dalam hal kedisiplinan. Guru
adalah orang tua kedua setelah Ayah dan Ibu. Karakter Guru bermacam-macam, yang
sesuai dengan hati si anak akan jadi Guru favorit di sekolah. Begitu
sebaliknya, jika Gurunya dianggap tidak asik dimata si anak maka akan menjadi
orang yang sangat menyebalkan.
Mengulur waktu
dengan bermalas-malasan di rumah atau mengulur waktu di kamar mandi, merupakan
kebiasaan yang harus dirubah. Hasilnya adalah guru sengaja berangkat terlambat
ke sekolah. Banyak pihak berpendapat bahwa rendahnya mutu pendidikan merupakan
salah satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai
keahlian dan keterampilan untuk memenuhi tuntutan pembangunan bangsa di
berbagai bidang. Rendahnya mutu pendidikan terkait dengan skenario yang
digunakan oleh pemerintah dalam membangun pendidikan yang selama ini lebih
menekankan pada pendekatan input dan output. Pemerintah berkeyakinan bahwa
dengan meningkatkan mutu input maka dengan sendirinya akan dapat meningkatkan mutu
output. Dengan keyakinan tersebut, kebijakan dan upaya yang ditempuh pemerintah
adalah pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan guru, menatar para
guru, dan menyediakan dana operasional pendidikan secara lebih memadai.
Kenyataan tersebut memberi gambaran umum bahwa pendekatan input dan output
secara makro belum menjamin peningkatan mutu sekolah dalam rangka meningkatkan
dan meratakan mutu pendidikan.
Profesionalisasi
guru telah banyak dilakukan namun pelaksanaannya masih dihadapkan pada berbagai
kendala, baik dilingkungan Depdiknas, maupun di lembaga pencetak guru. Kendala
yang muncul di lembaga pencetak guru antara lain : tidak adanya lembaga secara
khusus untuk menangani dan menyiapkan guru seperti IKIP pada masa lalu.
Kemudian profesi guru belum menjadi pilihan utama bagi lulusan sekolah
menengah, sehingga kualitas masukan (input) nya rendah. Bagi guru yang kurang
memanfaatkan waktunya dengan baik, maka tidak akan banyak prestasi yang ia
boleh raih dalam hidupnya. Dia akan terbunuh oleh waktu yang ia
sia-siakan. Karena itu guru harus sensitif terhadap waktu. Terjaga dari sesuatu
yang kurang bermanfaat. Setiap saat kita memuliakan waktu, maka waktu akan
menjadikan kita orang mulia. Karena itu, kualiti seorang guru terlihat dari
cara ia memperlakukan waktu dengan baik. Guru yang berjaya dalam hidupnya
adalah yang pandai urus waktu dengan baik. Waktunya benar-benar sangat berharga
dan berkualiti. Setiap waktunya diurus dengan baik. Guru harus pandai mengatur rutin harian
kerjayanya. Jangan sampai guru terjebak sendiri dengan rutinnya yang tidak
menjadi dia menjadi seorang guru dapat dicontohi oleh pelajarnya. Guru harus
pandai dalam membahagikan waktu kerjanya. Buatlah jadual yang berencana.
Buang kebiasan-kebiasaan yang membawa guru untuk tidak terjebak di dalam rutin
kerja, misalnya : membuat diari atau catatan harian yang ditulis dalam buku
guru. Rutin kerja harian tanpa disadar membuat guru terjerumus menjadi guru
yang kurang berkualitas. Hari-harinya diisi hanya untuk mengajar saja. Dia
tidak mendidik pelajarnya dengan hati yang bersungguh-sungguh. Waktunya di
sekolah hanya terbatas sebagai tugas rutin mengajar yang tidak mempunya nilai
apa-apa. Guru hanya melakukan pemindahan ilmu. Dia mengganggap pekerjaan itu
adalah kerja sahaja, karena itu dia berusaha kuat untuk diperlihatkan baik
oleh pentas di sekolah. Tak ada upaya untuk keluar dari rutin kerjanya
yang sudah membosankan. Bahkan sampai saatnya ia pensiun.
Berikan contoh
yang baik pada anak didik, datang tepat waktu, masuk kelas tepat waktu,
mengajar dengan hati yang ikhlas, memiliki rasa saying dan cinta terhadap anak
didikmerupakan salah satu factor agar dapat menghindari rasa amarah. Sudah
seharusnya setiap orang mengakui bahwa dirinya adalah seorang guru/pendidik,
bagaimana tidak, setiap sisi kehidupan rasanya kita tidak pernah lepas dari
sebuah ungkapan "TAKE AND GIVE". Pada prosesnya hal ini menempatkan
kita sebagai seorang guru atau pendidik. Seluruh jiwa guru itu harus diabdikan
kepada usaha mendorong muridnya untuk giat dan maju. Ia harus merupakanseorang
pribadi yang ulung, yang berkompentensi bersama rekan-rekannya dalam menunaikan
tugasnya.
12. Guru Matre
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul
untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk
mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak
(TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki
pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Pendidikan
berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau
gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah
sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh
pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan
bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari
tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi
Pemerintah untuk ‘cuci tangan’.
Bukan berarti guru bersikap seenaknya dalam memungut biaya pada siswa tanpa
ada alas an khusus.
Setiap saat anda membantu
orang lain untuk melakukan langkah maju dalam belajar atau melakukan sesuatu,
maka anda adalah seorang guru. Tentu saja ada guru yang dinamis, ada yang
melempem, ada yang berjiwa kreatif dan mendorong semangat anak-anak didiknya
untuk memanfaatkan segala tenaga yang ada untuk maju. Seluruh jiwa guru itu
harus diabdikan kepada usaha mendorong muridnya untuk giat dan maju. Ia harus
merupakanseorang pribadi yang ulung, yang berkompentensi bersama rekan-rekannya
dalam menunaikan tugasnya. Untuk bisa merangsang orang yang malas,
menanggulangi kesulitan, mendorong yang lamban, dan membimbing mereka semua.
Pendidikan
mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Pada
umumnya, pendidikan diakui sebagai suatu investasi sumber daya manusia.
Pendidikan ini memberi sumbangan terhadap pembangunan sosial ekonomi melalui cara-cara
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap, dan produktivitas.
Bagi masyarakat secara umum, pendidikan bermanfaat untuk teknologi demi
kemajuan di bidang sosial dan ekonomi, karena manfaatnya luas dan dapat meresap
ke berbagai bidang, maka pembangunan pendidikan seyogyanya harus menjadi
perhatian utama bagi semua kehidupan bangsa[21].
Pembiayaan pendidikan adalah sebagai nilai rupiah dari seluruh sumber daya
(input) dan berbagai efisiensi yang digunakan dan dilakukan untuk suatu
kegiatan pendidik[22].
Guru pekerja merupakan
guru yang yang bekerja tanpa adanya adanya tanggungjawab sebagai seorang guru,
tetapi lebih cenderung kepengajar. Dalam bahasa jawa disebutkan bahwa yang
namanya guru adalah “diGUgu dan ditiRU”. Tetapi untuk
guru pekerja, tanggungjawab kepada akhlak tidak
begitu dipentingkan, yang penting, tugas menyampaikan materi selesai, berarti
selesai sudah tanggungjawabnya.
Guru komersil
– Mungkin mirip dengan tipe yang di atas tetapi dia mengajar di banyak lembaga
pendidikan dan sekolah, orientasinya adalah uang, jadi mengapa disebut sebagai
guru komersil. Selain itu, banyak juga guru yang mempunyai pekerja sampingan
diluar, dan menomor duakan pekerjaan guru tersebut. Guru ini biasanya juga
tidak bisa dijadikan guru teladan, walaupun beberapa guru teta pada yang masuk
kekriteria pertama.
Guru matre
adalah guru yang memandang nilai dari segi uang. Mau nilai tinggi tergantung
dari besar kecilnya uang yang diberikan. Anak-anak disuruh membeli buku, LKS
atau modul yang terkadang buku-buku tersebut tidak lah disentuh oleh guru
tersebut saat melakukan interaksi pembelajaran. Untuk anak yang nilai rendah,
biasanya disekolah selalu di adakan remedial untuk memperbaiki nilai-nilai
siswa didik agar bisa sesuai dengan standar nilai yang diberikan oleg guru mata
pelajaran. Guru sering meminta sesuatu hal yang tidak masuk akal untuk bisa
mendongkrak nilai siswa yang rendah tersebut, misalkan si anak diwajibkan untuk
bisa membeli buku mata pelajaran dengan penerbit yang telah ditentukan atau
siswa diwajibkan untuk mengikutiles privat pada guru yang bersangkutan. Sebagai
seorang guru, seharusnya tahu apa yang di inginkan dan apa yang ada pada anak
didiknya. Tidak semua orang tua anak didik memiliki keuangan yang memadai.
Banyak orangtua yang menyekolahkan anak-anaknya dengan membanting tulang siang
malam tanpa mengenal waktu hanya untuk mewujudkan cita-cita agar merubah nasib
anaknya menjadi lebih baik dari apa yang orangtua nya rasakan. Terkadang banyak
orangtua yang mengharapkan bantuan atau bea siswa dari sekolah-sekolah.
Memberikan les bimbingan terkadang juga hanya akal-akal an si guru saja untuk
menambah pengetahuan,padahal tujuan utamanya adalah untuk bisa mengumpulkan dan
menambah penghasilan guru tersebut di luar gajinya. Anak-anak pasti lah merasa
harus ikut les tambahan tersebut, karena biasanya guru sering memberikan nilai
tembak alias nilai tinggi bagi anak yang ikut les tambahan padanya dan nilai
standar rata untuk anak yang tidak mengikuti les tambahan tersebut. Jika ini
adalah gambaran bagi para guru-guru yang ada, alangkah rendahnya moral dan
derajad seorang guru. Padahal guru adalah panutan bagi siswa disekolah,
oarngtua yang mendidik dan memperhatikan siswa dikala disekolah.
Jadi lah guru yang
dinamis, bersikap sungguh-sungguh dan curahkan minat anda sepenuhnya dalam apa
yang anda ajarkan itu. Rangsanglah anak didik anda , buatlah bahan yang
diajarkan itu sesuatu yang mereka rasakan, mereka membutuhkannya. Bangkitkan
semangat sesama para pendidik yang bertugas sebagai pengajar. Dorong mereka
berusaha sekuat mereka bisa. Dekatilah
anak didik anda dengan kepribadian anda, dan bukannya sekedar berdasarkan
kewibawaan anda sebagai pengajar.
Pergunakanlah setiap segi
pribadi anda yang dinamis untuk membangkitkan minat, rasa keterlibatan, dan kasih
sayang terhadap mereka. Rangsanglah mereka dengan mengajarkan sesuatu yang baru
atau berbeda dengan apa yang mereka ketahui. Peliharalah mereka dari suasana
kebosanan dengan jalan menciptakan segala macam variasi. Pakailah pribadi anda
yang baru, teknik dan metode yang baru, alat yang baru. Anda dapat mengajarkan
sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang baru, bukan hanya memaksakan
sesuatu pada anak didiknya.
13.
Guru Ngajar Modal Marah- Marah
Menurut istilah, marah
adalah perubahan internal atau emosional yang menimbulkan penyerangan dan
penyiksaan guna mengobati apa yang ada di dalam hati. Peubahan yang keras di
sebut “ al Ghaizh” sebagai kemarahan yang hebat. Marah merupakan kekuatan setan
yang disimpa oleh Allah swt didalam diri manusia. Al Ghszali (Najar,2001 )
mengatakan adanya marah didalam didirinya manusia untuk menjaga dari kerusakan
dan untuk menolak kehancuran. Dalam pandangan
ilmu psokologi manusia adalah makhluk yang mempunyai emosi. Emosi adalah
keadaan jiwa yang menampakan diri dengan sesuatu perubahan yang jelas pada
tubuh (the state of mind that manifest it self by a perceptible change in the
body). Psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang
perilaku individu dalam berinteraksi dalam lingkungannya. Emosi manusia dapat
dibedakan dalam dua macam: pertama
emosi yang halus, misalnya kasih sayang, kedua
emosi yang kasar seperti marah , ini akan menghambat dalam mencapai kesuksesan.
Psikologi pendidikan
mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan. Pendidikan memang tidak
bisa lepas dari psikologi, sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangat lah
besar. Kegiatan pendidikan khususnya pada pendidikan formal seperti
pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, proses evaluasi dan layanan
bimbingan dan konseling merupakan kegiatan utama dalam pendidikan yang di
dalamnya tidak bisa lepas dari psikologi
Kerja guru adalah
profesional yang sangat mulia. Para guru
hendaknya menyadari profesion yang mulia ini. Guru harus dapat memahami peranan
dan fungsi guru di sekolah. Guru sekarang bukan hanya guru yang mampu
memindahkan ilmunya dengan baik, tetapi juga mampu ditiru untuk memberikan
contoh tauladan yang tidak hanya terbatas ucapan tapi juga tindakan. Kerja guru
adalah profesional yang bukan hanya mulia dimata manusia, tetapi juga di
mata Illahi. Karena itu guru harus dapat mengajar dan mendidik dengan hatinya
agar dapat menjadi mulia. Hati yang bersih dan suci akan terpancar dari
wajahnya yang selalu ceria, senang, dan selalu menerapkan 5S dalam kerja
hariannya ( Salam, Sapa, Sopan, Senyum, dan Sabar).
Kemarahan atau
tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan oleh seorang guru tanpa menyakiti
orang lain akan memberikan kegelapan pada siswa dan akan menimbulkan masalah,
frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagalnya mencapai tujuan yang tidak
relistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Agrasif adalah prilaku
yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk
destruktif dan masih terkontrol. Ngamuk juga merupakan perasaan marah dan
permusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol. Efektifitas komunikasi guru
dengan peserta didik merupakan keharusan, agar berkomunikasi kepada siswa-siswa
dalam bahasa yang mudah dicerna, dimengerti, dan terhadap orang dewasa jangan
berkomunikasi seperti komunikasi terhadap anak-anak[23]. Pebelajar harus pandai berkomunikasi
secara verbal dengan berbicara yang cermat dan dimengerti, dituntut pula untuk
pandai menggunakan komunikasi non verbal. Sulit dibayangkan bagaimana kita bisa
berkomunikasi dalam cara yang benar-benar manusiawi
Adapun proses respons
terhadap kemarahan dapat diungkap melalui tiga cara, yang pertama mengungkap
secara perbal, kedua, menekan, ketiga, menentang. Sistem syaraf otonam bereaksi
terhadap sekresi epinerpin sehingga tekanan darah meningkat, takidarki (
frekuensi denyut jantung meningkat ) wajah memerah, pupil membengkak, frekuensi
pembuangan urin meningkat. Sering kali guru merasa tidak berdaya, putus asa,
frustasi, ngamuk, ingin berkelahi, dendam, bermusuhan, sakit hati, menyalahkan
dan menuntut. Keyakinan, nilai dan moral mempengaruhi terhadap ungkapan
lingkungan dengan tidak mempedulikan moral. Kelelahan yang
berlebihan, permasalahan yang menumpuk pada seorang guru, menilai dirinya
rendah dari yang sebenarnya.atau menilai dirinya melebihi dari yang sebenarnya.
Pada saat marah akal seorang guru seolah-olah tertutup dan terhalang, maka
manusia menjadi tidak mampu untuk mengendalikan diri. Padahal guru memiliki
pengetahuan dan wawasan luas, mengetahui apa yang seharusnya dia lakukan untuk
menghindari rasa marah.
Orang marah suka melakukan
apa yang tidak diketahui dan tidak didasarinya. Nabi Muhammad saw melarang
pelaksanaan setiap perkara yang menjerumuskan kedalam alasan yang hina, sabda
beliau, “ Jauhkanlah dirimu
dari setiap perkara yan menuntut pemberian alasan”. Amarah akan
menimbulkan banyak kesalahan serta membawa seseorang terjerumus kedakam
berbagai kemaksiatan dan keburukan, maka ia akan mendapatkan azab yang berat
baik di dunia maupun di akhirat.
Sebagaimana
kita ketahui bersama bahwa seorang guru harus mempunyai sebuah jiwa yang
“harusnya” cukup berbeda dengan karakteristik yang lainnya. Guru teladan merupakan
sosok seorang guru yang memang benar-benar seorang guru. Guru disini maksudnya
adalah semua sifat yang dimiliki oleh guru tersebut memang bisa diteladani oleh
semua unsur yang ada disekolah. Hal tersebut karena sifat dari guru yang
bersangkutan memang bisa dijadikan contoh dan teladan bagi setiap orang, baik
itu akhlak maupun budi pekertinya.
Jadilah guru
yang dinamis, pakailah
alat yang termasyur saat ini, sesuaikan metode anda dengan kebutuhan dan
lingkungan sosial orang-orang disekitar anda (masyarakat dan anak didik) yang
anda ajar. Alih-pindahkan gagasan bagus kepada mereka, yang dapat anda timba
dari pengetahuan dan pengalaman anda.
Hendaklah anda bersikap
luwes. Kalau cara lama tidak mempan lagi, rubahlah dan ganti dengan cara yang
lain. Tinjaulah kembali kemungkinan itu. Bertindaklah cekatan dalam
menyesuaikan keadaan. Sebab tidak ada sesuatu halpun yang tetap sama
keadaannya, termasuk juga rencana pelajaran, lay out ruang kelas dan lain-lain.
Doronglah anak didik anda untuk merasa senang dalam menggunakan pikiran mereka
secara aktif dan kreatif, lalu bantulah mereka untuk memecahkan masalah secara
memuaskan sebagai akibat dari tindakan melaksanakan jalan pikiran mereka itu.
Gunakanlah daya cipta itu
didalam diri anda sendiri dan rangsanglah dari diri orang lain. Bangkitkan rasa
ingin tahu anak didik anda, hidupkan daya ekspresi, buka jalan pikiran mereka,
libatkan mereka dengan ide-ide kreatif anda bisa menelorkan hasil kreatif
peserta didik anda. Anda sendiri harus menjadi seorang pendidik kreatif, maka
anda akan dapat memupuk pelajar yang kreatif pula.
Mengajar yang dinamis
membutuhkan daya eksperimen, serba giat dan kemampuan menyesuaikan diri dengan
teori keilmuan dan metode yang berkembang, selain itu pula dapat ditunjang
dengan senantiasa berpikir positif dan mengasah pisau kreatifitas anda serta
jadikan pula pikir anda motor untuk berjalan terus maju ke arah perubahan yang
dinamis. Camkanlah bahwa Segala sesuatu yang dikerjakannya tak perlu selalu di
awali dan di akhiri dengan amarah, Segala yang dikerjakan tak perlu langsung
harus berhasil,Segala yang diperbuatnya tak perlu mesti sempurna.
14. Guru Tidak tau Kebersihan
Seringkali kita mendengar
slogan-slogan di berbagai tempat terutama di sekolah, yang isinya mengajak kita
untuk menjaga kebersihan lingkungan. Akan tetapi slogan tadi tidak kita pedulikan,
slogan tadi fungsinya hanya seperti hiasan belaka tanpa ada isinya, padahal isi
dari sebuah slogan sangat penting bagi kita. Banyak slogan yang mengajak
kita untuk menjaga kebersihan, tapi apa kenyataannya?
Siswa masih membuang sampah sembarangan, selain ini siswa juga merobek-robek
kertas dalam kelas dan bila memakan jajan di tempat A
bungkusnya dibuangnya juga di tempat A, padahal di tempat-tempat tersebut telah
disediakan tempat sampah. Masih seputaran mengenai sampah, selain siswa
dilingkungan sekolah, seorang guru pun mampu untuk memberikan contoh yang tidak
baik pada siswa nya. Banyak para guru yang cenderung hidup keaarah kotor alias
jorok, contoh nyata sering guru membuang sampah bukan pada tempatnya.
Dari contoh sederhana,
misalkan seseorang terbiasa membuang sampah sembarangan, maka hal itu akan menjadi kebiasaan (habit). Pada saat makan
permen, bungkus permen tersebut dibuang begitu saja. Bisa jadi tidak jauh dari
orang tersebut membuang bungkus permen terdapat tempat sampah, tapi lebih memilih
praktisnya saja, “Dibuang disini saja lah, toh juga banyak yang begitu”. Yah, simple memang sih, tapi
bayangkan saja kalau di tempat yang sama ada 10 orang saja yang mempunyai
perilaku serupa, di tempat tersebut tercecer bungkus-bungkus permen yang pastinya
merusak pemandangan. Itu baru bungkus permen, belum lagi botol minuman mineral,
dan sampah-sampah lain yang sering kita temui di jalan.
Kebersihan
sebagian dari iman, jika guru memiliki iman dan kepercayaan pasti lah dia tahu
dan mengerti arti dari kebersihan. Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk
di antaranya, debu, sampah, dan bau. Di zaman modern,
setelah Louis Pasteur menemukan proses penularan penyakit
atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia
berbahaya.
Kebersihan
adalah salah satu tanda dari keadaan higiene yang baik. Manusia perlu
menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak
malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri
sendiri maupun orang lain. Kebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri,
seperti mandi, menyikat gigi,
mencuci
tangan, dan memakai pakaian yang bersih. Kepribadian adalah keseluruhan cara di
mana seorang individu
bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain[24]. Kepribadian paling sering
dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang
ditunjukkan oleh seseorang[25].
Kebersihan lingkungan
merupakan keadaan bebas dari kotoran, termasuk di dalamnya, debu, sampah, dan
bau. Di Indonesia, masalah kebersihan lingkungan selalu menjadi perdebatan dan
masalah yang berkembang. Kasus-kasus yang menyangkut masalah kebersihan
lingkungan setiap tahunnya terus meningkat.
Problem tentang kebersihan
lingkungan yang tidak kondusif dikarenakan guru selalu tidak sadar akah hal
kebersihan lingkungan. Tempat pembuangan kotoran tidak dipergunakan dan dirawat
dengan baik. Akibatnya masalah diare, penyakit kulit, penyakit usus, penyakit
pernafasan dan penyakit lain yang disebabkan air dan udara sering menyerang
golongan keluarga ekonomi lemah.
Berikut Tips dan trik
menjaga kebersihan
lingkungan untuk sang guru:
- Dimulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada anak didik bagaimana menjaga kebersihan lingkungan.
- Selalu Libatkan tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk memberikan pengarahan kepada siswa akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
- Sertkan para siswa untuk ikut aktif menjaga kebersihan lingkungan.
- Perbanyak tempat sampah di sekitar lingkungan anda
- Sosialisakan kepada guru-guru untuk terbiasa memilah sampah rumah tangga menjadi sampah organik dan non organik.
- Pelajari teknologi pembuatan kompos dari sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali untuk pupuk
- Kreatif, Dengan membuat souvenir atau kerajinan tangan dengan memanfaatkan sampah.
- Atur jadwal untuk kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan.
Seorang guru sering
menganggap remeh hal-hal kecil yang dilakukannya, tapi apabila itu dilakukan
terus-menerus, maka akan menjadi kebiasaan. Kalau hal yang menjadi kebiasaan
tersebut adalah hal yang baik no problem, kalau merupakan hal yang buruk?
Terlebih lagi hal yang sudah menjadi kebiasaan, akan sulit untuk diubah, tetapi
bukan berarti tidak mungkin untuk mengubahnya.
Kembali ke masalah
kebiasaan, contoh yang lain yaitu meludah sembarangan. efeknya luar biasa. Banyak penyakit
yang menular melalui ludah, salah satunya TBC. Misalkan seorang guru membuang
ludah sembarangan (seandainya orang tersebut menderita penyakit yang dapat
menular melalui ludah), ketika ludah yang guru buang tadi mengering, kemudian
basil penyakit tersebut diterbangkan oleh angin dan terhirup oleh orang lain,
maka orang tersebut dapat tertular penyakit yang bersangkutan. Selain itu,
terlalu sering membuang ludah akan membuat seseorang kehilangan alat pertahanan
tubuh. Jadi, kenapa orang-orang malah hobi meludah sembarangan? Padahal, selain
tak sedap dipandang, kebiasaan tersebut merugikan.
Lepas dari masalah
kesehatan, meludah di sembarang tempat jadi salah satu tanda masyarakat tak
beradab. Tapi, siapa yang peduli? Berbeda sekali dengan Singapura yang
menghadiahi orang yang meludah di sembarang tempat dengan denda. Penduduk
Siangapura sadar betul kalau meludah itu menjijikkan dan dapat menularkan
penyakit. Sikap sadar diri itu sepertinya juga harus ditanamkan ke masyarakat
kita. So, kembali lagi, faktor
kebiasaan, tapi mempunyai efek luar biasa. Bagaimana kalau kita memulainya dari
diri sendiri?
Mendidik itu tidak mudah.
Mendidik memerlukan banyak strategi karena anak didik berasal dari keluarga
yang heterogen. Janganlah guru disumpah serapah jika melakukan sesuatu yang
memang diperlukan. Dan langkah itu adalah tindakan keras alias disiplin. Dalam proses pembelajaran sikap tanggung jawab dalam diri seseorang
perlu ditekankan. Dalam budaya lingkungan sekolah harus selalu menekankan
kepada anak-anak bahwa mereka harus membuang sampah sesuai dengan tempatnya,
15.
Guru yang Suka Memukul
Miris. Satu kata yang
spontan membuat saya tersentak, terhenyak, dan manajamkan pandangan tak
percaya. Barangkali pembaca menanggapi gambar peristiwa di atas sebagai sesuatu
yang tak pantas dieksplore, silahkan. Namun, bagi saya sebuah kemirisan yang
jelas tercermin dari satu slide penangkapan panca indera itu bukanlah kesiaan
belaka. Inilah salah satu potret karakter bangsa kita yang selayaknya disudahi.
Terlebih, jika pelakunya adalah para praktisi dan akademisi di bidang
pendidikan. Panutan dan suri tauladan generasi penerus bangsa, cerminan didikan
mereka sangat berpengaruh terhadap masa depan dan kehormatan negara kita
tercinta ini. Karena dari tangan-tangan merekalah awal mula kemajuan peradaban
bangsa bisa seperti sekarang.
Pernah
dikagetkan dengan sikap-sikap kasar dan jorok yang meluncur begitu saja dari sang
guru? Padahal kita merasa di sekolah merupakan tempat mendidik. Apa yang mesti
dilakukan oleh kita selaku orang tua untuk menghadapi hal semacam ini? Ada banyak alasan mengapa
guru kita bersikap kasar. Faktor yang mempengaruhi guru bersikap kasar, yang
paling umum adalah kesal terhadap anak didiknya yang tidak mau patuh pada
aturan si guru. Selain itu ada juga faktor lainnya, yaitu adanya perasaan guru
yang ingin menjadi superior, dalam arti biar siswa merasa takut dan segan pada
si guru. Pendapat lain menyatakan bahwa beberapa guru bersikap kasar ternyata
untuk meredakan ketegangannya sendiri serta dilandasi rasa ingin tahu dari
lingkungannya. Perilaku
negatif ini jangan sampai dibiarkan berlarut-larut karena lama kelamaan akan
menjadi kebiasaan. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam mengatasi masalah
ini adalah mencari tahu penyebab atau faktor-faktor yang mempengaruhi si
guru bersikap kasar.
Miskinnya interaksi antara
guru dengan anak didik telah membuat mereka tidak mengidolakan gurunya, malah
cukup banyak anak didik yang juga tidak mengenal nama guru-guru mereka dan
mereka hanya menyebut, “oh itu ibu sejarah, itu bapak olah raga, itu itu ibu PKN,
dan itu bapak matematika.” Akhirnya, siswa disalahkan sebagai generasi yang
kurang santun karena tidak pandai menghargai dan bertegur sapa karena nama
gurunya saja tidak kenal, padahal situasi ini tercipta karena gaya hidup guru itu sendiri. Karakter
fundamental (mendasar) yang menyebabkan terjadinya pembodohan pada anak didik
adalah karena kebisaaan atau kesenangan guru untuk menerapkan metode mengajar
tradisionil atau konvensional.
Kekerasan merupakan
tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan
lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau
menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang
dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai-nilai
sosial yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang. Istilah “kekerasan”
juga mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak.
Kerusakan harta benda biasanya dianggap masalah kecil dibandingkan dengan
kekerasan terhadap orang.
Perilaku sosial guru yang
lazim terjadi di sekolah , walaupun tentu saja tidak semua guru yang demikian,
adalah duduk berkelompok di seputar sekolah, berbagi gossip, mengepulkan asap
rokok bagi guru perokok, masuk kelas diperlambat saat lonceng berdering, masuk
kelas dengan lesu karena membayangkan wajah siswa yang pemalas, marah-marah,
memberi segudang nasehat, mendiktekan pelajaran sebagai strategi CBSA (catat
buku sampai habis), berceramah, atau menyuruh siswa menjadi mesin fotokopi-
mencatat dan meringkas isi buku sampai pegal tangan siswa, dan mungkin keluar
kelas agak cepat. Tentu saja masih ada banyak guru yang melaksanakan tugas
sebagai guru yang profesional.
Lembaga pendidikan
mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk
peningkatan kualitas sumber daya insani. Kebesaran suatu bangsa seringkali
diukur dari sejauhmana masyarakatnya mengenyam pendidikan. Semakin tinggi
pendidikan yang dimiliki oleh suatu masyarakat, maka semakin majulah bangsa
tersebut. Kualitas pendidikan tidak saja dilihat dari kemegahan fasilitas
pendidikan yang dimiliki, tetapi sejauhmana output (lulusan) yang dihasilkan
oleh suatu lembaga pendidikan dapat memenuhi harapan, baik itu harapan peserta
didik, harapan orang tua, harapan masyarakat, maupun harapan bangsa.
Pendidikan merupakan upaya
manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuan dalam rangka membentuk nilai,
sikap, dan perilaku peserta didik. Sebagai upaya yang bukan saja membuahkan
manfaat yang besar, pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia yang sering dirasakan belum memenuhi harapan. Hal ini dirasakan banyak
lulusan pendidikan formal yang belum dapat memenuhi kriteria tuntutan lapangan
kerja yang tersedia, apalagi menciptakan lapangan kerja baru sebagai presentase
penguasaan ilmu yang diperolehnya dari lembaga pendidikan. Kondisi ini
merupakan gambaran rendahnya kualitas pendidikan kita.
Pendidikan memberikan
kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan
wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun
watak bangsa. Menyadari akan hal ini, pemerintah melakukan perubahan dan
penyempurnaan pengelolaan pendidikan yang salah satunya dikenal dengan istilah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Guru Gableg –
Merupakan guru yang paling parah. Tipe ini jelas masuk kedalam kategori yang
kedua, tetapi beberapa sifat guru tersebut malah sangat jauh melenceng dari
sifat seorang guru. Sebagai contoh guru mengajarkan kesiswa agar menjauhi
kekerasan, tetapi diluar sekolah, guru tersebut malah suka berantem, guru mengajarkan
agar siswanya rajin sholat, tetapi gurunya sendiri tidak pernah sholat.
Guru baik itu biasa, guru
jahat itu terlaknat. Guru jujur itu harus, guru malas harus diberantas.
Begitulah ungkapan-ungkapan sadis yang sering terdengar. Guru dianggap sebagai
makhluk bak malaikat yang mesti baik dan tidak boleh nakal. Jika berperilaku
sedikit galak alias tegas, sontak caci maki dan umpatan diterima. Dan guru
lagi-lagi mesti menanggung malu jika ia diberi hukuman masyarakat dan atau
atasannya.
Mendidik itu tidak mudah. Mendidik
memerlukan banyak strategi karena anak didik berasal dari keluarga yang
heterogen. Janganlah guru disumpah serapah jika melakukan sesuatu yang memang
diperlukan. Dan langkah itu adalah tindakan keras alias disiplin.
Ketika guru dihadapi situasi
pendidik, guru dituntut untuk menyelesaikan beragam pekerjaan. Sebagai
pendidik, jiwanya terpanggil untuk mengatasi problema yang dihadapinya. Jika
masalah itu bisa diselesaikan secara baik-baik, guru pun bersikap bijak. Anak
didiknya langsung dibina. Namun, guru terpaksa menggunakan
cara keras jika anak didiknya memang sulit diatur. Mendidik anak memerlukan strategi: dipaksa,
terpaksa, terbiasa, dan terbudaya. Anak-anak memang perlu dipaksa untuk menaati
peraturan dan atau tata tertib. Guru adalah teladan bagi murid-muridnya, guru
adalah inspirasi bagi murid baik dari hal yang kecil hingga hal yang besar.
Salah satu dari peran guru disekolah adalah memotivasi dan memberikan inspirasi
bagi muridnya serta memberikan contoh yang baik dan selalu menanamkan hidup
jujur, jadi hendaknya pemaksaan itu tidak diartikan sebagai tindakan kekerasan
kepada anak. Ibarat orang sakit, obat memang terasa pahit. Namun, obat itu
justru akan memberikan kesembuhan.
16.
Guru Mengobrol Jam Ngajar
Nggak konsentrasi
Mengajar di kelas menjadi factor penyebab utama guru tidak nyambung dan
semangat dalam menyampaikan materi. So, akhirnya membuat guru sering mencari
kesibukan lain supaya nggak bete, misalnya dengan ngobrol bareng guru yang lain.
Ngobrol atau
kata lain dari berbincang-bincang alias cakap-cakap, terkadang merupakan
sesuatu yang menyenangkan. Apalagi bila topik yang dibicarakan itu sesuatu yang
menarik. Namun tentu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisinya, tidak
harus di kelas saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.
Perbuatan
tidak baik sering dilalukan seorang guru, salah satunya mengobrol di dalam
kelas atau di luar kelas pada saat jam mengajar
Memang, banyak topik menarik yang bisa diobrolin di kelas, umumnya
seperti dunia olahraga seperti sepakbola atau basket. Bisa juga seputar
fashion, otomotif atau malah tentang asmara. Namun bukan tempatnya ngomongin hal
itu di kelas saat tugas guru mengajar atau dosen menyampaikan materi pelajaran.
Tetapi fenomena itulah yang kerap kali terjadi di ruang kelas atau di luar
kelas jam pelajaran. Biasanya seorang guru mengobrol bila sedang malas atau
tidak ada pelajaran yang siap di sampaikan untuk hari itu, bahkan ketika
sekolah lagi lengah, contohnya Kepala Sekolah sedang ke luar sekolah karena ada
urusan kantor. Kesempatan itu dimanfaatkan sebaik menungkin untuk
memperbincangkan sesuatu dengan guru yang lain..
Bagaimana
dengan guru-guru yang mengajar seenaknya sendiri. Datang ke sekolah terlambat.
Tidak segera masuk kelas malah ngobrol di kantor?. Bagaimana guru yang mengajar
dengan bahasa yang mengancam, menghina serta melaknat?. Bagimana dengan guru
yang mengajar dengan loyo dan tidak bersemangat, sekedar memberi soal dan
ditinggal tidur?. Bagaimana dengan guru-guru yang
asik merokok di lingkungan sekolah, atau bahkan yang merokok di depan kelas
saat mengajar?. Di
lain sisi kita menghimbau anak-anak hidup teratur, hidup sehat namun di sisi
lain kita malah menampilkan kenikmatan merokok di depan hidung mereka. Kita
menghimbau mereka ramah dan sopan, tetapi sikap dan tingkah laku kita
mengancam..
Sebagai
guru yang baik, yang merupakan pembimbing anak didiknya, seharusnya bias
memberikan motivasi dan inspirasi bagi siswa-siswanya. Mengajar adalah tugas
guru, oleh sebab itu guru harus bias memberikan sesuatu yang terbaik dan
menciptakan suasana kelas yang harmonis agar siswa merasa nyaman. Pengelolaan
kelas berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih
menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut
dalam suatu pembelajaran. Sedangkan
pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan
rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian
kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat
waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan
orang (peserta didik) dan fasilitas. Tolak ukur keberhasilan seorang guru dapat
ditentukan berdasarkan sikap dan perilaku anak-anak didiknya. Sebagai
pendidik, seorang guru akan merasa berhasil apabila anak-nak didiknya mau
bekerjasama dalam proses belajar mengajar. Makna
kerjasama adalah bersama-sama melakukan tugas dalam rangka proses pembelajaran.
Tetapi adakalanya sikap dan perilaku anak-anak didik menyebabkan seorang
guru tidak tahan dan ingin cepat-cepat menyelesaikan sesi
pembelajarannya. Guna berbagai metode sehingga pembelajaran bias berjalan
aktif dan menyenangkan. Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun
yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode
mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing
masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan
maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi
yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok
bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil
dibawakan oleh guru lain.
Adakalanya
seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok
babasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi
lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan
metode ceramah, kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan
diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab. Di sini bukan hanya guru yang aktif
berbicara, melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi. Seorang guru
yang pandai berpidato dengan segala humor dan variasinya, mungkin tidak
mengalami kesulitan dalam berbicara, ia dapat memukau siswa dan awal sampai
akhir pengajaran. Akan tetapi bagi seorang guru bicara, uraiannya akan terasa
kering, untuk itu ia dapat mengatasi dengan uraian sedikit saja, diselingi
tanya jawab, pemberian tugas, kerja kelompok atau diskusi sehingga kelemahan
dalam berbicara dapat ditutup dengan metoda lain.
Bosan dengan
metode ceramah, yang cenderung guru selalu mengoceh dan aktif dalam kelas,
banyak metode lain nya yang bisa digunakan sehingga guru tidak merasa bosan
dalam kelas dan anak pun akan merasa nyaman.
Contoh metode diskusi, Metode diskusi adalah cara penyampaian bahan
pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan
masalah. Dalam kehidupan modern ini banyak sekali masalah yang dihadapi oleh
manusia; sedemikian kompleksnya masalah tersebut, sehingga tak mungkin hanya
dipecahkan dengan satu jawaban saja, melainkan harus menggunakan segala
pengetahuan yang kita miliki untuk mencari pemecahan yang terbaik. Ada kemungkinan terdapat
lebih dari satu jawaban yang benar sehingga kita harus menemukan jawaban yang
paling tepat diantara sekian banyak jawaban tersebut. Kecakapan untuk
rnemecahkan masalah tersebut dapat dipelajari. Untuk itu siswa harus dilatih
sejak kecil. Persoalan yang kompleks sering kita jumpai dalam kehidupan
bermasyarakat karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar kerjasama. Dalarn hal
ini diskusi merupakan jalan yang banyak membeni kemungkinan pemecahan terbaik.
Selain membeni kesempatan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah,
juga dalam kehidupan yang demokratis, kita diajak untuk hidup bermusyawarah,
mencari keputusan keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak,
latihan untuk peranan kepemimpinan serta peranan peserta dalam kehidupan di
masyarakat.
Namun disadari
atau tidak, hobi mengobrol di kelas atau di luar kelas jam mengajar itu bisa
merugikan Anda dan siswa lainnya. Siswa yang serius mengikuti pelajaran bisa
terganggu konsentrasinya gara-gara kebiasaan mengobrol si guru. Meski berusaha
tetap fokus pada pelajaran, bukan berarti siswa anda akan nyaman dengan obrolan
kita. Intinya, ngobrol di kelas itu memang asyik saat kita sedang bete dengan
pelajaran. Namun keasyikan itu tidak sebanding dengan dampak negatif yang harus
kita terima. Selain bisa nggak nyambung dengan pelajaran, juga mengganggu
privasi siswa yang sedang kosentrasi buat belajar. Jadi, lebih baik hindari
ngobrol di kelas saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Bukan
begitu?
17.
Guru yang Suka Tidur
Guru pada gambar di atas
menghabiskan sebagain besar waktunya dengan tidur. Empat sampai lima kursi dengan tekun ia
susun berjejer memanjang. Mengantuk, di mata saya, adalah fenomena yang
sama-sama menarik. Tanpa bermaksud membenarkan atau menyalahkan, hal itu bisa
dilihat dalam persepsi dan makna berbeda. Bagi saya situasi itu menggambarkan
tentang bagaimana ketidakmauan seseorang terlibat atau berpartisipasi secara
penuh dalam suatu kegiatan atau hal tertentu.
Beberapa buku sekolah ia
tumpuk di kursi yang berada di baris paling depan, untuk nantinya ia gunakan
sebagai bantal. Dan singgasana ini akan segera mengantarnya ke alam mimpi pada
waktu jam mengajar atau istirahat, bahkan lebih seringnya ketika ia sedang
tidak ada jam mengajar. Nanti, begitu jam mengajarnya selesai, ia bangun,
merapikan baju dan dengan segera membawa buku untuk kemudian masuk ke kantor.
Begitu jam mengajar habis, maka kembalilah ia ke ruang guru dan segera menuju
tempat tidurnya yang unik. Berulang-ulang rutinitas ini di lakukan oleh sang
guru bahkan tiap harinya. Sehingga seluruh kepala sekolah, guru, bahkan
murid-murid hafal dengan kebiasaan ini.
Tidur didefinisikan
sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan
dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton &
Hall, 1997). Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses
fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari
keterjagaan. Kebutuhan tidur dan istirahat yang sesuai sama pentingnya dengan
kebutuhan nutrisi dan olahraga yang cukup bagi kesehatan. Menurut Hodgson
(1991) dalam Potter & Perry (2005), kegunaan tidur masih belum jelas, namun
diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan
kesehatan.
Tidur diperlukan untuk
memperbaiki proses biologis secara rutin, tubuh melepaskan hormon pertumbuhan
manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel khusus seperti
sel otak. Sintesa protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti
pada kulit, sumsung tulang, mukosa lambung terjadi juga selama tidur dan
istirahat Oswold (1984) dalam Potter & Perry (2005) kegunaan tidur yang
lain adalah selama tidur tubuh akan menyimpan energi. Ketika tidur terjadi
perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal,
peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin, sehingga membantu
penyimpanan memori dan pembelajaran maka tidur REM penting untuk pemulihan
kognitif. Tanpa kebutuhan tidur dan istirahat yang cukup, konsentrasi dan
pengambilan keputusan akan menurun. (Potter & Perry, 2005). Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat,
saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal Robinson
(1993), dalam Potter & Perry (2005).
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun (Alimul, 2006).
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun (Alimul, 2006).
Didalam proses
pembelajaran, terkadang kita menjumpai beberapa hambatan yang dirasa cukup
mengganggu. Hambatan-hambatan tersebut secara umum dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu yang datang dari kita sebagai siswa, yang datang dari guru, dan yang
datang dari lingkungan sekitar. Hambatan yang datang dari siswa biasanya
disebabkan oleh kesalahan siswa itu sendiri sehingga ia tidak bisa untuk
menerima pelajaran dengan baik. Hambatan yang ke dua ialah yang datangnya dari
guru. Hambatan ini biasanya terjadi karena guru menganggap dirinya sebagai
sumber ilmu sehingga terkadang mereka memandang siswa sebelah mata (meremehkan
kemampuan siswa). Hal ini sangat berpengaruh terhadap cara atau sikap ia
mengajar di kelas, contohnya ada guru yang sering tidur saat jam mengajar.
Aspek ketiga yang turut menghambat pross pembelajaran ialah lingkungan. Baik
disadari maupun tidak, lingkungan dapat mempengaruhi kelancaran suatu proses
pembelajaran. Lingkungan yang kondusif dapat membantu kelancaran proses belajar,
dan begitu pula sebaliknya.
Semakin menjamurnya
pendidikan yang ada di penjuru negeri ini ternyata tidak semuanya berdampak
terhadap kualitas manusia seutuhnya. Kalau dilihat dari segi kemampuan akademik
terjadi kenaikan dan perbaikan kualitas. Tapi jika ditinjau dari segi ahlaq
ternyata banyak terjadi kemerosotan yang signifikan. Banyak faktor sebenarnya
yang mempengaruhi kenapa terjadi penuruan kualitas kecerdasan emosional
(ahlaq). Namun menurut saya faktor yang paling utama adalah kualitas guru yang paling akurat dalam mewarnai dunia pendidikan.
Saya tidak bisa
membayangkan seperti apakah wajah murid yang nantinya akan ia bimbing. Saya pun
berdoa bahwa suatu hari guru yang memiliki sifat penidur ini akan berubah. Mampukah
guru penidur membimbing murid-muridnya untuk lulus atau naik kelas dengan nilai
baik? Dan bisakah ia tidak tidur ketika mengajar? Harapan itu lah yang
diberikan untuk guru yang hobi tidur.
18.
guru yang Tidak Adil Dalam Menilai
Gaya berhubungan disini adalah gaya berhubungan pada cara
guru berkomunikasi dan menjalin kerja sama dengan siswanya. Sebagai anak didik,
tentunya Anda pernah merasakan bagaimana jadi anak emas Bapak/Ibu Guru kan? Atau merasakan
bagaimana jadi bahan omelan? Semua itu pengalaman yang menarik dan banyak
pelajaran yang dapat diambil dari sikap Bapak/Ibu Guru tersebut. Tahukah Anda,
bahwa sikap yang seperi itu ialah cara mereka menjalin sebuah gaya berhubunga dengan siswanya. Siswa yang
menjadi anak emas pasti akan merasakan pengalaman yang luar biasa menyenangkan
dan membanggakan. Begitu pula sebaliknya.
Hubungan baik
atau buruk antara siswa dan Guru akan menciptakan sebuah pengalaman yang
selamanya menjadi kenangan dan cerita yang tak lekang dimakan zaman. Gaya berhubungan siswa
dengan Guru bentuknya bermacam-macam. Masih ingat tulisan yang berjudul
“Kriteria Guru Nyebelin di Mata Siswa”. Beberapa kriteria yang disebutkan dalam
tulisan itu ialah buah dari gaya
berhubungan Guru dan siswa yang. Kurang baik dan menyenangkan. Lalu, bagaimana
dengan gaya
berhubungan Guru dengan siswa yang menyenangkan.
Lihat beberapa
contoh berikut ini.
1. Guru yang tidak pernah membeda-bedakan
siswa mana yang lebih unggul dan tidak akan memberikan kesan kepada siswa bahwa
Guru tersebut berlaku adil. Ini salah satu gaya berhubungan Guru dengan siswanya supaya
siswanya ketika belajar tidak merasa dikotak-kotakkan. Dengan begitu guru
dengan gaya
berhubungan semacam ini akan menjadi pengajar yang banyak mendapatkan perhatian
dari siswa.
2. Guru yang suka memberikan penghargaan
setiap kali siswanya melakukan suatu hal yang baik dan menghasilkan prdikat
memuaskan. Misalnya Guru yang memberikan permen atau minuman secara cuma-cuma
kepada siswanya ketika semua siswa di kelas yang dia ajar tidak ada yang
remidi. Gaya
berhubungan semacan ini menjadikan Guru dan siswa saling menghargai. Guru
menghargai jerih payah siswanya dengan memberikan hadiah karena hasil belajar
yang memuaskan. Begitu pula sebaliknya siswa akan belajar giat setiap kali ada
tes dengan pertimbangan hadiah kecil namun berarti dari Guru mereka menjadi
penghargaan yanng luar biasa.
3. Guru yang selalu menemani siswanya
ketika ada pertandingan. Biasanya hal semacam ini dilakukan oleh wali kelas. Gaya berhubungan Guru
dengan siswa yang satu ini dapat mempengaruhi siswa secara mental. Karena siswa
yang berkompetisi merasa mendapatkan dukungan yang lebih. Sekalipun siswanya
kalah dalam kompetisi tersebut, rasa kecewa yang dibawa tidak begitu membebani.
4. Guru yang selalu memasukkan permainan
disela-sela mengajar. Gaya
berhubungan semacam ini akan membantu siswa mengatasi kejenuhan selama kegiatan
belajar mengajar. Dengan begitu Guru akan lebih dapat mengontrol siswa, begitu
pula dengan siswa, ketika mengetahui Guru yang berada dihadapan mereka sik dan
menyenangkan mereka tidak akan sungkan untuk mengutarakan keinginan mereka
ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Semua yang
tersebut di atas merupakan gaya
berhunbungan Guru dengan Siswa. Semua gaya
tersebut belum punya nama yang mearik memang. Namun, tujuannya menciptakan
situasi dan kondisi yang baik selama pembelajaran berlangsung. Sementara yang
bisa dicantumkan adalah gaya
nomor 1 sampai nomor 4, kalau ada yang mau nambahin ya tidak masalah, komentar
saja hehehe…
Keterlibatan
dan partisipasi seseorang yang rendah dalam suatu kegiatan tentunya dapa
diakibatkan oleh beragam faktor, baik yang sifatnya internal maupun ekternal.
Faktor internal terkait dengat minat atau motivasi seseorang terhadap kegiatan
tersebut. Misalnya, sejauh mana seseorang memiliki ketertarikan atau kebutuhan
atas kegiatan tersebut. Sebaliknya faktor eksternal ditentukan sejauh mana,
misalnya, situasi yang ada mendukung pencapaian tujuan kegiatan. Sebagai misal
apakah sarana dan waktu yang dipergunakan tepat atau tidak. Model kegiatanya
relevan atau tidak, dan seterusnya. Sesungguhnya fenomena ini merupakan bentuk
keterlibatan atau partisipasi yang rendah dalam pembelajaran (learning). Ia bisa muncul
dalam rupa dan bentuk yang beragam.
Keterlibatan
dan partisipasi anak (student
engagement) di kelas juga telah menjadi perhatian cukup lama para
peneliti. Rendahnya kualitas keterlibatan dan pengalaman anak didik dalam
pembelajaran akan berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka. Ia menjadi
bagian yang sangat penting dalam proses pencapaian prestasi belajar siswa
Seorang guru
yang mengajar hanya menggunakan satu model pendekatan mengajar, misal ceramah
saja, pada hakekatnya mengabaikan bahwa setiap anak didik sesungguhnya adalah
unik. Sekelompok anak didik mudah belajar dengan mendengar (auditif), kelompok
lain dengan gambar (visual), lainnya mungkin dengan cara kinestetik. Atau juga,
seperti dikatakan Gardner,
kecerdasan anak sejatinya multi ragam mulai dari yang menonjol aspek
logika-matematikanya, bahasa dan linguistiknya, atau kemampuanya berurusan dengan
nada atau musik, interpesonal dan intrapersonalnya, dan beragam kemampuan lain.
Aktifitas dan
perilaku anak didik yang teramati misalnya, sejauh mana mereka mengangkat
tangan mau bertanya atau bahkan mendebat pandangan rekan atau guru, menanyakan
persoalan, mengikuti instruksi guru, “dekat” dengan guru, aktif mendengar dan
memperhatikan, mudah kerjasama dalam kelompok atau tidak, atau justru lebih
sering jadi “penggangu” kelompok. Semakin tinggi atau besar perilaku atau
aktifitas itu teramati di dalam kelas, semakin mengindikasikan semakin kondusif
dan positif suasana di kelas itu. Dengan demikian juga akan semakin
meningkatkan kualitas partisipasi individu atau kelompok di dalam pembelajaran.
19.
Guru Tidak Berpengalaman
Guru merupakan jabatan
atau profesi yang memerlukan keahlian. Sebab orang yang pandai berbicara dalam
bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru
diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang
harus mengusai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu
pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui pendidikan
tertentu atau pendidikan prajabatan.
Harus
disadari bahwa antara guru dan dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang
tak terpisahkan, pendidikan
akan hidup ketika guru mampu
menciptakan suasana
belajar(learning situation) yang humanis dan demokratis dengan
orientasi visi yang jelas. Guru pun akan
memberikan performa yang baik dan akan
menjalankan proses instruksional yang optimal
ketika eksistensinya betul-betul
‘dihargai’ dalam institusi
pendidikan. Sebab,bagaimana
pun guru merupakan salah satu pilar utama keberhasilan dunia pendidikan yang bakal
melahirkan out put yang berkualitas, bahkan guru pula-lah yang dapat menentukan
maju dan hancurnya sebuah Negara.
Di banyak tempat, saya
sering menjumpai kebiasaan buruk guru yang lain, yaitu kemalasan membaca. Heran
dan teramat mengherankan, seorang guru kok
bisa malas membaca. Jelas ilmu pengetahuan itu berkembang pesat
seiring dengan ketersediaan fasilitas internet. Seharusnya guru selalu meng-up date keilmuannya seraya
gemar membaca: buku, media, dan internet. Jika gurunya gemar membaca, tentunya
kegemaran itu akan diikuti oleh anak didiknya. Tanpa disuruh pun, anak didik
itu akan mengikuti pendidikan melalui kebiasaan gurunya. Namun, jelas itu berbahaya jika anak didik justru meniru kebiasaan buruk
sang oknum guru.
Tak henti-hentinya saya
mengajak rekan-rekan guru untuk berubah menjadi lebih baik. Di banyak tempat,
saya suka menunjukkan beberapa contoh nyata dari karyaku. Saya jelas bertujuan
untuk memotivasi rekan-rekan guru. Namun, saya belum mendapatkan kabar gembira
dari rekan-rekan guru. Entahlah, mereka memang tidak mau berubah atau malu
bertanya untuk berubah. Jika oknum guru berperilaku begitu, saya tak yakin
bahwa kualitas pendidikan bangsa kita akan meningkat. Mudah-mudahan dugaanku
meleset.
Masih banyak guru yang
malas membaca. Padahal dari membaca itulah membuka wawasan yang luas dari para
guru. Kesibukan-kesibukan mengajar membuat guru merasa kurang sekali masa untuk
membaca. Bukan hanya di sekolah, di rumah pun guru malas membaca. Guru
harus dapat melawan kebiasaan malas membaca. Ingatlah dengan membaca kita dapat
membuka jendela dunia.
Pengalaman mengatakan
siapa yang rajin membaca, maka ia akan kaya dengan ilmu, namun bila kita malas
membaca, maka kemiskinan ilmu akan terasa. Guru yang rajin membaca, otaknya
seperti ibarat mesin pencari google di internet. Bila ada pelajar yang
bertanya, minda otaknya langsung bekerja mencari dan menjawab pertanyaan para
pelajar nya dengan cepat dan benar. Sudah terbiasa bila guru malas
membaca, maka akan malas pula untuk menulis. Menulis dan membaca tidak dapat
dipisahkan. Guru yang terbiasa membaca, maka ia akan terbiasa menulis. Dari
membaca itulah guru mampu membuat kesimpulan dari apa yang dibacanya, kemudian
kesimpulan itu ia tuliskan kembali dalam gaya
bahasanya sendiri. Menulis itu ibarat pisau yang harus selalu diasah. Guru yang
rajin menulis, maka ia mempunyai kekuatan tulisan yang sangat tajam, seperti
sebilah pisau. Tulisannya sangat menyentuh hati, dan bermakna.
Agar pembelajaran berjalan
aktif, perlu di adakan suatu metode. Ada
banyak metode yang ada bisa menginspirasi cara menyusun suatu strategi belajar
sehingga berjalan dengan asyik dan menyenangkan. Perlu diketahui bahwa tidak
ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain.
Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan
kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu,
pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat
untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk
suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum
tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Adakalanya seorang guru perlu
menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok babasan tertentu.
Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup.
Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode
ceramah, kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri
dengan diskusi atau tanya-jawab. Di sini bukan hanya guru yang aktif berbicara,
melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi. Seorang guru yang pandai berpidato
dengan segala humor dan variasinya, mungkin tidak mengalami kesulitan dalam
berbicara, ia dapat memukau siswa dan awal sampai akhir pengajaran. Akan tetapi
bagi seorang guru bicara, uraiannya akan terasa kering, untuk itu ia dapat
mengatasi dengan uraian sedikit saja, diselingi tanya jawab, pemberian tugas,
kerja kelompok atau diskusi sehingga kelemahan dalam berbicara dapat ditutup
dengan metoda lain.
20.
Guru Berpakaian Tidak Sopan
Guru
adalah orang yang bewenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina
anak didik, baik secara individual maupun secara klasik di sekolah maupun di
luar sekolah. Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri
kepribadian mereka masing-masing. Kepribadian merupakan masalah yang abstrak hanya dapat di lihat lewat
penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan menghadapi setiap personal. Kepribadian adalah faktor yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya
manusia, karena di samping guru berperan sebagai pembimbing dan pembantu, guru
juga berperan sebagai anutan. Kepribadian akan menentukan, apakah dia menjadi
pendidik dan Pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah menjadi perusak atau
penghancur bagi hari depan anak didiknya.
Dalam
perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa seseorang itu memiliki kepribadian
yang baik atau akhlak yang mulia. Sebaliknya bila seseorang melakukan sikap
atau perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan
orang itu tidak mempunyai kepribadian yang baik atau tidak memiliki akhlak yang
mulia. Oleh karena itu masalah kepribadian adalah hal yang menentukan tunggi
rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik dan masyarakat.
Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain
makanan dan
tempat berteduh/tempat tinggal (rumah). Manusia
membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutup dirinya. Namun seiring dengan
perkembangan kehidupan
manusia, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan
seseorang yang memakainya. Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada
adat-istiadat, kebiasaan,
dan budaya yang
memiliki ciri khas masing-masing. Pakaian juga meningkatkan keamanan selama
kegiatan berbahaya seperti hiking dan memasak, dengan
memberikan penghalang antara kulit dan lingkungan. Pakaian juga memberikan penghalang higienis, menjaga toksin dari badan dan membatasi
penularan kuman.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pakaian adalah sesuatu yang dipakai.
Salah satu tujuan utama
dari pakaian adalah untuk menjaga pemakainya merasa nyaman. Dalam iklim panas
busana menyediakan perlindungan dari terbakar sinar matahari atau
berbagai dampak lainnya, sedangkan di iklim dingin sifat insulasi termal
umumnya lebih penting. Pakaian melindungi bagian tubuh yang tidak terlihat.
Pakaian bertindak sebagai perlindungan dari unsur-unsur yang merusak, termasuk hujan, salju dan angin atau kondisi cuaca lainnya, serta
dari matahari. Pakaian juga mengurangi tingkat risiko selama kegiatan, seperti
bekerja atau olahraga. Pakaian kadang-kadang dipakai sebagai perlindungan dari
bahaya lingkungan tertentu, seperti serangga, bahan kimia
berbahaya, senjata,
dan kontak dengan zat abrasif. Sebaliknya,
pakaian dapat melindungi lingkungan dari pemakai pakaian, seperti memakai
masker. Di sebagian masyarakat, pakaian dapat digunakan untuk menunjukkan peringkat atau status.
Begitu hebatnya pengaruh
budaya dan mode dalam berpakaian membuat manusia lupa memahami hakikat dari
fungsi adanya pakaian. Dalam kehidupan social pakaian menjadi salah satu tolak
ukur derajad seseorang. Dari caranya berpakaian lah seseorang pertama kali
dinilai. Pakaian yang pantas dan sopan, tentu mencerminkan kebaikan dan
kesantunan. Dalam ajaran islam, pakain bukan lah hanya soal budaya dan mode,
islam menetapkan batasan – batasan tertentu dalam kriteria berpakaian.
Proses
terjadinya sikap (attitude) seseorang dimulai dari kebiasaan-kebiasaan
kecil. Misalnya, pola bicara dan penampilan dari liar. Bila seorang anak biasa
mendengar bagaimana anggota keluarganya menjawab telpon dengan nada yang halus
dan juga ketika saling menyapa anggota keluarga atau bersikap semua, maka
kebiasaan yang terlihat dari luar ini lah yang akan direkam anak menjadi
kebiasaan di dalam caranya berbicara dan bersikap, dan digunakan setiap saat
dalam berbagai kondisi sehingga kebiasaan itu menjadi sifat, hal itu juga lah
yang harus selalu di perhatikan dan diberikan contoh oleh para guru-guru
disekolah, Termasuk dari cara penampilan berpakaian. Di mana seorang guru
memberikan contoh cara berpenampilan berpakaian sesuai dengan situasi dan
kondisi, berpakaian yang sopan. Bila hal itu dilakukan terus-menerus, akhirnya
secara spontan anak akan meniru dan menerapkan cara berpakaian yang sopan
tersebut dalam kehidupan sehari- hari, Ini sudah menjadi bagian kepribadian
anak dan tanggung jawab guru untuk mendidik siswanya di sekolah, sehingga tanpa
berpikir lagi, secara otomatis dia menampilkan perilaku sopan dengan cara
busana yang santun dan rapi pula kapan dan di mana saja.
Guru
adalah mitra anak didik, oleh karena itu seorang guru harus bisa memahami
karakteristik kepribadian yang ada pada dirinya. Upaya untuk mencapai keberhasilan
belajar mengajar di sekolah ditunjang oleh banyak faktor. Salah satunya adalah
kewibawaan. Guru diharapkan memiliki kewibawaan agar mampu membimbing siswa
kepada pencapaian tujuan belajar yang sesungguhnya ingin direalisasikan. Guru hendaknya memiliki kepribadian Pancasila dan UUD 1945,
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki keahlian dalam
mengajar. guru diharapkan dapat menampilkan prilaku yang dapat dijadikan
sebagai contoh, panutan dan keteladanan bertingkahlaku bagi siswa dalam
kehidupan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Posisi guru
faktor penting/utama dalam proses pembelajaran. guru secara umum tetap memegang
sentral utama dalam proses pendidikan persekolahan, walaupun dalam proses
pendidikan
modern siswa lebih banyak belajar mandiri. Kehadiran guru sebagai tokoh, panutan dan keteladanan serta pembimbing tidak dapat diganti dengan sumber-sumber belajar lainnya.
modern siswa lebih banyak belajar mandiri. Kehadiran guru sebagai tokoh, panutan dan keteladanan serta pembimbing tidak dapat diganti dengan sumber-sumber belajar lainnya.
Kesimpulan yang dapat
ditarik dari beberapa pendapat di atas, adalah bahwa keteladan guru dalam
pendidikan/proses pembelajaran, merupakan hal yang mutlak adanya ditinjau dari
segi penampilan, cara berpakaian, bersikap, tutur bahasa atau perkataannya,
kedisiplinan dan tanggungjawab. Dalam arti menyangkut perkataan, perbuatan dan
tingkah
laku guru dalam keseharian, terutama tentunya dalam proses pendidikan.
laku guru dalam keseharian, terutama tentunya dalam proses pendidikan.
21.
Gambar Guru Tidak Tegas Pada Siswa
Guru memiliki berbagai
tugas selain sebagai pengajar juga sebagai pembimbing, pelatih, pembina, teman
dan orang tua. Tugas yang dilakukan guru tersebut secara umum sering dikatakan
sebagai pengajar dan pendidik saja. Tugas mendidik ini merupakan hal yang berat
bagi guru, karena ia berkaitan dengan penanaman nilai, etika dan moral bagi
anak/siswa. guru juga menggunakan alat pendidikan dalam proses pembelajaran, yang
akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan peserta didik sehingga
memungkinkan peserta didik tercegah dari berbagai permasalahan dalam proses
pembelajaran. Setiap sekolah pasti
sudah mengatur waktu, kapan waktu istirahat, dan kapan waktunya belajar.
Tapi pada kenyataannya, masih ada saja siswa yang tidak dapat menyesuaikan diri
dengan peraturan tersebut. Siswa kurang ajar biasanya siswa yang tidak
mempunyai hubungan baik dengan guru tersebut. Hubungan baik dengan orang lain
termasuk guru sangat penting, dan dampak positifnya sangat banyak, salah
satunya untuk menghindari rasa sakit hati akibat merasa terasingkan. Contohnya
jika kamu kutang ajar terhadap guru, seperti menyinggungnya karena keluar kelas
saat ia sedang mengajar. Lalu guru tersebut membencimu karena kamu sering
melakukan itu. Otomatis kamu akan merasa terasingkan, dan bila sudah begitu,
kamu pasti tidak bisa aktif lagi di dalam kelas. Alhasil nilaimu akan menurun.
Dan kalau kamu kelas 9, kemungkinan kamu bisa juga tidak lulus.
Jadi sebelum melakukan sesuatu cobalah pikirkan masak-masak. Sesuatu
yang kecil bisa juga berdampak besar, lebih dari yang kita bayangkan.
Menjaga hubungan baik dengan orang lain menurut Richard Nelson, ada
cara-caranya, antara lain dibawah ini:
1. kontak mata: saat bicara dengan guru, lihatlah matanya.
2. ekspresi wajah: tersenyumlah untuk memberi indikasi suka.
3. jarak: berbicara dengan berdiri atau duduk, dekat tetapi tidak terlalu dekat.
Dan bila kita bicara masalah tingkah
laku. Allah berfirman dalam surah yunus (10:41) tentang tanggung jawab terhadap
diri kita sendiri. Firmannya sebagai berikut ini:
“
bagiku amalku, dan bagmu amalmu, kamu tidak beranggung jawab atas apa yang kau
lakukan, dan aku tiada bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan.” Maksudnya kita
jangan pernah mengkambing hitamkan orang lain. Apa yang kita lakukan harus kita
tanggung akibatnya. Bila kita nakal janganlah pernah membawa-bawa nama orang
lain yang sebenarnya tidak bersalah. Sebenarnya tanpa kita sadari, guru yang tidak memarahi
kita saat keluar kelas bukan tidak peduli tetapi guru sudah capek menegur siswa
itu. Dan biasanya yang berbuat kurang ajar tersebut orang itu-itu saja.
Sesungguhnya guru sangat kecil hati bila kita keluar saat jam pelajarannya, ia
merasa seperti tidak dihargai, tidak berguna dan tidak dipetingkan. Dan bila
yang kita temui adalah guru yangmudah tersinggung dan pendendam, bisa saja ia
tidak mau lagi mengajar di kelas kita.dan tentunya lagi-lagi yang menjadi
korbannya kita sendiri. Nilai siswa mengecil atau menurun, bahkan sangat
memungkinkan orang yang tidak bersalah ikut menjadi korban.
Program
pembelajaran bisa dimulai dari perancangan guru. Tentu
saja program pembelajaran yang baik di sekolah akan lebih baik dan lebih
berhasil apabila menggunakan metode-metode dan strategi pembelajaran yang
menarik. Maka, kerjasama kinerja antara guru-guru dan siswa sangat dibutuhkan
untuk membentuk strategi pembelajaran
bagi siswa-siswa sehingga terbentuk lah suatu pembelajaran yang aktif dan rasa
tenggang rasa terhadap guru dan anak didik. Memang sikap-sikap yang
sudah terbentuk dari masa kanak-kanak, usia 0 – 10 tahun menjadi semacam sikap
dasar kepribadian seseorang. Lebih-lebih sikap disiplin dan tanggung jawab
serta sikap menghargai (respect) terhadap orang lain. Sikap-sikap ini
dibentuk bukan melalui kata-kata (nasihat), melainkan melalui pengalaman
langsung yang dialami oleh seseorang..
Wibawa dan citra guru
harus ditegakkan, namun tidaklah dapat dipungkiri bahwa kenyataan citra guru
berubah sesuai perubahan sosiokultural masyarakat, sehingga citra guru larut
dalam perubahan. Tentu yang perlu dipikirkan bahwa perubahan sosiokultural akan
terus berlanjut, gurupun perlu mengambil hikmahnya dan menerima perubahan
tersebut dari segi-segi positifnya, agar citra guru berubah kearah yang lebih
baik sehingga tidak merusak citra dan wibawa guru. Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kewibawaan adalah merupakan tonggak utama yang harus dimiliki seorang guru
sebagai pendidik dan pembimbing. Dengan
kewibawaan yang dipunyai guru berarti memiliki kemampuan lebih, berpenampilan
menarik, mempunyai kekuatan dan keahlian yang berhubungan dengan pembelajaran
yang meliputi: penguasaan materi pelajaran, kemampuan mengelola kelas,
kedekatan dengan siswa, bertanggungjawab dan sungguh-sungguh, sehingga dengan
demikian guru akan dijadikan sebagai panutan, contoh, bapak, dan teman yang disegani
oleh siswa. Maka guru yang memiliki wibawa dalam pembelajaran akan mengutamakan
pembelajarannya lebih
bersifat sosial-psikologis-akademik; bukan material-ekonomis-fisik; intensitas pembela-jaran disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik, tidak terkesan memanjakan (karena terlalu banyak) atau mengabaikan (karena terlalu sedikit).
bersifat sosial-psikologis-akademik; bukan material-ekonomis-fisik; intensitas pembela-jaran disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik, tidak terkesan memanjakan (karena terlalu banyak) atau mengabaikan (karena terlalu sedikit).
Interaksi dalam proses
pembelajaran merupakan suatu hubungan interpersonal yang untuk mengembangkannya
menjadi suatu pola kerjasama yang baik diperlukan syarat sebagai berikut: (1)
sikap percaya, (2) sikap sportif, dan (3) sikap terbuka. Dengan adanya sikap
percaya, sportif dan terbuka akan mengarah kepada hubungan atau interaksi
pembelajaran yang menumbuhkan sikap saling menghargai, menghormati yang pada akhirnya akan bermuara pada timbulnya rasa kasih sayang antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. guru diharapkan mewarnai proses pembelajaran dengan menyenangkan, sifat rasa kasih
sayang, kelembutan, dan suasana menyejukkan dalam hubungan antara pendidik dan peserta didik. kasih sayang dan sikap lemah lembut,
dan ramah yang dimiliki guru, akan membuat peserta didik mendapatkan rasa aman, nyaman dan tenteram dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
pembelajaran yang menumbuhkan sikap saling menghargai, menghormati yang pada akhirnya akan bermuara pada timbulnya rasa kasih sayang antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. guru diharapkan mewarnai proses pembelajaran dengan menyenangkan, sifat rasa kasih
sayang, kelembutan, dan suasana menyejukkan dalam hubungan antara pendidik dan peserta didik. kasih sayang dan sikap lemah lembut,
dan ramah yang dimiliki guru, akan membuat peserta didik mendapatkan rasa aman, nyaman dan tenteram dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pelanggaran dan kesalahan
yang dilakukan peserta didik tidak selayaknya diabaikan atau dibiarkan,
melainkan diperhatikan dan ditangani atau diberikan tindakan tegas secara
proporsional. tindakan tegas mendidik dapat berupa teguran dan hukuman. Teguran
digunakan untuk mengoreksi tingkah laku yang tidak sesuai dengan perintah atau larangan,
yang bertujuan menyadarkan anak didik dari tingkah laku kurang tepat serta
akibatnya. Tindakan tegas guru terhadap pelanggaran atau kesalahan terhadap
peserta didik (siswa) perlu dilaksanakan. dengan pendekatan yang bermuatan
pendidikan agar dapat mendorong si pelanggar untuk menyadari kesalahannya dan
memiliki komitmen untuk memperbaiki diri sehingga pelanggaran atau kesalahan
itu tidak terulang lagi. Penggunaan tindakan tegas yang mendidik terhadap
siswa, dapat menyadarkan siswa akan kesalahannya, mengembangkan hubungan yang
harmonis dengan siswa, dan mampu membentuk budi pekerti yang baik pada siswa,
serta tetap menghargai dan menghormati guru, sehingga kewibawaan guru tetap
terpelihara.
22.
Gambar Guru Tidak Sopan Saat Mengajar
Menurut UUD
1945 pasal 1 berbunyi “tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”.
Berdasarkan pasal ini jelas bahwa semua warga negara tanpa terkecuali berhak
mendapatkan pendidikan. Tujuan utamanya agar generasi muda penerus bangsa dapat
memajukan negara Indonesia ini. Untuk mewujudkan visi ini dibutuhkan dana
memadai(aspek kuantitatif) dan tenaga pendidik yang profesional (aspek
kualitatif).Ditinjau dari aspek kuantitatif, Mendiknas lebih lanjut mewacanakan
guru akan makin dimanusiawikan dengan menaikkan gaji untuk memperbaiki mutu
pendidikan nasional. Dengan kesejahteraan yang terjamin, para guru akan bangga
dengan profesinya, mampu membeli buku, dan mempunyai waktu luang untuk belajar.
Pada prinsipnya, menaikkan anggaran pendidikan selalu disebut sebagai conditio sine qua non
(syarat mutlak).
Namun,
pembangunan dalam pendidikan seharusnya tidak dipahami dari aspek kuantitatif
saja, akan tetapi aspek kualitatif juga perlu diperhatikan. Dalam konteks ini
guru adalah jantungnya. Tanpa guru yang profesional meskipun kebijakan
pembaharuan secanggih apapun akan berakhir sia-sia.
Etika berasal
dari bahasa yunani yaitu kata “ethos” yang berarti suatu kehendak atau
kebiasaan baik yang tetap. Yang pertama kali menggunakan kata-kata itu adalah
seorang filosof Yunani yang bernama Aris Toteles ( 384 – 322 SM ). Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika / moral adalah ajaran tentang baik dan buruk
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya. Menurut K. Bertenes, Etika
adalah nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang dalam
mengatur tingkah lakunya.
Dalam Kode
Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa guru berbakti membimbing
peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dalam
membimbing anak didiknya Ki Hajar Dewantara mengemukakan tiga kalimat padat
yang terkenal yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut
wuri handayani. Dari ketiga kalimat tersebut, etika guru terhadap peserta didik
tercermin. Kalimat-kalimat tersebut mempunyai makna yang sesuai dalam konteks
ini.
Pertama, guru
hendaknya memberi contoh yang baik bagi anak didiknya. Ada pepatah Sunda yang akrab ditelinga kita
yaitu “Guru digugu dan Ditiru” (diikuti dan diteladani). Pepatah ini harus
diperhatikan oleh guru sebagai tenaga pendidik. Guru adalah contoh nyata bagi
anak didiknya. Semua tingkah laku guru hendaknya jadi teladan. Menurut Nurzaman
(2005:3), keteladanan seorang guru merupakan perwujudan realisasi kegiatan
belajr mengajar, serta menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa. Seorang
guru berpenampilan baik dan sopan akan sangat mempengaruhi sikap siswa.
Sebaliknya, seorang guru yang bersikap premanisme akan berpengaruh buruk
terhadap sikap dan moral siswa. Disamping itu, dalam memberikan contoh kepada
peserta didik guru harus dapat mencontohkan bagaimana bersifat objektif,
terbuka akan kritikan, dan menghargai pendapat orang lain.
Kedua, guru
harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak didiknya. Dalam hal ini,
prilaku dan pribadi guru akan menjadi instrumen ampuh untuk mengubah prilaku
peserta didik. Sekarang, guru bukanlah sebagai orang yang harus ditakuti,
tetapi hendaknya menjadi ‘teman’ bagi peserta didik tanpa menghilangkan
kewibawaan sebagai seorang guru. Dengan hal itu guru dapat mempengaruhi dan mampu
mengendalikan peserta didik.
Ketiga,
hendaknya guru menghargai potensi yang ada dalam keberagaman siswa. Bagi
seorang guru, keberagaman siswa yang dihadapinya adalah sebuah wahana layanan
profesional yang diembannya. Layanan profesional guru akan tampil dalam
kemahiran memahami keberagaman potensi dan perkembangan peserta didik,
kemahiran mengintervensi perkembangan peserta didik dan kemahiran mengakses
perkembangan peserta didik (Kartadinata, 2004:4).
Semua
kemahiran tersebut perlu dipelajari dengan sungguh-sungguh dan sistematis,
secara akademik, tidak bisa secara alamiah, dan semua harus terinternalisasi
dan teraktualisasi dalam perilaku mendidik.
Sementara itu, prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani. Peserta didik tidak hanya dituntut berlimu pengetahuan tinggi, tetapi harus bermoral tinggi juga. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan di masa depan. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata yang harus patuh pada kehendak dan kemauan guru.
Sementara itu, prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani. Peserta didik tidak hanya dituntut berlimu pengetahuan tinggi, tetapi harus bermoral tinggi juga. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan di masa depan. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata yang harus patuh pada kehendak dan kemauan guru.
Pekerjaan guru
adalah pekerjaan yang mulia. Sebagai seorang yang profesional , guru harus
melayani masyarakat dalam bidang pendidikan dengan profesional juga. Agar dapat
memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus dapat menyesuaikan
kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat.
Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh
sebab itu, guru selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan
meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir keenam dalam Kode Etik
Guru Indonesia yang berbunyi “Guru secara pribadi dan bersama-sama
mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya”.
Secara profesional,
guru tidak boleh dilanda wabah completisme, merasa diri sudah sempurna dengan
ilmu yang dimilikinya, melainkan harus belajar terus menerus (Kartadinata,
2004:1). Bagi seorang guru, belajar terus menerus adalah hal yang mutlak. Hal
ini karena yang dihadapi adalah peserta didik yang sedang berkembang dengan
segala dinamikanya yang memerlukan pemahaman dan kearifan dalam bertindak dan
menanganinya. Untuk meningkatkan mutu profesinya, menurut Soejipto dan kosasi
ada dua cara yaitu cara formal dan cara informal. Secara formal artinya guru
mengikuti pendidikan lanjutan dan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau
kegiatan ilmiah lainnya. Secara informal dapat dilakukan melalui televisi, radio,
koran, dan sebagainya.
Etika Guru Profesional
Terhadap Tempat kerja, sudah diketahui bersama bahwa suasana yang baik ditempat
kerja akan meningkatkan produktivitas. Ketidakoptimalan kinerja guru antara
lain disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak menjamin pemenuhan tugas dan
kewajiban guru secara optimal. Dalam UU No. 20/2003 pasal 1 bahwa pemerintah
berkewajiban menyiapkan lingkungan dan fasilitas sekolah yang memadai secara
merata dan bermutu diseluruh jenjang pendidikan. Jika ini terpenuhi, guru yang
profesional harus mampu memanfaatkan fasilitas yang ada dalam rangka
terwujudnya manusia seutuhnya sesuai dengan Visi Pendidikan Nasional. Disisi
lain, jika kita dihadapkan dengan tempat kerja yang tidak mempunyai fasilitas
yang memadai bahkan buku pelajaran saja sangat minim. Bagaimana sikap kita
sebagai seorang guru? Ternyata, keprofesionalan guru sangat diuji disini. Tanpa
fasilitas yang memadai guru dituntut untuk tetap profesional dalam membimbing
anak didik. Kreatifitas guru harus dikembangkan dalam situasi seperti ini.
Berkaitan dengan ini, pendekatan pembelajaran kontekstual dapat menjadi pemikiran para guru untuk lebih kreatif. Dalam pendekatan ini, diartikan strategi belajar yang membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya drngan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berkaitan dengan ini, pendekatan pembelajaran kontekstual dapat menjadi pemikiran para guru untuk lebih kreatif. Dalam pendekatan ini, diartikan strategi belajar yang membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya drngan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu,
sikap profesional guru terhadap tempat kerja juga dengan cara menciptakan
hubungan harmonis di lingkungan tempat kerja, baik di lingkungan sekolah,
masyarakat maupun dengan orang tua peserta didik.
C.
KESIMPULAN
kompetensi
adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Menurut Muhaimin,
kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang
harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan
tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan
sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab
harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu
pengetahuan, teknologi maupun etika. Menurut Muhibbin Syah kompetensi adalah kemampuan atau
kecakapan.
Kompetensi
profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam
menjalankan profesi keguruannya. Guru yang kompeten dan profesional adalah guru
piawai dalam melaksanakan profesinya. Berdasarkan uraian di atas kompetensi
guru dapat didefinisikan sebagai penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam
menjalankan profesi sebagai guru. Guru sebagai agen pembelajaran diharapkan
memiliki empat
jenis kompetensi guru. Empat kompetensi tersebut yakni kompetensi
pedagogik, sosial, kepribadian, dan kompetensi profesional.
D. SARAN
Penulis
menyadari dalam penulisan makalah tentu masih banyak terdapat kesalahan dan
kekhilafan baik dari segi penulisan maupun kalimat yang tidak semestinya, oleh
karena harapan penulis kritik dan saran yang membangun saran penulis butuhkan
untuk kesempurnaan dalam penulisan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Jauhari, Abas Al. 2005. Paradigma
Tingkah Laku Islam. Bekasi:
Tsaqafah.
Martinis yamin dan
Maisah, Standarisasi Kinerja Guru (Jakarta : Gaung Persada Press,
Cet. I, 2010).
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi
Pendidikan (Jakarta : Gaung
Persada Press, Cet. I, 2009)
.
Nanang Fattah, Ekonomi
& Pembiayaan Pendidikan, Cet. 4,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009
Nelson, Richard dan Jones. 1992.
Cara Membina Hubungan Baik dengan Orang Lain. Jakarta: Bumi Aksara.
Robbins,
Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta:
Salemba Empat.
Ruswandi, Uus. 2010.
Pengembangan Kepribadian Guru. Bandung
: CV. Insan Mandiri
[1]
Kunandar, Guru Profesional, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada, 2007) hal. 50
[2] Ibid, hal 51
[3]
Kunandar, Guru Profesional, hal. 54
[4] [4]
Kunandar, Guru Profesional, hal. 60
[5] Martinis
Yamin dan Maisah, Standarisasi Kenerja
Guru. (Jakarta
: Gaung Persada, 2010) hal 11
[6] Ibid
[7] Martinis
Yamin dan Maisah, Standarisasi Kenerja Guru,
hal 133
[8] Ibid
[9] Marno, Strategi dan Metode Pengajaran,( Jakarta : Ar-Ruzz Media,
2008) hal 30
[10]
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, ( Jakarta : Gaung Persada,
2007) hal 171-172
[11] Ibid
hal 172
[12]
Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan
Pendidikan, (Jakarta
: Gaung Persada, 2009) hal 1
[13] Ibid
[14]
Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi
Kenerja Guru, hal 133
[15] Ibid
[16] Mulyasa
, 2005 hal 20
[17]
Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan
Pendidikan, hal 58
[18] Mukhtar
dan Iskandar, Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2010), hlm. 131
[19] Ibid
[20] Ibid
138
[21]Nanang
Fattah, Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, Cet. 4,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, hal.78.
[22] Muktar,
hal 144
[23] Ibid
[24] Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku
Organisasi Buku 1, Jakarta:
Salemba Empat. Hal.126-127
[25] Ibid
Terima kasih buat artikel tentang Guru Gaptek Memanfaatkan IT yang cukup lengkap ini. Salam kenal dari admin INFO SEKOLAH DAN PENDIDIKAN buat semua pengunjung laman ini.
BalasHapusReportase Guru Berbagi kabar tentang Dunia Guru, lowongan kerja, tunjangan, pendidikan, Info sekolah, Honorer, Beasiswa serta masih banyak lagi informasi terkini seperti:
Cara Cek Status Inpassing Guru
Panduan Juknis Penulisan Ijazah Lengkap
Faktor Penyebab Gagal Seleksi Tes CPNS
Video Panduan Upload Data Siswa
Cara Kemendikbud Atasi Bencana Kabut Asap
Himbauan Kemendikbud Jelang Pelaksanaan UKG Online
Nilai Hasil UKG
Sekolah Pecontohan Pelaksanaan UN CBT
Info Perkembangan Anak Usia Dini